Guru dituntut berpikir kritis untuk mengidentifikasi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran, pada tiga hari pertama pelaksanaan PPG Daljab 2022. Hari ketiga, saya dan 34 rekan lainnya yang tergabung di kelas Bahasa Indonesia telah menyelesaikan dua pokok kegiatan. Pertama, kegiatan pendalaman materi yang dilaksanakan mahasiswa PPG secara mandiri. Kedua, kegiatan identifikasi masalah yang dilaksanakan dibawah bimbingan dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (Dr. Fransisca Dwi Harjanti, M.Pd.) dan guru pamong (Dian Ariani, S.Pd. -- SMAN 6 Surabaya).
Kegiatan pendalaman materi dilaksanakan sekitar 10 hari sebelum masa orientasi mahasiswa PPG Daljab 2022. Mahasiswa dituntut membuat resume terkait dua modul yang diberikan (pedagogi dan profesional). Modul pedagogi berisi penjelasan secara teoritis terkait konsep dasar ilmu pendidikan, peran guru dalam pembelajaran abad 21, pembelajaran inovatif, dan perancangan pembelajaran invatif. Sedangkan modul profesional terdiri atas enam subpokok bahasan : tata bahasa, semantik dan wacana, kesastraan, keterampilan berbahasa reseptif, keterampilan berbahasa produktif, dan genre teks dalam bahasa Indonesia. Konten materi profesional itu memang diperuntukkan bagi guru mapel Bahasa Indonesia. Membaca konsep-konsep itu ibarat sedang mengecas baterai HP yang sudah low. Guru yang selama ini terkungkung oleh rutinitas terapan pembelajaran di kelas, disegarkan kembali oleh konsep, teori dan filosofi pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari sumber tersebut sangat penting bagi mahasiswa ppg saat melaksanakan fase selanjutnya, identifikasi masalah. Resume dari dua modul tersebut diuraikan dalam form LK 0.1 dan diupload ke LMS (learning manajement system) menggunakan format pdf. Upload LK 0.1 ke LMS tersebut dilaksanakan setelah kegiatan orientasi mahasiswa PPG Daljab 2022. Kegiatan mahasiswa PPG Daljab 2022 kategori I pada hari pertama melakukan identifikasi masalah. Kegiatan ini dibimbing oleh Dr. Fransisca Dwi Harjanti, M.Pd, selaku dosen UWKS didampingi guru pamong, Dian Ariani, S.Pd (SMAN 6 Surabaya) . Bahan pembelajaran yang disajikan untuk mahasiswa adalah ebook yang berjudul "Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi" yang diunduh melalui LMS. Sebelum mahasiswa melakukan identifikasi terhadap masalah yang dialami selama mengajar, dosen pembimbing terlebih dahulu memberikan gambaran umum terkait hal tersebut melalui web meeting. Â Permasalahan yang akan diidentifikasi mahasiswa dibagi ke dalam enam jenis masalah, antara lain : 1) pedagogik, literasi, dan numerasi, 2) kesulitan belajar siswa, 3) membangun relasi/hubungan dengan siswa dan orang tua siswa, 4) pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif, 5) materi sulit, dan 6) pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran.
Setelah pemaparan, dosen dan guru pamong mengajak mahasiswa melakukan kegiatan diskusi untuk berbagi ide, pengalaman, kendala/solusi mengenai masalah yang terjadi terkait jenis permasalahan pedagogik, literasi, dan numerasi. Beberapa permasalahan yang diutarakan mahasiswa (mayoritas masalah pedagogik) langsung mendapat koreksi dari dosen dan guru pamong. Koreksi yang dilakukan terkait fokus masalah yang teridentifikasi disertai analisis terkait masalah yang sudah teridentifikasi tersebut. Â Beberapa masalah dari puluhan masalah mahasiswa yang terdidentifikasi diantaranya adalah tentang rendahnya rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, rendahnya motivasi belajar siswa, dan rendahnya motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Selanjutnya dosen dan guru pamong mengajak mahasiswa berdiskusi terkait jenis permasalahan kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sama seperti jenis permasalahan sebelumnya, dosen memberikan pengarahan tentang permasalahan yang masuk dalam wilayah kesulitan belajar siswa. Guru pamong juga memberikan gambaran simulasi identifikasi masalah jenis ini disertai analisis terhadap masalah yang teridentifikasi. Permasalahan pada bagian ini cukup mengagetkan dan menjadi informasi penting bagi dunia pendidikan di tanah air. Bagaimana tidak, ternyata di belahan Indonesia bagian timur masih ditemukan siswa kelas VII (kelas 1 SMP) yang belum mampu membaca! Hal ini diungkapkan salah satu mahasiswa PPG Daljab kategori 1 2022 ketika memaparkan masalah yang ia temui dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Masa covid-19 lalu, banyak ditemukan siswa kelas 3 SD belum bisa membaca, ini dimaklumi banyak pihak karena pembelajaran daring sangat menyulitkan siswa kelas pertama sekolah dasar. Ditambah dengan pendampingan oleh orang tua siswa yang tidak maksimal, bahkan tidak dapat dilakukan karena kondisi sosial ekonomi orang tua siswa. Namun jika mendengar siswa kelas 1 SMP belum bisa membaca, tentunya ini tidak bisa hanya disebabkan oleh covid-19 saja. Banyak faktor lain yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Dapat dibayangkan betapa beratnya tugas guru SMP yang mendapat limpahan produk lulusan sekolah dasar seperti pada kasus tersebut.
Jenis permasalahan selanjutnya adalah tentang membangun relasi/hubungan dengan siswa dan orang tua siswa. Pada tahap ini, dosen dan guru pamong memberikan pemaparan terkait masalah-masalah yang masuk dalam jenis permasalahan yang sedang dibahas. Dosen membimbing mahasiswa memilih variabel masalah yang dapat diukur. Hal tersebut dilakukan agar mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan lanjutan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Â Salah satu masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya dukungan orang tua terhadap perkembangan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan masalah relasi dengan siswa yang kerap terjadi adalah rendahnya hubungan komunikasi guru dan siswa. Hal ini disebabkan rata-rata guru mapel hanya melaksanakan satu fungsi saja dari beberapa fungsi guru, yaitu mengajar. Guru mapel sebaiknya dibekali dengan kemampuan konseling untuk menjalin relasi dengan siswa, dan turut membantu menyelesaikan persoalan siswa di tingkat mapel. Sebab sebagian siswa yang bermasalah dengan satu mapel, dapat dipastikan juga mengalami masalah dengan mapel lainnya. Guru dalam menyelesaikan persoalan ketika ada siswa yang bermasalah di mapel tersebut, hendaknya melakukan tindakan yang benar. Tidak hanya menegur karena sering tidak mengumpulkan tugas, sering terlambat, atau bahkans ering tidak masuk. Namun guru mapel harus mampu menggali akar permasalah mengapa siswa tersebut seperti itu, dan mendiskusikan untuk mencari solusi.
Hari pertama pelaksanaan kuliah PPG Daljab di UWKS ini juga  menampilkan presentasi hasil pemikiran mahasiswa terkait tiga jenis permasalahan yang telah didiskusikan. Mahasiswa juga mengisi kolom komentar dan usulan topik di LMS (folder 1.d.1, 1.d.2, dan 1.d.2) terkait topik yang didiskusikan pada hari pertama.
Kegiatan hari kedua perkuliahan PPG Daljab 2022 di Universitas Wijaya Kusuma (UWKS) masih tentang identifikasi masalah. Jenis masalah yang dibahas selanjutnya adalah ; 1) pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif, 2) materi sulit, dan 3) pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran.
Seperti hari pertama, dosen dan guru pamong memberikan penjelasan terkait maslaah yang masuk pada jenis permasalahan "pemanfaatan model-model pembelajaran inovatif". Setelah pemaparan, dosen mengajak mahasiswa berdiskusi untuk berbagi ide, pengalaman, kendala/solusi mengenai masalah yang terjadi dan saat proses identifikasi masalah yang diperoleh dari hasil belajar mandiri. Salah satu masalah yang teridentifikasi adalah lemahnya kemampuan guru dalam melaskanakan tahapan kegiatan pembelajaran proyek berbasis IT. Project based learning (PjBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan Kemendikbud sebagai salah satu model yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Secara teori, rata-rata guru sudah mengetahui apa dan bagaimana langkah-langkah model pembelajaran tersebut. Namun kenyataannya dalam implementasi di lapangan, tidak sedikit guru yang salah kaprah. Ada yang menganggap pemberian tugas dengan tenggat waktu tertentu juga merupakan pembelajaranproyek, dan miskonsepsi lainnya. Terlebih saat ini dengan tuntutan zaman, guru juga harus mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek.
Selanjutnya dosen dan guru pamong mengajak mahasiswa berdiskusi terkait jenis permasalahan materi sulit dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sama seperti jenis permasalahan sebelumnya, dosen memberikan pengarahan tentang permasalahan yang masuk dalam wilayah jenis permasalahan tersebut. Guru pamong memberikan gambaran simulasi identifikasi masalah jenis ini disertai analisis terhadap masalah yang teridentifikasi. Salah satu bahan diskusi yang dibahas adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyusun karya ilmiah. Jika di tingkat SMP salah satu materi sulit adalah menulis teks berita, maka di tingkat SMA/SMK materi yang dianggap sulit bagi siswa adalah merekonstruksi karya ilmiah. Materi karya ilmiah di tingkat SMA/SMK pada kurikulum 2013 disajikan pada siswa kelas XI. Mulai dari menyusun proposal penelitian, hingga menyusun laporan karya ilmiahMeskipun siswa harus menyusun karya ilmiah dalam bentuk sederhana, namun demikian siswa tetap harus memahami struktur penulisan karya ilmiah mulai dari bab I (penahuluan) hingga bab V (simpulan dan saran). Persoalan sulitnya materi ini tentu tidak bisa dilemparkan pada siswa saja. Ada banyak kemungkinan hal ini bisa muncul, salah satunya adalah penguasaan materi dari sisi kompetensi guru terkait karya ilmiah. Guru yang menguasai dengan baik materi tersebut, tentu tidak akan text book oriented dalam menjelaskan materi. Diperlukan kecakapan berbahasa yang baik untuk menghubungkan bahasa buku ke pemahaman siswa. Disamping metode dan media pembelajaran yang tepat, pemahaman guru tentang karya ilmiah akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Jenis permasalahan selanjutnya adalah tentang membangun pemanfaatan teknologi/inovasi dalam pembelajaran. Pada tahap ini, dosen dan guru pamong memberikan pemaparan terkait masalah-masalah yang masuk dalam jenis permasalahan yang sedang dibahas. Dosen membimbing mahasiswa memilih variabel masalah yang dapat diukur. Hal tersebut dilakukan agar mempermudah mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan lanjutan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Â Salah satu masalah yang teridentifikasi adalah rendahnya kemampuan guru dalam penyusunan alat evaluasi pembelajaran teks sastra berbasis IT. Sama seperti persiapan dan proses pembelajaran, aspek evaluasi pembelajaranmemiliki peran penting dalam keberhasilan belajar siswa. Saat ini alat evaluasi berbasis IT sudah sangat diperlukan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Alat evaluasi konvensonal berupa soal-soal pilihan ganda berbasis kertas dapat dikatakan hal minimal yang harus dimiliki guru. Namun dalam implementasinya, alat evaluasi tersebut bisa dibuat menajid lebih menarik dan memberikan pengalaman belajar yang berkesan bagi siswa. Seperti pemanfaatan aplikasi hot potatoes atau pemanfaatan aplikasi quizis. Soal-soal latihan akan dibuat lebih menarik menggunakan dua aplikasi tersebut. Bahkan khusus untuk hot potatoes, siswa tidak hanya akan diuji kemampuan belajarnya, namun juga dapat langsung belajar saat ujian. Sebab aplikasi tersebut dapat menayangkan jawaban yang benar beserta penjelasannya ketika opsi jawaban siswa sudah dikunci. Siswa juga dapat langsung mengetahui skor yang ia peroleh setelah selesai ujian, dan skor tersebut dapat langsung diinput ke datase guru. Persoalannya adalah banyak sekolah di Indonesia tidak dapat menerapkan hal tersebut karena keterbatasan sarana dan prasarana. Seperti keberadaan komputer, jaringan internet, dan lainnya.