Mohon tunggu...
devi vionita
devi vionita Mohon Tunggu... -

jadilah orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan mau berusaha setelah kegagalan, jangan merasa sombong bila sudah bias, dan jangan merasa minder bila belum bias, hidup adalah tantangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ratapan Anak Penjual Gorengan

7 Maret 2016   20:21 Diperbarui: 7 Maret 2016   20:50 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan puasa adalah bulan dimana umat islam mengerjakan ibadah puasa. Ibadah ini adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan pada bulan Ramadhan. Pada bulan ini juga saya Raisya sedang liburan semesteran di kampong halaman nenek. Nenek tinggal di Surabaya tepatnya di desa. Saya liburan sengan sangat tenang dan enak karena bulan puasa sekarang saya berkesempatan untuk liburan mengisi waktu luang saya dengan mengajar di TPQ dan membantu nenek di rumah.

Pada hari rabu tanggal 24 juni 2015, saya tidak mengajar di TPQ. Pada saat itu hujan mengguyur rumah kami. Petir menyambar tidak tahu arah tujuan. Para warga ikut ketakutan. Dua jam telah berlalu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Waktu berbuka puasa kurang 2 jam. “Sungguh waktu yang sangat lama…..” itu kata adek bungsu saya. Saya pun menjawab keluhannya “ jangan begitu wahai adekku tercinta… ini adalah ujian bagi para mujtahidin dalam beribadah kepada Allah SWT. Jangan bersedih tetap semangat… ! lagian sebentar lagi hahaha…..”

Hujan pun reda seketika hanya gumpalan dan percikan air dan lumpur yang menyisahkan pada depan rumah para warga. Tak lama kemudian ada suara anak kecil yang berteriak untuk menjajakan dagangannya. Anak itu seraya berkata” gorengan….!!! Gorengan…!!!....saya pun tertarik untuk melihat siapa gerangan yang menjajakan dagangannya pada waktu hujan-hujan begini. Saya pun mengambil sehelai krudung berwarna coklat untuk menghampiri anak yang berjualan di depan rumah saya. Saya pun bertanya kepadanya “ wahai adek kecil.. apa yang kamu kerjakan pada musim hujan ini.. ?? dimana rumahmu…?? Dan siapa orang tuamu..?? tak lama kemudian anak itu menjawab. “ wahai kakak cantik.. saya Dina. Saya tetangga kampong sebelah.. saya bekerja  sebagai penjual gorengan. Ibu saya dirumah menjual nasi, ayah saya sudah meninggal. Kami hidup serba berkecukupan. Saya jualan guna uangnya untuk sekolah saya”  air mata menetes dari mata mungil saya. Saya merasa kasihan dengan anak ini. Disisi lain saya harus bersyukur atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada saya. Saya masih penasaran dengan cerita anak ini. Saya lalu bertanya dengan meneteskan air mata. “ wahai anak kecil, berapa penghasilan kamu sehari…? Apakah uang tersebut cukup untuk uang sehari-hari kamu dan ibumu…?”

Anak itu menjawab dengan sangat optimis dan tetap tabah. “ iya kakak … insya allah uangnya cukup untuk membeli sebungkus nasi dan juga kebutuhan sehari-hari. Inilah saya dan keluarga.. saya masih kecil akan tetapi saya harus mencari uang dan membantu ibu untuk mencari uang. Saya berniat untuk jualan untuk sekolah. Cita-cita saya ingin sebagai pengusaha sukses. Doakan saya ya kakak…?? Saya ingin sekolah tinggi seperti kakak… saya optimis pasti bisa jadi orang sukses..”

Saya terharu mendengar omongan anak itu. Banyak orang yang mampu tapi kadang kala mereka tidak pernah mensyukuri nikmat yang diberikan Allah untuk kehidupan mereka. Mereka menghamburkan uang bukan untuk keperluan yang bermanfaat. Sungguh perbuatan manusia yang kufur akan nikmat. Saya pun berkata kepadanya” iya adek.. adek bisa seperti kakak.. kakak selalu mendoakan adek tercinta.. adek pasti bisa jadi anak yang membanggakan. Adek harus selalu yakin pasti semua akan tercapai. Berdoalah dan berusaha pasti terkabulkan. Allah maha penyayang lagi maha mengetahui.

waktu berbuka puasa sudah tiba, kini saatnya saya beserta nenek dan keluarga akan berbuka puasa. Bulan ini adalah bulan yang penuh berkah. Banyak ilmu yang dapat diambil dalam bulan ini. Kita harus menyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita. Jikalah Allah memberikan maka kita harus menyukurinya. Jikalah tidak maka adzab akan menimpa kita semua. Sungguh segala sesuatu mempunyai balasannya yang setimpal.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun