Hallo sobat kompasiana? Kembali dengan saya. Di sini saya akan menganalisis sebuah novel populer yang berjudul “Cantik itu Luka.”
Cantik Itu Luka adalah novel pertama karya Eka Kurniawan yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2002. Novel ini berhasil menjadi buku best-seller yang diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Denmark, Yunani, Korea, dan Tiongkok. Novel Cantik Itu Luka memiliki genre romantis, sejarah, dan realisme magis. Sebab, dalam buku ini digambarkan kisah sejarah kolonialisme di Indonesia.
Novel ini menceritakan kisah seorang perempuan yang bernama Dewi Ayu. Dewi Ayu adalah seorang wanita yang sangat cantik, tapi kecantikannya tersebut bukan sebagai sesuatu yang menguntungkan, melainkan membawa malapetaka bagi dirinya beserta keturunannya. Karena kecantikan Dewi Ayu, dirinya menjadi seorang pelacur bagi para tentara Belanda dan Jepang. Dewi Ayu adalah seorang pelacur ternama yang bayarannya mahal dan sangat dicari oleh para pelanggannya.
Dalam novel "Cantik Itu Luka" karya Eka Kurniawan, penuh dengan bahasa kiasan yang memperkuat daya tarik narasi dan memperkaya makna ceritanya. Berikut analisis jenis-jenis bahasa kiasan dalam novel ini:
- Majas Metafora
Majas Metafora digunakan untuk memberikan perbandingan langsung antara dua hal tanpa menggunakan kata penghubung seperti "seperti" atau "bagai." Dalam novel ini, metafora sering digunakan untuk menggambarkan karakter dan situasi dengan cara yang lebih mendalam. Misalnya, ketika penulis menggambarkan kecantikan karakter Dewi Ayu, kecantikan tersebut bisa diibaratkan sebagai "senjata" yang memiliki kekuatan dan dampak besar dalam hidupnya, menggambarkan bahwa sesuatu yang biasanya diidamkan justru menjadi sumber penderitaan.
- Majas Personifikasi
Personifikasi memberi sifat manusia pada benda mati atau konsep abstrak. Dalam novel ini, sering kali memberikan sifat manusia kepada alam atau benda mati untuk menekankan suasana hati atau emosi. Misalnya, saat menggambarkan suasana kota atau alam, penulis menyebutkan bahwa "angin berbisik" atau "matahari tersenyum", yang menggambarkan suasana yang lebih hidup dan mendalam.
- Perumpamaan
Perumpamaan membandingkan dua hal dengan menggunakan kata penghubung seperti "seperti," "bagai," atau "laksana." Dalam novel ini, perumpamaan digunakan untuk memperjelas dan memperindah deskripsi. Misalnya, penulis dapat membandingkan perjalanan hidup Dewi Ayu dengan "sebuah sungai yang berliku", yang menggambarkan betapa rumit dan penuh tantangan hidupnya. Perumpamaan ini membantu pembaca untuk lebih memahami dan merasakan pengalaman karakter.
- Majas Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang menggunakan pernyataan berlebihan untuk efek dramatis. Dalam novel ini, hiperbola sering digunakan untuk mengekspresikan perasaan atau situasi yang ekstrem. Misalnya, saat menggambarkan rasa sakit atau kehilangan, penulis menggunakan ungkapan yang menggambarkan perasaan seperti "Halimunda tenggelam dalam lautan darah." Mencerminkan kekacauan dan tragedi yang melanda kota secara berlebihan untuk menekankan keparahan situasi.
Bahasa kiasan dalam Cantik Itu Luka digunakan secara efektif oleh Eka Kurniawan untuk menciptakan suasana yang kaya dan penuh makna. Metafora dan personifikasi memperkuat tema mistis dan sejarah kelam, sementara perumpamaan dan hiperbola menekankan keindahan sekaligus tragedi dalam cerita. Gaya bahasa ini adalah salah satu keunggulan novel, menjadikannya karya sastra yang memikat dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H