Apalah arti memiliki, ketika diriku sendiri bukanlah milikku! Apalah arti kehilangan, ketika aku sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan. Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah! Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun! Wahai, bukankah banyak kerinduan saat aku hendak melupakan dan tidak terbilang keinginan melupakan!Â
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat aku dalam rindu! Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja. Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kehilangan kekasih hati, tentang cinta sejati. Seandainya saja waktu dapat kuputar, mungkin aku tak akan pernah kehilanganmu. Namun aku bukan Tuhan yang dapat menciptakan sesuatu yang mustahil tercipta menjadi bisa. Hingga akhirnya aku harus mengakui jika itu sudah menjadi takdir hidupku.
Cukupku mengerti jika aku tak akan pernah bisa menantang takdir itu, jika pun aku mampu, kau akan tetap menjadi sebuah kenangan dalam riwayat cinta yang aku miliki. Jika pun aku bersisih keras bertahan menunggumu, itu akan percuma saja aku lakukan, karena kau tak kan pernah kembali menjumpaiku. Namun apapun itu, cukupku tau jika kau pernah hadir dalam hidupku, waktu yang pernah terciptakan indah dalam hariku. Kau pernah memberi damai dalam hariku, dan kau pernah menjadi amunisi semangatku, kelakku terjatuh dalam lubang kehancuran dunia ini.Â
Tak ada alasan untuk aku membencimu, walaupun luka yang kau tinggalkan cukup menyita perhatian sakitnya hatiku, namun disisi lain, aku masih saja orang yang lemah akan kerinduan yang kadang menyebut namamu ketika senja kelabu datang menemaniku, malam menjelma menjadi sepi, kau datang memberiku senyum, dan ketika pagi menyinari dunia, kau selalu memberiku kata jika aku akan baik-baik saja untuk menjalani hari ini dan seterusnya meskipun tanpa kamu.
Tidak ada yang dapat menahanku untuk tidak mengingatmu dalam catatan hidupku, meskipun kini aku tau kau tidak pernah lagi aku lihat seperti sebelumnya, aku akan tetap mengenal sebagai kenangan cinta yang pernah mengindahkan hariku. Tiada kalimat yang dapat aku tolak untuk tidak mengatakan jika kau pernah ada disini, menjadi bagian dari waktuku, meskipun akhirnya tak menjadi bahagia untuk selalu bersama. Aku selalu bertahan dengan apa yang telah  aku dapatkan dalam dunia ini.Â
Aku selalu mempertahankan apa yang telah aku lalui dalam perjalanan hidupku hingga sampai detik ini. Tak peduli itu cerita yang sedih atau pun bahagia, yang jelas, itu lebih berharga dari segalanya. Seperti kamu, kamu yang pernah hadir dalam hidupku. Aku tak bilang kau datangnya hanya akan membuatku bersedih, terluka dan patah hati. Aku juga tak bilang jika Tuhan tak adil kepadaku karena telah mempertemukan dengan sosok seseorang yang terindah dalam hidupku, namun hanya meninggalkan kenangan saja.
Aku tak akan berkata buruk kepada siapa saja yang mengenal tentang semua cerita hidupku. Aku tak akan memberikan emosiku menghancurkan ambisiku untuk berkata, jika aku sudah kehilangan segalanya, itu terlalu payah aku lakukan terjadi dalam hidupku.
 Jika pun saat itu aku belum menemukan cinta yang sebenarnya cinta dalam hidupku, aku akan tetap tersenyum seperti mereka, mereka yang bahagia dalam menjalani hidupnya dengan suka dan duka. Jika hingga saat ini aku belum menemukan cinta sejatinya cinta, aku akan tetap bahagia meskipun itu tak mudah untuk aku lalui.
Hari ini, esok dan lusa, aku akan tetap menjalani waktu sendiriku seperti ini, seperti pagi yang selalu berusaha untuk memberiku senyum walaupun mendung terkadang menyelimutinya, meskipun hujan kadang menghalanginya. Aku aka tetap menjadi malam-malam penuh dengan bintang-bintang, meskipun itu sangat jauh, namun memberiku kesan rindu dan cinta kepada mata yang memandanginya.
Aku dan kau memang berada di tempat yang beda, namun kita masih berada dibumi yang sama, langit yang sama, dan Tuhan yang sama. Aku selalu berdo'a untuk mereka yang pernah membuat ku bahagia, tak akan aku biarkan hati ini mengingat sesuatu yang buruk.
Aku sadar aku manusia biasa, bukan malaikat yang mampu bertahan dalam kesabaran yang luar biasa. Tapi aku berupaya untuk tidak membiarkan diri dan jiwaku berontak untuk menuntut kepada waktu jika aku sedang mengalami sakit hati saat itu.
 Perlahan, biarku  simpan jejak ini untuk menemukan arti yang sesungguhnya. Dan aku belajar untuk memahami, kenapa semua itu bisa terjadi. Hingga semua berlalu, aku pastikan aku baik-baik saja hingga saat ini. Aku harap kau disana juga sama, bahagia seperti apa yang terjadi dalam hidupku saat ini.Ku serahkan semua ini hanya kepada Sang Maha Pencipta sungguh suatu nikmat yang luar biasa ketika Tuhan menghadiahkan kepada hati kita masing-masing sebuah rindu. Sebuah kado kecil yang hampir tak ternilai harganya, yang selalu mengingatkan kita kepada Sang Maha Pencipta. Yang mengajarkan kita, bahwa muara Rindu adalah Sang Maha Cinta.
Jikalau rindu bukan bermuara dari Sang Maha Cinta, dengan air mata mana lagi kau basuh luka yang menganga, ataukah dengan deretan indah kata yang dirangkai pujangga, yang ada hanya luka yang semakin dalam, yang kemudian menenggelamkan kita dalam kesedihan. Tanpa keagungan-Nya, tak mungkin kita mampu menyulam hati yang gersang menunggu hujan. Tak mungkin kita merasakan desir angin yang menyapa pengunungan, yang menyampaikan salamnya melaui riuh nyanyian ribuan pinus.Â
Begitulah kasih-Nya kepada kita, mengalir lembut, damai dan tenang sekaligus menyejukkan. Mereka yang bijak mengatakan bahwa hakikat cinta sejati adalah melepaskan. Maka cukuplah bagiku menyebut namamu dalam hamparan sajadahku. Bukankah masih ada do'a yang terperanjat dalam diam! Do'a dimana selalu terselip sebuah nama ketika dalam keheningan kupanjatkan. Do'a yang akhirnya bermuara kepada Sang Maha Cinta. Pernah aku mendengar Lantunan ayat Seorang sahabat, "Fa biayyi ala irobbikuma tukadzdziban".Â
Maka Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau Dustakan? Bukankah Rindu itu adalah sebuah Nikmat yang tak seharusnya kita dustakan di mana ia Bermuara! Semoga kelak, Syahdu ayat ini mengiringi sebuah do'a suci yang menggabungkan dua keluarga dalam satu ikatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H