"if someone treats you badly, just remember that there is something wrong with them, not you. Normal people don't go around destroyong human being." (anonim)
Orang-orang seperti apa sih yang rentan terhadap bullying? Biasanya orang-orang yang dipilih untuk dibully memiliki ciri tertentu yang harus dikalahkan supaya (tetap) berada di bawah. Ciri-ciri orang yang menjadi target bullying antara lain :
1. Posisinya berada di bawah si pembully, seperti junior di sekolah, subordinat (bawahan), adik, istri.
2. Memiliki kekurangan atau masalah fisik/psikis, seperti kurang percaya diri, berasal dari keluarga bermasalah, punya cacat fisik, punya gangguan psikologis, tubuh yang kecil dan ringkih, cengeng.
3. Orang yang lebih suka menyendiri, sedang berjalan seorang diri, tinggal sendirian (jauh dari keluarga).
4. Memiliki kelebihan yang begitu menonjol sehingga dianggap pembully sebagai ancaman.
Selain empat poin di atas, orang yang mudah tersinggung juga sering melaporkan dirinya mengalami bullying, walaupun tidak ada bukti ataupun saksi yang menyatakan bullying telah terjadi.
Dampak dari bullying bermacam-macam seperti peningkatan risiko depresi dan kecemasan, dan risiko lebih tinggi untuk memiliki pikiran bunuh diri dan melakukan tindakan bunuh diri. Ada sebuah penelitian yang menarik dari JAMA Psychiatry (baca postingan sebelumnya tentang dampak jangka panjang bullying) yang menunjukkan efek jangka panjang dari bullying. Penelitian ini dilakukan selama 17 tahun terhadap tiga kelompok anak antara lain : kelompok anak yang dibully, kelompok anak yang membully, dan kelompok anak yang memainkan kedua peran (korban bully yang menjadi pembully). Studi ini benar-benar ditindaklanjuti sampai mereka tumbuh dewasa, dan dilihat apa yang sebenarnya terjadi dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian membuktikan bahwa efek dari bullying adalah langsung, pleiotropik, dan bertahan lama, dengan efek paling parah dialami mereka yang menjalankan kedua peran (korban yang menjadi pembully). Jelas ya...efek paling parah dialami oleh korban yang juga membully.
Bahkan setelah mengendalikan variabel-variabel tertentu seperti gangguan kejiwaan masa kanak-kanak, pelecehan, status sosial ekonomi, kesulitan dan ketidakstabilan keluarga, serta beberapa hal ini, tetap dampak ini masih ada. Korban bully masih memiliki risiko untuk gangguan kecemasan. Mereka yang menjalankan kedua peran (korban sekaligus pembully) memiliki risiko lebih besar mengalami depresi dan gangguan panik.
Ini menarik sekali. Saya mencoba menganalisis apa yang terjadi pada korban bully yang juga pembully ini.