Mohon tunggu...
Putu Devi
Putu Devi Mohon Tunggu... Penulis -

Ketika curahan rasa lebih indah dalam barisan kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Layang-layang

20 September 2016   02:17 Diperbarui: 20 September 2016   02:49 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya juga belajar bagaimana harus menyesuaikan dan meladeni karakter yang luar biasa berbeda. Saya semakin sadar bahwa baik dan buruk itu buram. Sesuatu yang dianggap baik, belum tentu diinterpretasikan sama di mata orang lain. Saya pun juga masih banyak cela dan kadang tanpa disadari menyakiti perasaan orang lain, sehingga, saya selalu membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata sakti, seperti: maaf, tolong dan terima kasih.

Apapun itu, bagi saya, dari setiap warna di karakter orang yang saya temui, pasti selalu ada sisi baik yang bisa diambil.

Profitez La Vie!

Pada akhirnya juga, hidup itu untuk dinikmati! Bersyukur dan menciptakan bahagia di setiap inci kehidupan. Sedikit klise memang, tapi naik-turunnya kehidupan sudah seharusnya dijadikan pelajaran untuk menjadi kian lebih baik lagi.

Tujuan saya menulis artikel ini, selain curhat (hehe), sebenarnya adalah untuk berbagi pengalaman dan pandangan bahwa sukses itu bukanlah tentang hasil, tapi tentang proses. Kita dituntut untuk tekun dan menghargai setiap anak tangga yang ditempuh sebagai resep penting yang pada akhirnya menghadiahi kita untuk dapat mencicipi hasil. Saya sadar, saya masih terlalu jauh dari kata sukses. Tantangan lainnya masih menunggu di depan sana, dan saya juga masih perlu belajar lagi dari banyak orang.

Terakhir, saya teringat kutipan dari sosok ternama, yang kata beliau: layang-layang akan terbang lebih tinggi ketika melawan angin, bukan dengan terbawa olehnya.

Sudahlah, walaupun agak terpaksa dibikin nyambung, mari kita main layang-layang dulu! :)

Kites rise highest against the wind - not with it (Winston Churcill)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun