Mohon tunggu...
Devi Nurhalimah
Devi Nurhalimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi Sosiologi UIN Walisongo Semarang

saya seorang mahasiswi UIN Walisongo semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Budaya Pop, Dampak Positif dan Negatif pada Remaja Milenial di Indonesia

11 September 2023   19:38 Diperbarui: 11 September 2023   20:19 6314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancaman Budaya Pop, Dampak Positif dan Negatif pada Remaja Milenial di Indonesia 

Oleh : Devi Nur Halimah

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Masuknya berbagai bentuk dan ragam budaya dunia dari negara-negara di luar Indonesia, seperti Amerika, Eropa, Korea, dan cina. Telah mempengaruhi bentuk dan isi budaya populer yang berkembang di negeri sampai saat ini. Kecintaan mereka terhadap budaya pop luar negri, seperti K-Pop, ini menjadi fenomena baru dalam konteks konsumsi budaya pop dimasyarakat. Sementara itu, institusi kapitalis media massa nampaknya berusaha merespons trend ini dengan memproduksi dan menampilkan musik pop. Siaran budaya disesuaikan dengan pola dan format budaya global.

Budaya populer adalah budaya yang kita miliki dan hidup setiap hari, dari musik yang sering kita dengar, acara tv yang kita sering tonton, jam tangan yang sering kita pakai, makanan dan minuman yang kita konsumsi, dan pakaian yang kita kenakan, hinggan cara berbicara kita, itu adalah bagian dari budaya populer. Budaya populer seringkali menghasilkan sesuatu yang bersifat langsung dan juga menggoda, seperti budaya belanja, pergaulan bebas, budaya nongkrong, budaya transgender, dan budaya hiperseksual, infotaiment, dan juga selebriti serta kebiasaan populer dan banyak diminati oleh masyarakat pada umumnya. Beberapa kebiasaan yang dibawa oleh budaya populer dinilai bertentangan dengan nilai-nilai tradisional masyarakat Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi individu dalam mendefinisikan jati dirinya, yang pada akhirnya dapat berdampak pada jati diri bangsa Indonesia.

Budaya populer merupakan sebuah produk masyarakat industri, dimana kegiatan itu mempunyai makna dan hasil (yaitu budaya) di produksi dan di ekspresikan secara numerik yang besar, seringkali dengan bantuan manufaktur, distribusi, dan penggandaan masal, sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang luas. Meskipun industrialitas di Indonesia sedang berlangsung faktanya, selama 100 tahun terakhir, perkembangan industry ini sangat pesat dan berkesinambungan pembangunan baru dimulai pada tahun 1980an, ketika rezim berkuasa.

Adapun musik pop merupakan musik yang sifatnya sangat dinamis, dimana kelangsungan hidup musisi dan lagu-lagunya cenderung mengikuti trend yang berlaku. Kehadiran budaya populer dalam kehidupan masyarakat setempat dalam kondisi tertentu dapat digunakan untuk mengindentifikasi atau menggambarkan gaya hidup. Budaya populer dari luar menyatu dengan budaya populer dari local hingga menjadi media yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Budaya populer dikonsumsi oleh otak yang pasif dan lumpuh. Budaya populer mudah berkembang dikalagan generasi muda saat ini, karena generasi muda saat ini memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi, termasuk beradaptasi dengan berbagai budaya dan nilai-nilai yang ditularkan melalui teknologi. Budaya populer memungkinkan individu dengan mudah dalam mengakses kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan.

Kaum muda adalah pengguna utama jaringan sosial, berinteraksi melalui situs populer seperti Facebook, Instagram, dan twittwer. Situs jejaring sosial ini memiliki ratusan juta anggota yang berinteraksi, mengupdate status, dan masih banyak lagi. Konsumen budaya populer di seluru dunia secara bersamaan mengakses budaya populeer seperti musik, film, acara televisi, dan produk audio visual lainya melalui situs web. Pemanfaatan jejaring sosial oleh remaja Milenial Indonesia telah membuka banyak peluan bagi budaya asing atau budaya populer untuk mengakses dan berbagi informasi, sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan terhadap budaya tertentu. Platform media lama dan media baru pada hakikatnya sama, yaitu dorongan arus komunikasi lintas budaya yang diungkapkan dalam konsep konvergensi media.

Kehadiran budaya populer sangat erat hubunganya dengan globalisasi, industri, kapitalisme, dan demokratis. Kapitalis menyebarkan ideologinya melalui globalisasi budaya dengan menciptakan segala aspek kehidupan manusia, seperti memproduksi makanan dan fashion lalu didistribusikan ke komunitas global melalui media, kemudia menciptakan budaya dari satu tempat ke tempat lain dan hal itu menyebar dan diketahui oleh lapisan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Media massa dan budaya populer mengontrol dan membentuk semua jenis hubungan sosial lainya, Budaya populer semakin mendominasi makna hidup yang sebenarnya, mempengaruhi cara orang berpikir tentang indentitas mereka dan dunia disekitar mereka. Budaya populer bersifat dinamis dan selalu bergerak ke suatu tempat. Budaya populer bukanlah budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, melainkan diciptakan atau diubah seiring dengan transmisi sosial. Budaya populer mengacu pada kombinasi pada perubahan ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya yang membentuk budaya populer. Esai-esai didalamnya memberikan gambaran tentang permasalahan dan komplesitas yang menjadi ciri manifestasi kerakyatan, material, dan ideologis dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu apa dampak positif dan negatif dari Budaya Pop pada zaman sekarang terhadap remaja milenial di Indonesia?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun