Mohon tunggu...
Devi Nuraeni
Devi Nuraeni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta 2020

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Pandemi

29 Juni 2021   19:32 Diperbarui: 29 Juni 2021   19:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Virus covid-19 atau yang biasa kita kenal dengan korona ini berasal dari kota Wuhan, China. Virus ini muncul ditahun 2019 dan mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2020. Awal penyebarannya di Indonesia sempat membuat panik masyarakat karena terkenal dengan salah satu bentuk virus yang mematikan.

Virus korona menyebar di Indonesia kurang lebih sudah sekitar satu tahun lamanya. Dimulai dari awal tahun 2020 sampai sekarang pertengahan  tahun 2021. Penyebaran virus ini sangat luas, hingga tersebar diseluruh daerah di Indonesia terutama di kota-kota besar.

Pemerintah Indonesia mulai resah akan adanya virus covid-19, masyarakat yang terpapar jumlahnya semakin banyak dan masyarakat yang meninggal karena virus inipun tidak sedikit. Langkah pertama yang diambil pemerintah adalah melakukan pembatasan social baik itu dalam jangka besar maupun kecil, tergantung dari tingkat ancaman virus tersebut di berbagai daerah.

Pembatasan sosial berimbas terhadap bidang ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain-lain. Dalam pekerjaan, pemerintah Bersama perusahaan menerapkan sistem Work From Home (WFH). Dimana seseorang bekerja dari rumah, tidak perlu datang ke perusahaan untuk menjalankan pekerjannya.

Dalam Pendidikan, pada Maret 2020 pemerintah menghentikan seluruh aktivitas pembelajaran secara langsung di sekolah. Akibatnya para siswa-siswi melanjutkan pembelajaran dari rumah. Pembelajaran ini disebut daring (dalam jaringan), karena mereka belajar melalui situs online seperti whatsapp group.

Daring adalah sistem pembelajaran yang ditentukan oleh pemerintah pada masa pandemi seperti ini. Sistem ini digunakan terutama pada wilayah yang berzona hitam, merah, dan kuning. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran covid-19 semakin meluas terutama dikalangan pelajar.

Pembelajaran daring akhirnya dilakukan dan terapkan oleh seluruh sekolah dan oleh semua jenjang dari TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Yang semula hanya melalui situs seadanya, kini pembelajaran bisa melalui situs-situs kependidikan yang lebih terarah. Misalnya seperti adanya google class room untuk mengumpulkan tugas-tugas. Lalu ada aplikasi zoom yang bisa digunakan oleh para mahasiswa perguruan tinggi. Itu semua adalah beberapa contoh hasil dari pengembangan situs online disaat pandemi.

Dalam aktivitas pembelajaran guru di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan materi kepada muridnya. Karena guru seharusnya tidak terlalu sering hanya memberikan tugas soal-soal tanpa memberikan materi kepada muridnya. Banyak keluh kesah dari para murid bahwa kegiatan belajar menjadi terasa seperti Pekerjaan Rumah (PR), membuat mereka kewalahan dengan banyaknya tugas.

Selain itu para siswa-siswi juga harus belajar lebih extra karena pemahaman yang diberikan oleh guru tidak secara langsung, karena bagi siswa-siswi pemahaman melalui sistem daring ini cukup sulit untuk dimengerti. Misalnya saja mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Inggris, Ekonomi, Sejarah, dan lain-lain yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para murid.

Bagi orangtua yang anaknya masih menjadi siswa atau siswi di Sekolah Dasar, tentu menjadi tantangan baru bagi mereka. Sebab yang semula pembelajaran hanya di sekolah sekarang dilakukan dirumah. Jika ada tugas atau materi yang dimengerti seharusnya para siswa bisa menanyakan langsung kepada gurunya, namun saat daring seperti ini pasti mereka memilih untuk bertanya kepada orangtuanya. Belum lagi bagi anak usia di Sekolah Dasar pasti akan terasa canggung dan malu jika bertanya kepada gurunya.

Untuk siswa di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, mereka pasti akan merasa canggung dan bingung. Terlebih lagi siswa yang baru masuk ke SMP/SMA, mengalami transisi dimasa daring seperti ini sangat tidak enak. Dimana mereka tidak mengenal teman barunya, guru disekolah seperti apa, dan bagaimana suasana sekolah mereka saat pembelajaran berlangsung.

Para mahasiswa pun merasakan hal yang sama, menjadi mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi dimasa pandemi. Mereka yang semula seorang siswa lalu berubah menjadi mahasiswa, tentu memiliki banyak ekspektasi tentang bagaimana rasanya duduk dibangku perkuliahan. Namun ekspektasi-ekspektasi tersebut bisa dikatakan ada yang tertunda dan ada yang terlaksana karena adanya virus covid-19 ini.

Mahasiswa tingkat akhir yang seharusnya bisa mendapat bimbingan dosen secara langsung, kini hanya bisa melalui situs online. Tak hanya itu, pelaksanaan sidang skiripsi hingga wisuda kelulusan pun dilaksanakan secara daring. Penantian Panjang serta euphoria yang dirasakan pun akan terasa sangat berbeda.

Masa pembelajaran daring ini  menuntut para siswa dan mahasiswa untuk lebih kreatif dalam mengerjakan tugas. Misalnya dengan membuat video pembelajaran yang di unggah ke situs online untuk edukasi. Para siswa dan mahasiswa juga lebih bisa menggunakan teknologi dengan baik dan benar, lalu membuat mereka mempunyai kemampuan lainnya selain dalam aktivitas belajar-mengajar.

Pembelajaran daring memberikan dampak bagi pengguna sistem ini. Dampak yang diberikan bisa berupa :

  • Dampak positif
    pembelajaran ini bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun, tergantung jadwal yang diberikan dan disepakati oleh guru/dosen dengan siswanya. Selain itu, membuat para siswa semakin paham bagaimana penggunaan teknologi yang baik dan benar terutama untuk bidang pendidikan.

  • Dampak Negatif
    pembelajaran daring memerlukan jaringan internet. Untuk daerah pelosok tentu hal ini menjadi sebuah kesulitan untuk mengakses materi pembelajaran yang diberikan dan membuat aktivitas pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, penggunaan internet pasti memerlukan kuota. Untuk Sebagian masyarakat hal tersebut pasti menjadi salah satu hal yang harus ditanggung sendiri, belum lagi jika pemakaiannya banyak dan beragam. Pasti memerlukan kuota yang lebih besar.

Dari adanya dampak positif dan negative tersebut menuai pro dan kontra dari kalangan masyarakat. Banyak yang setuju dengan sistem daring ini, dan tidak sedikit juga yang menentangnya. Masyarakat yang menentang biasanya kalangan orangtua yang merasa kewalahan untuk memberi pemahaman kepada anaknya. Terlebih lagi dalam satu keluarga bisa saja mempunyai anak lebih dari satu, hal tersebut pasti akan sangat merepotkan. Namun dengan daring seperti ini, bisa lebih mendekatkan rasa kekeluargaan dengan saling membantu satu sama lain.

Kita sebagai generasi muda harus bisa menyikapi masa ini dengan pemahaman yang benar. Menggunakan teknologi sebaik mungkin untuk keperluan belajar, mengasah pola pikir dengan mencoba hal-hal baru yang lebih bermanfaat, mengubah sikap dan perilaku dalam menanggapi menjadi lebih baik. Pada akhirnya, setiap individu pasti dituntut untuk bisa menerima perubahan baik yang terencana maupun tidak terencana seperti saat ini.

Referensi :

http://iainkendari.ac.id/content/detail/dinamika_pembelajaran_daring_pada_masa_pandemi_covid

https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/dilema-pelaksanaan-pembelajaran-daring-dalam-masa-pandemi/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun