"Ya sudah, mama beliin. Tapi harus belajar naik motor dulu ya? Kalo udah bisa, kamu juga harus punya SIM. Untuk sementara, mama akan bayar orang untuk nganterin kamu ke sekolah pake motor. Tapi kalo nanti kamu tetep gak bisa naik motor walaupun udah belajar, kamu harus tanggung resiko. Motornya harus dijual sama mama, ya? Dan nunggu beberapa bulan lagi buat beli mobil,"
"Seribet itu, ma?" tanya Arumi.
"Iya. Karena cari uang gak gampang. Makanya kalo beli barang harus ada hasil. Kalo gak, terpaksa dijual.."
"Ma, jangan sekeras itu sama anak sendiri.." Papa Arumi menasihati istrinya.
"Ini juga ilmu buat Arumi, pa. Biarkan dia belajar kalo kehidupan itu keras. Sekaligus biar kamu tau resiko nya di masa depan,"
"Iya, ma. Aku siap nanggung resiko,"
"Oke, mama beliin. Mulai besok kamu bisa belajar naik motor,"
 Besok pagi, Arumi diantar seorang perempuan cantik pakai motor milik Arumi. Ternyata dia orang bayaran mamanya Arumi. "Makasih, mbak.."
"Sama-sama, dek.." Perempuan itu tersenyum. Perempuan itu usianya sekitar 24 tahun dan sebelumnya bekerja jadi ojek online salah satu perusahaan swasta di Indonesia. Tapi akhirnya berhenti karena suatu masalah. Kini direkrut jadi sopir pribadi mamanya Arumi menggantikan sopir lama. Tapi sekarang dia fokus mengantarkan Arumi ke sekolah pake motor karena sopir yang lama belum diizinkan mamanya Arumi untuk berhenti.
"Mbak, ada waktu buat ajarin saya naik motor gak?" tanya Arumi.
"Bisa gak panggil saya kak, jangan mbak. Saya bukan orang Jawa,"