2. Terdapat kelainan organik, tetapi penyebab primernya adalah faktor psikologis.
3. Terdapat kelainan organik, tetapi terdapat pula gejala-gejala lain yang timbul bukan sebab penyakit organik itu melainkan karena faktor psikologis. Dimana faktor psikologis ini mungkin muncul sebab penyakit organik tadi.
SEJARAH PENGGUNAAN ISTILAH PSIKOSOMATIS
Konsep psikosomatis tidak lepas dari konsep stres yang dikemukakan oleh Hans Selye (tahun 1930an). Selye adalah dokter ahli endokrinologi yang dikenal sebagai Bapak Penelitian Stres. Beliau melihat bahwa para pasien di rumah sakit menunjukkan keluhan/gejala yang sama walaupun penyakitnya berbeda, yaitu kehilangan motivasi, kehilangan nafsu makan, gangguan mood dan lainnya. Ia menyebut gejala ini sebagai "sindrom orang sakit". Kemudian Selye melanjutkan penelitian mengenai kondisi ini dan menemukan teori stres biologis, yaitu suatu respon spesifik dari tubuh terhadap suatu tuntutan yang berhubungan dengan sistem endokrin (sistem hormon).
Dari hasil penelitian Selye tentang stres, Helen Flander Dunbar menemukan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik dan psikologis. Tahun 1940an Dunbar memperkenalkan istilah psikosomatis. Namun saat itu, istilah ini belum menjadi suatu konsep yang digunakan luas.
Lalu, tahun 1978, The National Academy Science  mulai mendefinisikan psikosomatis dan menjadikannya bagian dari konsep kedokteran perilaku/kejiwaan.
PEDOMAN DIAGNOSIS PSIKOSOMATIS
Pedoman diagnostik yang digunakan para psikolog adalah buku The Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). DSM diperbaharui terus dan saat ini sudah sampai edisi ke V. Istilah psikosomatis pun berubah seiring perubahan edisi DSM.
1968 >> DSM edisi II menggunakan istilah gangguan PSIKOFISIOLOGI.
1980 >> DSM edisi III barulah menggunakan istilah gangguan PSIKOSOMATIK.
1994 >> DSM edisi IV mengubah istilah psikosomatik menjadi GANGGUAN FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI KONDISI MEDIS