Seperti yang sudah kita ketahui dan kita rasakan mengenai dampak dari adanya penyebaran virus covid-19 ini sangat memberikan pengaruh yang besar bagi hampir seluruh negara di dunia. salah satunya adalah Indonesia. Di indonesia sendiri covid-19 ini sangat berdampak terhadap sistem kehidupan yang dijalani masyarakat. baik itu dalam sektor ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan lainnya.
Dalam sistem pendidikan pemerintah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). sistem ini di terapkan guna terus berjalannya sektor pendidikan di Indonesia, tetap mengisi aktivitas sehari-hari walaupun dengan sistem yang berbeda.  Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini akhirnya dikenal dengan istilah "daring" yaitu dalam jaringan yang artinya kegiatan belajar mengajar di Indonesia diterapkan melalui jaringan komunikasi jarak jauh dengan menggunakan teknologi  seperti smartphone.
Pembalajaran daring ini sangat bergantung terhadap sistem komunikasi. Jadi setiap murid dan guru harus memiliki penunjang pembelajaran. Dalam masa daring ini penunjang utamanya adalah tekhnologi komunikasi seperti handphone/smartphone, Laptop, komputer, dan lainnya yang harus di lengkapi dengan jaringan internet.
Lalu apa kaitannya dengan kapitalisme?
Budaya kapitalisme sudah menyebar di dalam sistem pendidikan. Pada kenyataannya sistem pendidikan ini memang sudah erat kaitannya dengan kapitalisme. Sering kita temui dalam pendidikan dikuasai oleh orang-orang pemilik uang, orang kaya, dan kelompok-kelompok elit lainnya. Sedangkan orang atau kelompok miskin hanyalah sebagai penonton dari adanya sistem pendidikan tersebut.
Dari penerapan sistem PJJ dengan pembelajaran daring dinilai hanya mampu dilakukan oleh kaum menengah dan menengah ke atas di Indonesia. Kepemilikan modal belajar berupa smartphone ini jarang dimiliki oleh kaum menengah bawah masyarakat Indonesia, karena pada kehidupan smartphone ini adalah kebutuhan tersier. Bagi kaum menengah bawah, pemenuhan kebutuhan sekunder dan primer saja mereka masih bersusah payah.
Penerapan belajar daring ini terbilang hanya diperuntukan oleh kaum menengah dan menengah atas. Pemerintah memang membuat peraturan pembelajaran ini agar pendidikan di Indonesia tidak mati, tetapi penerapannya kurang memperhatikan para kelompok menengah bawah. Pemerintah kurang memberikan bantuan kepada rakyatnya yang memang membutuhkan.
Dalam kapitalisme kebijakan tersebut terbilang hanya mendukung para kelompok pemilik modal untuk menciptakan tenaga kerja yang berkualitas. Penerapan sistem daring pada sekolah-sekolah elit pasti sangat berbeda jauh dengan penerapan pada sekolah biasa. Para kelompok pemilik modal ini sangat bisa mengikuti adanya pembelajaran daring karena modal yang mereka punya. Mereka bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal.
Contohnya dalam sekolah bergengi yang ada Indonesia selama pembelajaran daring selalu memberikan materi serta tugas yang relevan. Para guru memberikan materi pembelajaran layaknya seperti kegian belajar mengajar seperti biasanya di sekolah. Guru mereka menjelaskan materi bisa melalui zoom atau google meet agar dapat menjelaskan materi pembelajaran tersebut tersampaikan dengan baik kepada muridnya. Mereka tidak lepas dari tanggung jawab yang semestinya, misalnya membuat tugas yang relevan seperti menguploadnya berupa video atau mengerjakan soal secara lisan.
Hal tersebut sangat berbeda dengan penerapan pembelajaran daring yang diterima oleh kelompok menengah dan menengah ke bawah. Guru mereka rata-rata tidak menjelaskan materi pembelajaran, tetapi menyuruh muridnya untuk menonton video penjelasan dari youtube dan setelah itu guru hanya meminta siswanya untuk merangkum inti dari pemaparan materi tersebut.
Sistem seperti itu membuat murid tidak paham apakah materi yang ia rangkum ini penting atau tidak. Mereka butuh penjelasan valid dari guru mereka, tetapi para guru jarang sekali membahas ulang atau memberikan penjelasan yang valid kepada muridnya atas materi pembelajaran yang di dapat. Rangkuman tersebut biasanya di tulis tangan lalu dikirimkan ke guru mereka via group kelas.