Lagi-lagi aksi brutal dilakukan oleh geng motor. Kian hari kelakuan dari geng motor ini semakin meresahkan dan menakutkan. Â Dilansir dari kompas.com (16/02) bahwa Satreskrim Polres Cimahi telah berhasil melakukan penangkapan terhadap 5 orang anggota geng motor Moonraker yang diduga pelaku pengeroyokan hingga menyebabkan seorang pemuda atas nama Muhammad Rizki Najmudin tewas. Dari pengakuan pelaku, korban dianiaya secara bersama-sama menggunakan senjata tajam, stik baseball, batu, dan tangan kosong.
Kejadian pengeroyokan oleh geng motor, bukan sekali ini saja terjadi. Berapa hari sebelumnya juga terjadi di jalanan Kota Bogor dimana pelaku tidak hanya melakukan pengeroyokan, namun juga melakukan pembacokan dan merampas ponsel serta uang milik korban (detik.com, 13-02-2023). Kian hari aksi brutal para geng motor makin banyak.Â
Mereka yang notabene masih usia remaja, tega menganiaya bahkan sampai menghabisi nyawa siapapun yang dilewati nya. Inilah salah satu gambaran potret buruk generasi muda saat ini.Â
Generasi muda yang harusnya menjadi harapan bagi kemajuan negeri ini, malah identik dengan kenakalannya yang berubah menjadi kriminalitas. Lalu mengapa fenomena geng motor yang meresahkan dan menakutkan ini kian menjamur?
Buah dari Sistem Kehidupan yang Serba Bebas
Saat ini kita hidup dalam sistem yang membebaskan manusia bertingkah laku berdasarkan nafsu semata. Adanya fenomena geng motor merupakan akibat adanya sistem kebebasan (baca: liberalisme) dalam bertingkah laku. Liberalisme ini lahir dari akidah sekularisme, dimana manusia mengatur kehidupannya sendiri tanpa menggunakan aturan sang Pencipta.Â
Manusia beranggapan bahwa dengan konsep ini akan mendatangkan kebahagiaan. Padahal, akal manusia lemah dan terbatas sehingga ketika dibiarkan tanpa mengikuti panduan Sang Pencipta pastilah akan menimbulkan kerusakan dan pertentangan. Kembali pada fenomena geng motor, kita bisa melihat bahwa di tengah kehidupan bebas saat ini, setidaknya muncul tiga penyebab terjadinya fenomena tersebut:
Pertama, adalah faktor keluarga yang abai dalam pengasuhan. Keluarga adalah lingkungan paling dekat bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan, perlindungan, rasa aman dan kasih sayang. Â Saat ini keluarga dijauhkan dari tuntunan Sang Pencipta, sehingga para orangtua membangun keluarga tidak berlandaskan iman dan takwa.Â
Walhasil orang tua lebih mengutamakan kebutuhan materi semata dengan sibuk mencari uang sebanyak-banyaknya, agar bisa bahagia. Nyatanya yang dibutuhkan oleh anak bukan kebutuhan materi saja, namun anak juga membutuhkan pendidikan dari orangtuanya. Ayah dan ibu adalah sekolah pertama bagi sang anak. Mereka seharusnya menjadi teladan yang baik dan sandaran bagi anak.
Kedua, adalah faktor pendidikan. Pendidikan saat ini sangat jauh dari nilai-nilai agama. Pendidikan lebih mengutamakan pada hasil akademik bukan mencetak generasi rabbani yang mampu berperilaku terpuji dan beradab. Ini karena adanya ide liberal yang membebaskan mereka bertindak sesukanya dan mengejar apapun yang mereka mau.Â
Slogan "kebebasan yang bertanggungjawab" menjadi ajaran yang sangat kontradiktif. Di sisi lain pengajaran akidah yang mengantarkan mereka untuk senantiasa taat pada Rabb nya malah dipermasalahkan. Seragam muslimah dipermasalahkan dengan alasan toleransi. Rohis pun dituduh sebagai tempat lahirnya radikalis.Â
Jika ajaran agama dipermasalahkan dan kebebasan perilaku malah dijunjung tinggi, maka wajar kenakalan remaja akan tumbuh subur termasuk adanya geng motor.