Mohon tunggu...
Devi Oktatiana
Devi Oktatiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengangguran di Kalangan Generasi Z: Antara Ketidakcocokan Keterampilan dan Ekspetasi

26 Maret 2024   11:27 Diperbarui: 26 Maret 2024   11:46 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pengangguran adalah keadaan menganggur atau seseorang tidak melakukan sesuatu atau secara lebih jelas yaitu tidak bekerja. Dalam definisi lain kata pengangguran juga dapat dikatakan sebagai sekelompok generasi yang tidak memiliki pekerjaan, atau sengaja menganggur demi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Seseorang dapat dikatakan menganggur bila dirinya ingin bekerja dan telah berusaha untuk mencari pekerjaan, namun tidak mendapatkannya.

 Definisi bentuk menganggur menurut BPS diantaranya seperti pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekerja sebelumnya. Lalu ada pekerja yang digolongkan setengah penganggur (underemployment) adalah pekerja yang masih mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja rendah. Setengah penganggur sukarela adalah seseorang yang tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

Pengangguran terbuka biasanya terjadi dikalangan Generasi Z yang baru menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi. Generasi Z yang baru menyelesaikan pendidikan cenderung berusaha untuk mencari pekerjaan sesuai dengan minat, keterampilan bahkan ekspetasi yang mereka inginkan. Sehingga tidak jarang generasi tersebut memilih untuk menunda bekerja atau bahkan menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2023 melaporkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia sebesar 5,83%. Angka ini menunjukkan bahwa ada sekitar 8,4 juta orang yang menganggur di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 14,7% di antaranya adalah Generasi Z, yaitu generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Hal ini menunjukkan bahwa Generasi Z menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

 Faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran terbuka di kalangan Generasi Z antara lain:

1. Menempuh pendidikan yang lebih lama. Generasi Z mengejar gelar yang lebih tinggi untuk meningkatkan keterampilan mereka dan menjadi lebih kompetitif di pasar kerja yang semakin ketat. Namun, karena mereka cenderung mengejar gelar yang lebih tinggi  maka mereka cenderung menganggur lebih lama.

2. Seleksi terhadap pekerjaan. Generasi Z lebih suka menunggu dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keterampilan mereka daripada menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

3. Ekspetasi gaji yang tinggi. Banyak Generasi Z mengharapkan gaji yang tinggi setelah lulus dari perguruan tinggi (fresh graduate).

4. Mengutamakan work-life balance. Dalam hal ini mereka menginginkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Karena itu, mereka lebih cenderung memilih pekerjaan yang menawarkan gaji yang memadai, dan juga menginginkan pekerjaan yang mendukung keseimbangan antara kerja dan kehidupan.

5. Ketidakcocokan budaya kerja. Generasi Z lebih menyukai budaya kerja yang mengutamakan fleksibel, suasana kerja yang informal dan suasana kerja yang ramah.

6. Ketidakcocokan keterampilan. Generasi Z yang memiliki gelar sarjana, tetapi keterampilan yang mereka peroleh disewaktu kuliah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. 

Dampak dan tingginya tingkat pengangguran di kalangan Generasi Z dapat menghambat stabilitas ekonomi. Selain itu, dapat meningkatkan masalah sosial seperti kemiskinan dan potensi peningkatan kriminalitas. Disisi lain, terdapat juga dampak individu bagi kalangan Generasi Z, misalnya seperti kesulitan ekonomi atau penurunan kualitan hidup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan yang lebih sulit yaitu kehilangan keterampilan, jika generasi tersebut terlalu lama menganggur atau tidak bekerja, mereka dapat kehilangan keahlian atau keterampilan yang telah dimiliki atau yang telah mereka pelajari. Hal ini dapat membuat mereka lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.

Agar tidak terjadinya angka pengangguran yang tinggi maka sebaiknya pemerintah memberikan solusi yang dapat diterapkan oleh kalangan Generasi Z. Pertama, pemerintah perlu menyelenggarakan pelatihan kerja kepada kalangan yang membutuhkan pekerjaan. Yang dimana dapat mengembangkan keahlian atau keterampilan generasi tersebut. Kedua, pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan, karena pendidikan berperan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Ketiga, pemerintah perlu menyediakan dan meningkatkan sosialisasi seperti memberikan informasi terkait lowongan pekerjaan yang dapat diakses melalui platform digital, seperti Kitalulus, LinkedIn, Jobstreet, dan lain-lain. Dan pemerintah juga dapat memperkenalkan program magang dan kesempatan kerja untuk Generasi Z, baik di sektor swasta maupun sektor publik, sehingga mereka dapat mendapatkan pengalaman kerja yang berharga dan meningkatkan keterampilan mereka.

Tidak hanya meminta solusi atau mengandalkan pemerintah saja tetapi Generasi Z harus mengambil inisiatif sendiri dalam mengurangi tingkat pengangguran. Salah satunya dengan keluar dari zona nyaman dan bersedia mencoba pekerjaan yang berbeda dari keterampilan atau keahlian yang dimiliki. Sebelum Generasi Z menginginkan pekerjaan yang diminati  atau sesuai keahlian, Generasi Z perlu mencari pengalaman kerja tanpa harus memperhatikan gaji yang tinggi atau pekerjaan yang sesuai keterampilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun