Mohon tunggu...
deviranasywa
deviranasywa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus UPI Cibiru

Saya mahasiswa aktif UPI Kampus Cibiru. Tertarik seputar sastra, musik, bola, film dan buku. Kepribadian INFJ

Selanjutnya

Tutup

Bola

Fenomena Perilaku Suporter Sepakbola Yang Tidak Menjunjung Sikap Nasionalisme

24 Desember 2024   20:17 Diperbarui: 24 Desember 2024   20:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling digemari oleh banyak orang di dunia, termasuk di Indonesia. Popularitas penggemar sepakbola di Indonesia bisa dilihat dari banyaknya suporter sepakbola yang mendukung klub kebanggaannya, yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sebagai warga Indonesia, sudah pasti membela Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Penggemar sepakbola merasa bangga dan cinta terhadap tanah air melihat saat ini Tim Nasional Sepakbola Indonesia sedang mengalami peningkatan perkembangan. Makna Nasionalisme bukan hanya sekedar cinta terhadap tanah air saja, tetapi juga menghargai persamaan keanggotaan dari semua etnis dan budaya. Jadi bangga karena pemain Tim Nasional Sepakbola Indonesia terdiri dari berbagai etnis. Selain mendukung tim khusus negara, banyak suporter sepakbola di Indonesia, mendukung klub dari daerah asalnya masing-masing.

Jika Tim Nasional sepakbola Indonesia yang bertanding, semua suporter bola di Indonesia bersatu untuk mendukung. Tetapi berbanding terbalik di ranah pertandingan klub sepakbola lokal. Dilihat dari sisi baik suporter yang merasakan kebahagiaan atas klub yang didukungnya memenangkan pertandingan, ada sisi negatif dari sorak suporter yang klubnya mengalami kekalahan. Hal tersebut menjadikan suporter sepakbola bersikap dan berperilaku tidak menjunjung Nasionalisme dan menyimpang dari nilai nilai pancasila seperti sikap etnosentrisme, anarkis, provokatif, terhadap sekelompok suku. Sikap perilaku tersebut biasanya dilakukan oleh suporter yang fanatik dan mengakibatkan dapat berujung pada tindak kekerasan. Di Indonesia sendiri, banyak kasus tindak kekerasan yang dilakukan oleh suporter sepakbola yang bahkan sampai merenggut nyawa.

Insiden seperti itu sering terjadi di Indonesia. Save our soccer menghimpun sekitar 72 korban secara "terpaksa" tewas akibat pertengkaran yang disebabkan oleh bedanya pilihan klub yang dibanggakan yang dihimpun semenjak tahun 1995, amarah dan benci yang sudah ada dalam diri individu dapat membuat seseorang bertindak sesukanya dan tak berpikir rasional. 44% kasus yang ada dalam pertikaian antar suporter ini tergolong ke pembunuhan secara sengaja. (Sumber : Tirto.id)

Maraknya pertikaian antar kelompok pendukung sepakbola yang tak sedikit mengorbankan nyawa seseorang. Bentrokan di antara pendukung klub sepakbola di Indonesia seperti kasus lama yang terus menerus berulang, dengan sebab pemicu kejadian awal yang sama yaitu sikap perilaku etnosentrisme, anarkis, provokatif.

Apa penyebab suporter sepakbola memiliki sikap perilaku etnosentrisme, anarkis, dan provokatif?.

1. Nilai-nilai Pancasila dan Sikap Nasionalisme
Sebagai warga negara bangsa Indonesia yang menganut ideologi Pancasila, kita harus mengimplementasikan nilai Pancasila di kehidupan kita. Pancasila menjadi pedoman hidup damai di negara dengan nilai-nilai tiap sila yang mempersatukan antar suku, budaya, ras, agama, dan lainnya yang berbeda. Dengan hadirnya sikap etnosentrisme, anarkis, dan provokatif, di kalangan suporter bola itu menunjukan bahwa nilai nilai pancasila dan sikap nasionalisme sudah memudar, sudah tidak tertanam dalam dirinya. Masyarakat terutama suporter sepakbola, sebagian tidak bisa menghargai etnis dan budaya lain. Pudarnya nilai nilai pancasila pada suporter sepakbola tersebut juga bukan hanya bisa dilihat secara langsung saat pertandingan, tetapi juga bisa diihat di media sosial. Banyak terjadinya bullying, merendahkan suku lain, ujaran kebencian. Hal hal tersebut bisa kita temukan di platform sosial media seperti Instagram, Tiktok, X. Pengaruh globalisasi pun ikut andil dalam memudarnya penanaman nilai pancasila ini.

2. Era Globalisasi
Di Era Globalisasi semua kalangan bisa mengakses internet, mengakses sosial media. Tentunya di sosial media tidak semuanya bersifat positif. Penggunaan sosial media ini pun sebenarnya fleksibel. Jika kita menggunakannya dengan baik, maka manfaat baik yang akan kita dapatkan. Jika menggunakannya dengan buruk, maka akibat buruklah yang kita dapatkan. Konten yang berisikan sikap etnosentris, anarkis, dan provokatif, dengan mudah bisa kita lihat. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa suporter sepakbola bersikap demikian, bisa karna mencontoh pengaruh buruk di sosial media.

3. Superioritas
Superioritas yaitu perasaan bahwa kita lebih unggul daripada orang lain. Baik individu dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok. Suporter sepak bola yang merasa superioritas, ketika dihadapkan dengan kekalahan klub yang didukungnya, maka akan merasa tidak terima dan muncul lah tindakan tindakan agresif seperti menyanyikan lagu ciri khas klub lain  dengan kata kata kotor, melempar benda benda seperti botol, flare, atau senjata tajam, dan merusak stadion. Tindakan tersebut adalah tindakan anarkis yang tidak diperbolehkan.

4. Rivalitas
Rivalitas yaitu persaingan antar suporter satu dengan suporter yang lain. Rivalitas ini juga kebanyakan merugikan karena berujung pada aksi pengeroyokan, intimidasi, pemukulan, dan tindak kekerasan lainnya. Tentu hal ini sangat tidak mencerminkan nilai nilai Pancasila dan sikap nasionalisme.

Kesimpulannya yaitu memudarnya nilai-nilai Pancasila dan sikap nasionalisme, pengaruh era globalisasi, rasa superioritas dan revitalisasi menjadi penyebab suporter sepakbola bersikap dan berperilaku etnosentrisme, anarkisme, dan provokatif. Nilai nilai Pancasila menjadi faktor utama terjadinya hal tersebut. Karena Pancasila merupakan pedoman hidup berbangsa dan bernegara dengan baik. Jika tidak menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam hidup kita, kita tidak akan bisa hidup damai berdampingan dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun