Hai...salam kenal. Aku Devi. Sebelumnya terimakasih sudah klik judul ini dan selamat membaca diaryku...😊
**
Tak seperti anak-anak pada umumnya,waktu kecil aku tak pernah berharap untuk menjadi dewasa. Bermimpi bahwa menjadi dewasa adalah hal yang keren dan aku bisa menjadi orang yang mandiri. Aku justru takut akan menjadi dewasa. Karena pada saat itu aku harus mulai bekerja keras,aku takut diriku tidak sukses dimasa depan,dan aku hanya menjadi orang yang merepotkan bagi orang lain.
Aku bisa berpikir demikian karena tak melihat sisi keren dan bangganya menjadi dewasa dari orang yang ada di sekitarku saat itu. Dalam kenyataannya, terutama perempuan,aku melihat ada keluargaku walaupun sudah berkeluarga tapi dia harus menanggung beban terlalu banyak. Harus mengurus ke empat anaknya,belanja,memasak,aku juga dulu berpikir kenapa sih perempuan seperti pelayan untuk para suami mereka,tapi suami malah bertindak semena-mena terhadap istrinya. Kan nggak adil banget! ( itu pemikiran ku waktu masih kecil ya). Aku takut akan mengalami hal yang sama di kemudian hari. Memikirkan uang,memikirkan keluarga. Itu adalah yang berat bagiku. Aku juga melihat orang dewasa akan mulai mengenal lawan jenis,menjalin hubungan yang merepotkan. Menjalin komitmen dan menikah.Â
Dan saat ini aku sedang berada pada umur yang mengarahkanku menjadi dewasa. Yaps,umur 22 tahun. Sedari dulu aku selalu berharap aku bisa menemukan passionku kemudian aku bisa bekerja di bidang yang sesuai dengan keahlianku. Namun,sampai lulus SMK pun aku belum tahu aku harus melangkah ke arah mana. Tak ada yang membimbingku dan akhirnya aku seperti berjalan sendirian dalam penemuan jati diri. Semua hal aku pelajari. Mulai dari pemrograman,penulis,bahkan membuat kerajinan. Tetapi dari semua itu tidak ada yang menghasilkan. Dari situlah muncul ketidaksabaran dari orang tuaku. Mungkin mereka bertanya-tanya,'Anakku ngapain sih buat ini itu','Ngapain sih dirumah terus','Kapan anakku bisa kerja keluar rumah kaya orang-orang?'. Ya...mungkin mereka mengharapkanku bisa bekerja dengan orang lain,berangkat pagi,pulang sore,dapet gaji,udah selesai. Namun,itu berbeda dengan keinginanku. Aku lebih menyukai kebebasan yang bisa membuatku mengeksplor banyak ilmu dan pengalaman yang beragam. Tidak hanya berkutat pada satu profesi saja.
Apa aku tidak berhak menentukan jalan hidupku sendiri? Atau lebih baik aku mengikuti alur cerita seperti yang diinginkan orang tuaku? Mungkin saja jalanku keliru dan pilihan orang tuaku lebih baik. Namun,bukankah hidup seperti itu. Tidak ada yang pasti.Â
Tidak sering aku beralih mencoba hal-hal baru hanya untuk mendapatkan uang sesegera mungkin. Hal itu juga di pengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga yang membuatku merasa terburu-buru. Â Akibatnya aku tidak fokus pada apa yang sedang kukerjakan saat ini.Â
Ditambah lagi dengan adanya media sosial yang membuat kita iri dengan pencapaian orang lain. Melihat orang udah sukses bangun bisnis diusia muda,prestasi yang luar biasa,cantik,dapet followers banyak,dan lain sebagainya yang membuat kita jadi overthinking. Oleh karena itu,membatasi penggunaan kita dalam bersosial media adalah pilihan yang bijak. Setuju?
Huh...bentar tarik napas dulu😅
Di umur 20-an kehilangan teman,memang benar adanya. Sulit sekali menemukan teman yang sefrekuensi. Malahan aku merasa kita harus pandai-pandai dalam memilih teman. Maksudku adalah...bukan dilihat dari status sosial maupun prestasinya. Tapi,teman yang benar-benar bisa memberikan efek positif terhadap diri kita. Karena itu adalah hal yang penting.Â
Oh...ya sekalian mau curhat nih.Â
Tahun lalu aku pernah bekerja di salah satu perusahaan swasta. Nah,aku ketemu sama temen yang rajin banget sholatnya. Aku juga ngeliat dia kalo doa itu sangat khusyuk. Mungkin itu kali ya tipsnya,dia bisa dapet banyak closingan (intinya produk yang dia bawa kejual). Karena didorong oleh rasa malu mempunyai teman yang taat beribadah,aku pun jadi kecipratan mengikuti jejaknya. Ya walaupun closinganku nggak sebanyak dia. Aku seperti ditegur bahwa,'dia aja yang closinganya banyak masih sholat sekhusyuk itu,kenapa aku tidak? Bukankah itu namanya sombong'.
Nah,enakkan kalo punya temen yang memberikan afirmasi positif terhadap diri kita? Kita juga ngga rugi!
Kata orang umur 20-an adalah umur yang sulit. Tapi,emang benar sih. Dibilang dewasa juga nggak dibilang anak-anak juga bukan. Jadi apa dong? Bantu jawab di komen ya😊.
Tulisan ini semata-mata hanya coretan pribadi. Tidak bermaksud menggurui atau mempengaruhi orang lain untuk berpikir maupun bertindak melakukan hal yang sama.
Jangan takut untuk membuat kesalahan. Justru takutlah jika tidak mencoba hal-hal baru dan meraih peluang yang ada.
-Unknown
Punya pendapat berbeda?
Silahkan tinggalkan di komen😉
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H