Di suatu hari, ada dua orang sahabat, sebut saja Annisa, dan Angga. Annisa adalah anak yang baik dan pintar. Kepintarannya akibat ijtihat yang datang dari dirinya sendiri. ayah bundanya adalah seorang pendidik yang luar biasa. Yah tak heran jika anaknya menjadi ijtihad atau yang sering kita sebut dengan kesemangatan yang membara dalam dirinya.
Pada suatu ketika Annisa bertemu dengan seorang teman dikelasnya. Temanya mempunyai sifat yang jauh berbeda dari diri Annisa. Sebut saja namanya Angga. Angga adalah anak dari seorang konglomerat yang berada di Jakarta. Kehidupannya serba tidak karuan. Serba dimanja, serba seenaknya sendiri, tidak patuh pada orang lain dan masih banyak sifat-sifat yang lainnya. Hal itu dikarenakan pola asuh yang salah terhadapnya.
Suatu ketika Annisa bertemu dengannya, dan menjadi sahabatnya. Hal ini dikarenakan Angga menjadi satu kelompok pada tugas seorang guru di kelasnya. Yah mereka berdua satu kelas. Dua karakter yang berbeda menjadi sahabat apakah bisa?? Itulah cemohan dan keheran orang lain terhadapnya. Akan tetapi Annisa tidak mengambil hati akibat omongan temannya tersebut.
Ketika mereka sedang mengerjakan tugas bersama,  Angga pun bertanya kepadanya: “ wahai Annisa, apakah kamu tidak malu mempunyai teman seperti aku?? Aku lo nakal, males, tidak bisa apa-apa, la sedangkan kamunya?? Kamu ini pintar, terkenal di kelas, rajin, beda jauh sama aku??
Annisa: aku adalah orang yang tidak suka memilih teman. Bagiku teman adalah segalanya dalam hidupku, justru dengan adanya kekuranganmu aku bisa menjadikanmu berubah seperti aku ini. iya sih kamu beda banget sama aku, karakter kamu beda karena pola asuh kamu terhadap orangtuamu, akan tetapi  semua itu apakah bisa berubah menjadi lebih baik ?? pastinya bisa.
Angga: ‘ lantas apa yang akan kamu lakukan terhadap diriku ini?? aku sudah berputus asa untuk menjadi lebih baik. Aku tidak bisa apa-apa…
Annisa: hei jangan bilang begitu. Tanamkan nilai optimis, buang pikiran-pikiran yang jelek dari otakmu, kamu katakana pasti bisa!
Anngga : ‘ lantas apa yang ingin kamu lakukan, ya aku ini selalu optimis, akan tetapi kadang kala aku semangat, kadang kala aku tidak.
Annisa : ‘ sebenarnya kamu ini bisa segalanya….
        Akan tetapi kamunya aja yang menganggap tidak bisa, begitu   wahai sahabatku..
Sejak itulah Annisa merasa kasihan terhadap sahabatnya itu, hal ini tidak adil baginya. Dalam dirinya, dia mampu menjadi yang lebih baik, akan tetapi dalam diri teman dekatnya mengapa tidak bisa menjadi lebih baik?? Annisa selalu berfikir. Kadang kala dia curhat dengan ibundanya, kadang kala dia curhat dengan temannya. Akan tetapi dia tidak bisa menemukan cara terbaik untuk menolong sahabatnya itu. Annisa sellau berdoa kepada Allah agar dimudahkan segala urusannya termasuk urusan mengajak temannya ke dalam kebaikan.