Mohon tunggu...
Devita Aprilia
Devita Aprilia Mohon Tunggu... Petani - Petani

An Agriculture & Forest Enthusiasts.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kampung Suku Sasak, Desa Sade, NTB

16 Mei 2019   13:00 Diperbarui: 16 Mei 2019   15:00 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: instagram.com/vitapriliaa/

Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat terkenal akan keindahan panorama pantainya namun selain itu Lombok juga memiliki  warisan adat budaya yang menarik. Hal ini berkaitan dengan adanya suku Sasak yang masih melestarikan budaya adat dan tradisinya. Perlu diketahui Lombok saat ini telah dinobatkan sebagai salah satu tujuan wisata halal terbaik di dunia.


Bagi sobat wisata yang akan berlibur ke Lombok jangan melewatkan mengunjungi salah satu  perkampungan Suku Sasak  di Desa Sade. Desa Sade berjarak 30 Km dari Kota Mataram atau sekitar   15 menit dari Bandara International Lombok. Jangan khawatir, lokasi perkampungan Sade ini sangat mudah ditemukan karena tepat berada di pinggir jalan raya Praya -- Kuta.

Saat tiba di Desa Sade, Sobat wisata akan langsung dijamu oleh lokal tour guide lokal suku Sasak. Mereka akan menjelaskan secara rinci tentang sejarah suku sasak dan memandu berkeliling kampung Sade. Untuk dapat menikmati suasana perkampungan suku Sasak ini, sobat wisata hanya perlu membayar uang sumbangan seikhlasnya untuk membantu mendukung kelestarian suku sasak di Desa Sade..

Musik dan tarian gendang beleq menyambut kedatangan sobat wisata yang berkunjung di desa sade. Dahulu gendang beleq merupakan musik penyemangat bagi para kesatria yang akan menuju ke medan perang. Beleq dalam Bahasa sasak artinya besar. Ukuran yang besar dari gendang ini menghasilkan suara yang khas. Biasanya musik gendang beleq ini di barengi dengan tari peresean. Pereseaan berasal dari kata perisai atau pelindung. Tarian ini dimainkan oleh dua orang dengan membawa perisai dari kulit kerbau yang disebut ende dan pemukul yang berasal dari rotan yang disebut penjalin. 

Selama proses pertarungan akan diiringi oleh musik pengiring sebagai penyemangat bertarung. Alat musik yang digunakan berupa gendingan yang terdiri dari gong, sepasang kendang, rincik, simbal, suling, dan kanjar. Tarian ini dahulu digunakan untuk meyeleksi para petarung yang layak turun ke medan perang. Namun sekarang tarian ini dapat dimainkan oleh masyarakat sebagai upaya pelestarian budaya suku sasak.

Setelah menikmati atraksi yang  memacu adrenalin ini, yuk kita melanjutkan menjelajah desa wisata sade. Penasaran kenapa desa sade begitu menarik? Soalnya warga desa sade ini masih sangat melestarikan adat istiadat serta tradisi suku sasak sejak turun temurun dari nenek moyang mereka mulai dari bentuk rumah, adat budaya hingga mata pencaharian.

Menurut salah satu tour guide yang saya temui di Desa Sade, Bapak Lalu, terdapat 150 kepala keluarga yang menghuni Desa Sade ini hal ini bertujuan agar kelestarian asli suku sasak dapat terjaga dengan baik. Menurut beliau, suku sasak saat ini merupakan keturunan generasi ke enam belas dari leluhur mereka terdahulu.

Ada cerita yang menarik saat mengunjungi perkampungan Sade ini yaitu adanya sebuah istilah 'kawin lari' atau merariq dalam Bahasa Sasak. Kawin lari yang dimaksud adalah saat ada seorang laki-laki yang menyukai  perempuan suku sasak atau diantara keduanya saling suka, maka si laki-laki tersebut dapat membawa lari si perempuan tersebut ke salah satu kerabatnya untuk diinapkan. Kemudian keesokan harinya, laki-laki dan keluarganya yang telah melarikan anak gadis tersebut wajib melamar keluarga sang gadis untuk menikah. Umumnya laki-laki di Desa Sade di wajibkan untuk menikahi perempuan dari sukunya sendiri yaitu orang sasak.

Sumber: instagram.com/vitapriliaa
Sumber: instagram.com/vitapriliaa

Saat berkeliling ke perkampungan di Desa Sade sobat wisata akan disuguhkan keindahan budaya yang masih sangat tradisional. Atap rumahnya masih menggunakan jerami ataupun alang-alang yang sudah dikeringkan. Yang unik dari keberadaan kampung ini adalah rumah adat suku Sasak yang terbuat dari kayu dengan dinding dari anyaman bamboo dan kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku. Lantai dari rumah dibuat dari campuran tanah, getah pohon dan abu jerami yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau.

Bahkan sampai sekarang pun, mereka masih menggunakan kotoran sapi atau kerbau untuk mengepel rumah mereka. Memang terdengar aneh ketika pertama kali mendengarnya, namun saat sobat wisata mencoba masuk ke dalam rumah, tidak tercium bau kotoran apapun. Fungsi kotoran kerbau ini untuk memeperkuat struktur lantai agar tidak pecah-pecah saat panas dan mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.

Rumah adat suku sasak disebut juga bale tani yang berbentuk persegi, tidak berjendela, dan di dalamnya terdiri dari dua sampai tiga ruangan. Keunikan lain dari Bale Tani adalah pintu untuk keluar masuk rumah hanya ada satu, yaitu di bagian depan rumah. Bale tani memiliki teras rendah dengan tangga tiga buah sehingga untuk memasuki rumah ini, sobat wisata harus membungkukkan badan agar kepala tidak terbentur bagian atas pintu. Teras rumah yang rendah mengandung maksud agar tamu merunduk saat masuk dan keluar rumah. Wah, sarat makna ya sobat wisata.

Keluarga suku sasak masih memelihara budaya warisan leluhur, salah satunya adalah tenun. Perempuan di desa ini wajib memiliki ketrampilan menenun yang diajarkan sejak dini. Bagi suku Sasak, kain tenun bukan sekadar rangkaian pintalan benang atau lembaran penutup tubuh melainkan erat kaitannya dengan banyak aspek dalam budaya mereka. 

Salah satu aturan adat suku sasak  yang masih dijalankan di beberapa tempat adalah perempuan baru diperbolehkan menikah jika sudah bisa menenun. Alasannya, seorang perempuan akan diajarkan tentang sebuah kesabaran, ketekunan, kelemahlembutan, pengorbanan, dan kesederhanaan dari menenun. Masyarakat suku sasak menyakini dengan memiliki sifat tersebut berarti si anak gadis sudah siap untuk menjalani bahtera rumah tangga.

Jika sobat wisata datang ke sini, ada banyak barang khas Lombok yang bisa di beli diantara kain tenun songket, gelang, aksesoris dan cenderamata lainnya. Harganya pun bersahabat dari mulai Rp 5000-1.000.000 ada tergantung kualitasnya.
Nah, kalau sobat wisata berkunjung ke desa sade yang keren ini, jangan lupa untuk berbelanja kain tenun mereka ya! Keren dan murah loh!

Akhiri perjalanan sobat wisata dengan menyaksikan senja di ufuk barat  dengan latar hijaunya rerumputan Bukit Merese. Perjalananmu Sobat Wisata akan semakin berkesan karena selain bisa mengunjungi keindahan alam pulau Lombok, kalian juga bisa mengetahui dan mempelajari kebudayaan di Lombok ini. 

Ayoo ke Lombok.

-@vitapriliaa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun