Yudha bertemu Dafa
 Yudha menjalankan motornya menuju alamat yang dikasih Mita padanya. Cukup jauh rupanya. Tapi dia memaksakan diri demi mencari tahu soal Arumi. Sesampainya di tempat tujuan. Rumahnya kelihatan bersih, rapi, dan terawat tapi sepi. Dan di situ ada tukang kebun yang sedang merawat bunga dan membersihkan halaman. "Permisi, pak. Apa benar ini rumahnya Dafa?" tanya Yudha.
"Dafa Reinaldi?" tanya tukang kebun.
"Saya gak tahu nama lengkapnya. Yang jelas namanya Dafa,"
"Iya, dia tinggal di sini. Saya kerja di sini. Tapi dia sedang tidak ada di rumah,"
"Boleh saya tunggu aja, gak di sini?"
"Boleh, silakan masuk.." Tukang kebun itu mengantar Yudha masuk ke rumah.
 Ternyata rumah Dafa sangat sederhana. Dia bukan orang kaya tapi rumahnya bagus. Dan orang tuanya tetap mempekerjakan tukang kebun karena orang tua Dafa sangat suka tanaman dan bunga. Tukang kebun itu mempersilakan Yudha duduk dan akhirnya Yudha duduk.
 Beberapa menit kemudian orang tuanya Dafa datang. "Ini siapa, ya? Temennya Dafa? Tapi saya gak pernah ketemu," kata ibunya Dafa.
"Ya, saya dan Dafa emang jarang ketemu. Saya kenal lewat temennya Dafa yang lain. Teman dari teman, seperti itu.."
"Oh, begitu. Ada urusan apa dengan Dafa?"
 Tiba-tiba Dafa muncul, baru pulang dari sekolah. "Eh, Dafa? Ada orang yang nyariin kamu.." kata ibunya.
"Iya. Makasih, Bu.." ibunya Dafa kembali ke dapur, meninggalkan mereka berbicara berdua.
 Dafa heran, karena tidak merasa kenal dengan laki - laki itu. "Kamu siapa, ya?"
"Kamu kayanya lupa. Aku Yudha, sahabatnya Arumi. Kamu pernah pacaran, kan sama dia?"
"Oh, sahabatnya Arumi. Mungkin kita pernah ketemu, tapi lupa. Oh ya, kemarin aku ketemu Arumi. Dia berubah, sekarang cantik. Titip salam buat Arumi, ya.."
"Maksudnya kamu mau ngedeketin Arumi lagi, gitu?"
"Iya, mungkin. Soalnya dia cantik,"
"Ngaku, kamu! Dulu kamu nyakitin Arumi, kan!" seru Yudha.
"Hus, jangan kenceng-kenceng. Gak enak, ada orang tua aku.." kata Dafa.
"Gak usah ngalihin pembicaraan. Jawab aja pertanyaan aku,"
"Gimana, ya? Soalnya Dulu Arumi jelek, pake kaca mata, gak pernah dandan. Mana mungkin aku suka sama cewek kaya gitu. Aku suka karena dia kaya. Tapi aku gak berhasil lama-lama pacaran sama dia, karena keburu ketauan aku selingkuh. Dan akhirnya kita putus. Tapi sekarang dia cantik,"
 Mendengar pengakuan Dafa, Yudha langsung menampar Dafa. Dafa kesakitan. "Kenapa lo nampar gue?"
"Itu hadiah buat lo karena nyakitin cewek. Udah nyakitin, dan sekarang lo berharap buat jadian sama dia lagi? Gak akan gue biarin,"
"Kenapa sih lo sewot banget? Lo suka sama Arumi?"
"Kalo iya emang kenapa?"
"Ya udah sana ambil aja Arumi. Gue cuma bilang dia cantik, bukan berarti gue berharap jadian sama dia lagi. Apalagi kalo ada saingannya. Ogah,"
"Jangan bohong, lo. Kalo gue gak dateng, pasti lo bakal deketin Arumi, kan? Gue gak akan biarin lo deketin Arumi lagi. Ngerti, lo!" ancam Yudha. Dan dia langsung keluar dari rumah Dafa.
'Segitunya banget cinta sama cewek,' batin Dafa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H