Dewasa ini, dunia pendidikan saling berlomba dengan perkembangan teknologi. Konsep e-learningbukanlah hal yang awam lagi. Pengajar dan murid tidak harus bertatap muka secara nyata, namun justru dapat dilakukan di dunia maya. Penyampaian materi juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dalam teks, video, maupun interaktif.
Tidak hanya lebih mudah dan lebih cepat, konsep ini juga terbukti lebih efisien, karena murid dapat dengan mudah mengulang materi dan mempelajarinya secara seksama, dibandingkan dengan kelas konvensional yang mengharuskan kehadiran setiap saat. Padahal tidak jarang, murid berhalangan hadir karena sakit atau ijin, sehingga ketinggalan materi. Bahkan, tidak jarang pula murid yang tidak konsentrasi dalam menyerap ilmu dikarenakan pengaruh teman sebangkunya, atau posisi duduk.
Mendunia dan mewabahnya konsep pembelajaran ini juga semakin boomingdi Indonesia. Banyak sekolah dan kampus yang kini menawarkan media belajar e-learning. Banyak yang sukses, ada juga yang terkendala jaringan internet dan sumber daya manusia. Banyak juga pembisnis yang memulai usahanya dengan mengembangkan sektor ini.
Lantas, apakah metode pembelajaran ini nantinya akan menggeser metode belajar-mengajar yang konvensional? Singkatnya, apakah guru lambat laun tidak diperlukan lagi?
Dari jaman purba dulu, manusia selalu belajar dari manusia lainnya. Ilmu selalu dibagikan dan perjalanannya berantai dari satu benua ke benua yang lain. Ilmu bagaikan lilin yang ketika semakin dibagikan, justru akan memberikan cahaya semakin terang. Pada jaman dahulu, mereka yang berilmu biasanya memperolehnya dari intuisi dan belajar secara otodidak. Bangsa yang dikenal memiliki peradaban termaju pada masa lampau adalah Bangsa Cina, Mesir, Inca, Yunani, dll. Namun, seiring perkembangannya, ilmu kini dikemas dalam bentuk penyampaian yang lebih terstruktur, yakni sekolah
Sebelum teknologi sepesat saat ini, sekolah menjadi wadah menerima dan menghantarkan ilmu yang sangat primer. Namun, ketika teknologi berkembang makin pesat, semua cara ini pun berubah dan menyesuaikan.
Tidak bisa dipungkiri, setiap lini kehidupan kita saat ini memerlukan internet. Ingin belajar tentang sains, ada di internet. Ingin belajar dari penelitian sebelumnya, tinggal cari di internet. Bahkan hal sederhana, seperti belajar memasak, melukis, bermain alat musik juga ada di Internet.Â
Walaupun pengisi kontennya juga seorang ahli, maestro, professor dan guru-guru hebat dibaliknya, namun dengan keberadaan Internet, hampir tidak mungkin kita tidak dapat akses belajar yang baik. Serta, hampir mungkin pula, suatu ketika seorang guru tidak akan ada lagi. Murid yang ingin belajar tinggal ditayangkan atau mengakses video, atau dikirimkan soal melalui media internet dan tinggal mengerjakannya. Sementara koreksi dan ujian juga tentunya bisa melalui Internet dengan hasil yang real time. Sungguh sangat mudah.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Inilah yang menyebabkan sepesat apapun perkembangan teknologi, guru tidak mungkin ditinggalkan.
Sesungguhnya, terkait dengan ilmu, terdapat 7 intelejensi manusia. Teknologi memang mampu mengajarkan berbagai hal, bahkan melebihi kemampuan seorang guru. Namun, teknologi tidak bisa memberikan pengajaran intelejensi Intarpersonal dan Interpersonal, yakni bagaimana mengasah ilmu dan kemampuan kita dalam berinteraksi secara sosial dan humanis, sementara teknologi hanya bersifat robotik, tanpa aspek afektif (perasaan dan emosional).
 Dengan akses Internet yang memadai, bukannya tidak mungkin, pemerataan pendidikan di Indonesia hingga pelosok negeri dapat semakin tersentuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H