Mohon tunggu...
Husen Areif S
Husen Areif S Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa UNISS KENDAL

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arti Penting Pancasila Sila Pertama

12 Januari 2020   19:32 Diperbarui: 17 Juni 2021   06:43 15095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca juga : Nilai-nilai Pancasila, Benteng Milenial Bangsa

Karena tokoh-tokoh yang menetapkan sila "Ketuhanan Yang Maha Esa" bukanlah mereka yang beragama Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, Kong Hu Cu, ataupun agama lain, melainkan mereka yang beragama Islam-lah yang menyetujui diubahnya sila pertama tersebut.

Keberagaman Agama dan Kepercayaan

Indonesia mengakui bahwa negaranya merupakan kesatuan yang berasal dari banyak individu dengan agama dan kepercayaan yang beragam. Pernyataan ini sesuai dengan tujuan awal diubahnya sila pertama pada tanggal 18 Agustus 1945, di mana kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya" dihilangkan untuk menghargai umat non-muslim.

Esa memang berarti satu, tetapi bukan berarti bahwa Indonesia hanya mengakui satu wujud Tuhan saja, melainkan setiap agama-lah yang memiliki satu Tuhannya sendiri (paham monoteisme).

Sila pertama memiliki makna bahwa Indonesia percaya akan adanya Tuhan, tetapi tidak disebutkan secara spesifik Tuhan yang manakah yang dipercayai tersebut.

Gambaran atau wujud Sang Pencipta tergantung pada agama kita masing-masing. Jika kita beragama Islam, maka Tuhan Yang Maha Esa tersebut adalah Allah SWT. Jika kita beragama Katolik.

Maka Tuhan Yang Maha Esa tersebut adalah Allah Bapa. Demikian pula untuk agama-agama yang lain. Jadi, sila pertama tidak menuntut kita untuk memeluk agama tertentu, melainkan menunjukkan bahwa setiap warga Indonesia memiliki satu Tuhannya masing-masing.

Kita juga diajarkan bahwa kita harus saling menghargai dengan mereka yang menganut agama yang berbeda dan tidak bersikap radikal. 

Karena pada dasarnya, semua agama memiliki fungsi dan peran yang sama dalam kehidupan, hanya wujud dan pelaksanaannya saja yang berbeda. Semua agama memiliki Tuhannya masing-masing, dan semua orang memiliki hak untuk memilih agamanya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun