Mohon tunggu...
Devi Safitri
Devi Safitri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Saya orangnya simple dalam hal tertentu

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

My Dream My Love Bagian 34

13 September 2024   05:07 Diperbarui: 13 September 2024   05:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Arumi, Mita, dan Teman Baru


  Hari ini Arumi main ke kost nya Mita. Mita nge kos karena rumahnya cukup jauh dari kampus. "Hai, Mita.." sapa Arumi.
"Arumi, tumben lo main ke kosan gue. Ada maunya ya?" tuduh Mita.
"Enak aja. Aku mau cerita sesuatu sama kamu tau. Tapi kamu keliatannya lagi banyak tugas ya?" tanya Arumi.
"Iya nih. Aku fokus ngerjain tugas dulu ya, Rum? Kamu dateng sendiri?"
"Sama temen kampus. Tapi dia lagi beli jajan dulu di warung. Ntar baru ke sini," jelas Arumi.


  Tiba-tiba teman yang tadi Arumi bicarakan muncul sambil membawakan makanan. "Hai!" sapa cewek itu, namanya Lala.
"Lo temennya Arumi ya?" tanya Mita.
"Iya. Se jurusan juga. Kalo lo sering liat, gue akrab sama Arumi di kampus,"
"Lo asyik juga orangnya ngomong lo gue. Gak kaya Arumi ngomongnya masih pake aku kamu. Gak asyik lo, Rum!" seru Mita.
"Ya Alloh perkara begituan aja dipermasalahin," ujar Arumi.
"Lo gimana bergaul sama Arumi yang gak asyik itu? Manggilnya lo gue atau aku kamu?" tanya Mita.
"Ya senyamannya aja sih. Arumi nyamannya pake aku kamu ya tetep seperti itu. Gue nyamannya pake lo gue ya tetep kaya gini. Se nyamannya aja pake bahasa yang mana," jelas Lala.
"Lo jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia sama kaya Arumi? Mau jadi guru?"
"Iya. Kalo gue kayanya tipe guru yang lebih gaul ya ketimbang Arumi," kata Lala.
"Iya lha. Bajunya aja fashionable begitu,"
"Lo jurusan apa? Eh, gue gak tau nama lo!" seru Lala.
"Lucu ya kalian. Asyik ngobrol tapi gak tau nama masing-masing," ujar Arumi.
"Kenalin, nama gue Mita. Dari Jurusan Sastra Inggris. Salam kenal,"
"Salam kenal juga. Nama gue Lala, satu jurusan dan satu kelas sama Arumi. Lo masuk sastra Inggris, yang katanya miskin prospek kerja?"
"Seenggaknya bisa buka kursus bahasa Inggris, bisa ke luar negeri. Nah, jurusan kalian kalo gak jadi guru mau jadi apa?" Mita membalas hinaan Lala.
"Jangan salah, Mit. Kita bisa jadi penerjemah kalo bisa bahasa Inggris lho. Kita bisa ngambil lahan pekerjaan jurusan lo yang salah satunya jadi penerjemah. Lagian ini jurusan pendidikan, bukan sastra. Kita juga bisa ngambil lahan pekerjaan jurusan sastra, termasuk jurusan Sastra Indonesia. Jadi Pendidikan Bahasa Indonesia prospek kerjanya lebih luas ketimbang Sastra Indonesia," jelas Lala.
"Oh gitu. Tapi jadi gak nyambung sama Jurusannya dong. Ini kan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, tapi jadi penerjemah bahasa inggris," ujar Mita.
"Pekerjaan yang diliat kemampuannya sama portofolio. Gak selalu mandang dari jurusannya,"
"Dia sering bolak balik Indonesia-Inggris lho. Papanya orang Inggris nikah sama mamanya yang asli Indonesia," Arumi mengenalkan Lala.
"Jadi lo blasteran Inggris-Indonesia? Pantesan cantik banget. Jago ngomong Inggris? Kenapa gak ambil jurusan Bahasa Inggris malah Bahasa Indonesia?"
"Yeah, but it's up to me. I chose it because I love my country. What is wrong with it?" Lala mulai bicara bahasa Inggris.
"Wih, berasa jago bahasa Inggris nih yee. Gue aja mahasiswa Sastra Inggris belum lancar,"
"Kaget kan mahasiswa Bahasa Indonesia lancar ngomong Inggris?" tanya Arumi pada Mita.
"Ya papanya kan orang Inggris, wajar sih. Entar ajarin gue bahasa Inggris ya, La?" Mita memohon.
"Tadi ngerendahin jurusan gue, sekarang minta ajarin gue bahasa Inggris. Yes, it's easy. I'm close to Arumi,"
"Bahasa Inggrisnya juga bukan bahasa anak jaksel lagi. Bahasa kaya penutur asli bahasa Inggris lho. Fasih banget," puji Mita.
"Ya dia emang penutur asli bahasa Inggris kali. Dari kecil kan latihannya? Sering berinteraksi juga sama orang asli Inggris?" tanya Arumi.
"Iya. Dari kecil dilatih papa. Gue juga sekolah TK nya di Inggris. SD nya juga sampe kelas 2, kelas 3 pindah ke Jakarta sampai sekarang, kuliah. Kalo liburan, liburannya ke Inggris. Ya sering ngobrol sama orang asli Inggris," jelas Lala.
"Kenapa gak kuliah di luar negeri? Pake Bahasa Indonesia, gue gak ngerti bahasa Inggris walaupun mahasiswa Sastra Inggris,"
"Itu ada hubungannya sama jurusan gue, pendidikan bahasa Indonesia. Lebih afdol kalo dipelajari di negara aslinya. Kalo kuliah S3 mungkin gue akan mempertimbangkan kuliah di Inggris,"
"Lo berencana kuliah sampe S3?" tanya Mita.
"Kenapa gak? Keluarga gue mampu biayain kuliah sampe S3. Oh ya ngomong-ngomong soal gak bisa bahasa Inggris, lo kuliah semester berapa? Jurusan Sastra Inggris ada hubungannya sama bahasa Inggris, kalo gak bisa bahasa Inggris gimana kerjanya? Ntar lahan pekerjaaannya diambil sama gue lho. Atau orang lain yang bukan dari jurusan bahasa Inggris tapi lancar bahasa Inggris,"
"Semester 3 sama kaya Arumi. Kenapa? Gak usah ngancurin mental orang deh lo mentang-mentang lancar bahasa Inggris," Mita merasa rendah diri.
"Apa yang diomongin Lala bener kali, Mit. Kamu harus mulai belajar bahasa Inggris dari sekarang. Kalo gak, kamu bakal kalah saing sama orang-orang kaya Lala," ujar Arumi.
"La, ntar gue minta no lo ya ke Arumi?"
"Yeah, it's fine. I'm ready to teach english to you," ujar Lala.
"Thank you, Lala.." Mita menghampiri Lala dan memeluknya.
"Gak usah meluk-meluk gue. Lebay amat peluk-peluk,"
"Sebagai tanda terimakasih karena lo siap ngajarin gue bahasa Inggris,"
"Gue udah biasa buka les bahasa Inggris ke anak orang dan dibayar. Karena lo temen Arumi aja, makanya digratisin. Lo beruntung punya sahabat kaya Arumi yang selalu membantu gue di kampus. Jadi gue juga membantu apapun yang berhubungan dengannya,"
"Oke. Makasih Arumi, makasih Lala.. Gue ngerjain tugasnya ntar lagi ah. Gue mau ngobrol-ngobrol sama kalian berdua," ujar Mita.
"Nih, pada mau makanan yang gue beli di warung sebelah gak? Buat kalian," tawar Lala.
  Arumi dan Mita mengambil makanan ringan yang dibeli Lala. Ada mie, kerupuk, dll. "Rum, katanya tadi kamu mau ngomong sesuatu," ujar Mita.
"Oh ya, lupa gara-gara mikirin Lala. La, gak papa kamu kita anggurin? Kita berdua mau bahas masalah kita sendiri," ujar Arumi.
"Santai aja. Lo juga tadi dianggurin kan, Rum sama gue dan Mita gara-gara keasyikan ngobrol tentang jurusan? Gak papa kali. Gue juga gak ngerti masalah kalian apa," kata Lala sambil pasang headset di telinga nya, mendengarkan lagu.


  Lalu akhirnya Arumi dan Mita ngobrol berdua. "Mau ngomong apa, Rum? Lala juga lagi dengerin musik,"
"Jadi kemarin-kemarin aku ditelepon sama Mbak Alda, dan akhirnya ketemu.."
"Mbak Alda mantannya Yudha? Kok dia bisa tau no kamu?"
"Itu gak penting, Mit. Yang penting isi obrolannya. Kamu tau gak Mbak Alda ngomong apa? Dia ngomong tentang kejelekan Bunga. Katanya waktu masih SMA dia sempet kerja sama sama Bunga buat ngancurin hubungan kamu sama Rendi. Jadi Mbak Alda disuruh sama Bunga,"
"Bunga juga terlibat? Malah dia yang nyuruh? Gak nyangka, padahal sebaik itu di depan kita. Tapi apa untungnya dia ngancurin hubungan aku sama Rendi? Dia kan sukanya sama Yudha," Mita bingung.
"Biar kamu gak fokus lagi ke Rendi, fokus ke Yudha. Waktu itu dia nyuruh sepupunya yang juga sahabat Yudha yang mempengaruhi kita berdua buat ngejar Yudha. Waktu itu kita jadi musuhan, kan? Singkatnya, Bunga pengen adu domba kita.."
"Bunga sejahat itu orangnya. Udah jadi istri Yudha lagi. Yudha tau soal ini?"
"Udah. Karena buktinya ada, direkam Mbak Alda. Aku yang kirim ke email Yudha. Aku juga kasih tau soal dia adu domba aku sama kamu, tapi aku gak nyimpen buktinya. Yudha gak tau kalo itu aku yang kirim," jelas Arumi.
"Semoga pas Yudha lihat bukti itu, dia berniat buat cerai sama Bunga. Gak ikhlas sahabat gue nikah sama orang jahat kaya gitu,"
"Kalaupun dia cerai sama Bunga, harus nunggu aku selesai kuliah kali. Kalo gak, kuliahku bisa bermasalah. Tiba-tiba aku berharap kerja di luar negeri selesai lulus. Mungkin jadi pengajar bahasa Indonesia di Korea,"
"Percaya aja sama Yudha. Dia pasti punya cara ngeyakinin orang tuanya Bunga buat cerai dari istrinya itu. Yudha pasti mikirin yang terbaik buat sahabatnya," Mita menenangkan Arumi.
"Iya. Semoga aja begitu. Yudha, aku mengandalkan karirku di masa depan sama kamu," kata Arumi.
"Karir kamu, kamu sendiri yang nentuin, Rum. Bukan orang lain," ujar Mita.

"Oh ya, Mit.. Bunga juga ngancem aku, kalo sampe rumah tangganya rusak, dia bakal berbuat sesuatu sama kamu.."

"Kok jadi aku sih? Padahal dia istrinya Yudha dan Yudha maunya sama kamu, bukan aku.."

"Ya karena kamu sahabat aku. Aku lebih keliatan peduli sama kamu jadi dia ngancemnya kamu,"

"Aku gak takut. Aku rela diriku tersakiti demi Yudha bisa bebas dari orang jahat kaya Bunga. Aku dukung Yudha cerai dari orang kaya gitu," kata Mita penuh semangat.

"Ada apa sih? Yang satu nyebut-nyebut kerja di Korea tadi, yang satu lagi nyebut-nyebut soal cerai. Kalian mau nikah dan tinggal di Korea kah?" Lala penasaran.

"Gak nyambung lo, La! Udah gak usah ikut campur, lo gak tau apa-apa tentang masalah kita.." ujar Mita.

"Gue cuma tertarik sama omongan Arumi tadi soal Korea. Aku cuma mau bilang, aku punya temen SMA orang asli Korea. Dia bisa bahasa Indonesia. Kalo salah satu dari kalian minat kerja di Korea, gue bisa ngenalin kalian ke temen gue itu. Dia punya banyak pengetahuan tentang dunia kerja di Korea,"

"Kapan-kapan deh, La. Itu tadi cuma omongan doang. Nanti kalo aku bener-bener butuh, aku pasti bilang sama kamu.." ujar Arumi.

"Ok. No problem," kata Lala terlihat santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun