"But love is blind, and lovers cannot see the pretty follies that themselves commit." - William Shakespeare's-
Pernahkah kamu melihat di sekitar mu banyak sekali pasangan yang mengalami kekerasan dalam suatu hubungan akan tetapi tidak bisa lepas dari hubungan tersebut? Atau mungkin kamu merasakan hal yang sama tetapi bingung harus bagaimana?Â
Kamu merasa hubungan yang kamu jalani tidak seindah itu, pasangan mu kerap main tangan ketika kalian bertengkar, tidak bisa mengontrol emosinya, mulai mencaci maki, dan mengancam, serta menjauhkan kamu dari orang tercinta.Â
Tetapi yang kalian lakukan hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Toh, kalian hanya berpikir bahwa pasangan kalian sedang terbawa emosi. Kalian mulai memaklumi dan memaafkan atas tindakan yang mereka lakukan ke kalian.
Saya pernah kesal dengan korban yang hanya berdiam diri dan menerima tindakan pasangannya. Apa susah nya sih melepaskan hubungan yang seperti itu? Pikiran itu datang saat saya geram mendengar orang terdekat saya menjadi salah satu korban kekerasan dalam hubungan asmaranya. Ketika saya mendengar dan mencari tahu apa alasannya, ternyata tidak semudah itu untuk melepaskan diri dari kekerasan dalam hubungan.Â
Orang terdekat saya sudah berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Ia tidak bisa lepas dari pasangannya. Bukan hanya pada korban yang tidak ingin lepas tetapi kepada pelaku kekerasan yang juga membuat korban tidak bisa lepas darinya. Apa yang teman baik saya alami ini ternyata juga banyak dialami oleh pasangan lainnya.
"Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) pada tahun 2016 untuk mengetahui informasi mengenai pengalaman hidup perempuan yang mengalami kekerasan dengan usia 15 tahun keatas. Diketahui sebanyak 33,4% perempuan usia 15-64 tahun telah mengalami kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual selama hidupnya, dengan jumlah kekerasan fisik sebanyak 18,1% dan kekerasan seksual 24,2%" (DP3A Semarang Kota,2023).Â
Fakta tersebut tidak mengherankan karena setiap hari nya kita dibombardir oleh berita dari media massa mengenai kekerasan fisik maupun verbal dalam hubungan.Â
Tidak hanya media massa, saya yakin di sekitar lingkungan kita banyak sekali yang mengalami hal tersebut tapi masih belum berani menyuarakannya. Media massa sering kali menyorotkan kepada korban dibandingkan pelaku.Â
Akibatnya masyarakat hanya asik mengomentari korban karna kesalahannya bukan terhadapat pelakunya. Hal itu membuat banyak sekali korban kekerasan takut untuk bersuara di depan khalayak dan menyalahkan diri sendiri.