Kesehatan merupakan aspek penting dalam suatu negara. Mengingat akan pentingnya kesehatan, Millennium Development Goals (MDGs) mengemukakan bahwa keberhasilan yang mengacu pada 3 hal yaitu kesehatan, pendidikan dan perekonomian merupakan indikator yang dapat menggambarkan seberapa jauh suatu negara dapat bisa dikatakan mampu untuk mewujudkan hak dasar warga negaranya. Maka dari itu kesehatan merupakan permasalahan yang sangat difokuskan penanganannya oleh suatu negara. Karena kesehatan merupakan aspek penting bagi sebuah negara, hal ini sangat berkaitan keras dengan kualitas suatu negara. Kualitas suatu negara dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator, termasuk kesehatan.
Seperti apa yang kita tahu bahwa masalah gizi di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam tatanan kependudukan. Contoh kasus yang sangat menonjol adalah permasalahan gizi pada balita yaitu stunting, Â wasting dan overweight (World Health Organization, 2020). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebutlah yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak khususnya pada balita. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi kondisi ini, salah satunya karena asupan makan yang tidak bergizi, penyakit infeksi, lingkungan yang cenderung kotor yang memudahkan perkembangan bakteri di sekitarnya dan membuat anak mudah terjangkit penyakit.
Stunting menjadi permasalahan yang menghantui dunia, khususnya pada negara-negara berkembang. Permasalahan stunting di Indonesia merupakan suatu permasalah penting dan harus dilakukan secara khusus dan sesegera mungkin. Tingkat kasus stunting di Indonesia pada dasarnya sudah memiliki penurunan dari tahun sebelumnya, namun angka tersebut masih jauh di atas nominal yang ditetapkan WHO yaitu di bawah 20%. Berdasarkan data yang tertera pada Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 angka prevalensi stunting Indonesia sebesar 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6 di tahun 2022. Referensi Global WHO mengemukakan bahwa balita pendek (stunting) dilihat dari panjang badan atau tinggi badan yang kurang dari anak seusia mereka atau < - 2 Standar Deviasi (SD) (World Health Organization 2013)
Permasalahan stunting yang terjadi dengan besarnya angka persentase tersebut tentunya mempunyai penyebab yang mendasari hal tersebut, selain kurangnya asupan gizi kronis, terdapat juga penyebab lain yaitu sanitasi yang buruk. Dalam masa pertumbuhan anak membutuhkan asupan protein serta karbohidrat yang cukup sesuai anjuran gizi yang seimbang, disamping hal tersebut anak juga harus dibarengi dengan makanan dengan vitamin yang tinggi seperti buah dan sayur dalam porsi yang dianjurkan. Kebutuhan kalori anak usia 1-3 tahun adalah 1.350 cal/hari sedangkan untuk memenuhi target kenaikan berat badan anak dengan usia tersebut minimal 8 gram per hari atau kurang lebih sekitar 240 gram dalam 1 bulan. Menurut Kementerian PPN/Bappenas salah satu faktor yang memungkinkan tidak tercapainya target kenaikan berat badan minimal pada anak stunting usia 1-3 tahun dapat disebabkan oleh tidak tercukupinya kebutuhan kalori harian khususnya pada pembiasaan pola makan yang tidak optimal.
Edukasi merupakan hal penting dalam pencegahan ini, edukasi kesehatan mengenai stunting memberikan dampak yang positif terhadap pengetahuan ibu. Peningkatan pengetahuan ibu mengenai stunting dapat menentukan kesehatan serta kesejahteraan anak dan bisa juga sebagai penentu masa depan sang anak. Ibu dengan kondisi melek akan informasi mengenai stunting akan memiliki pengetahuan yang jauh lebih informatif dibandingkan dengan ibu yang kurang mengetahui informasi tersebut. Sikap ibu juga akan menentukan perilaku konsumsi makanan ibu selama masa kehamilannya, dan hal tersebut akan berdampak pada berat badan lahir sang bayi. Bayi dengan berat badan yang rendah sejak lahir lebih memiliki resiko yang besar terkena stunting.
Akhir-akhir ini sedang marak sekali pemberitaan mengenai program makan siang gratis untuk mencegah stunting yang dilakukan oleh salah satu paslon 02 Prabowo Subianto dan wakilnya yaitu Gibran Rakabuming. Dalam upaya memerangi permasalahan stunting, langkah yang diambil oleh kedua capres dan cawapres ini adalah pengimplementasian program makan siang untuk anak-anak. Mengutip dari dokumen yang dipaparkan dalam visi-misi serta program paslon 02. Prabowo dan Gibran akan melakukan pemberian makan siang gratis kepada siswa mulai dari prasekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pesantren. Menurut kedua paslon program ini tidak hanya sebatas pemberian asupan gizi yang baik saja tetapi juga untuk menciptakan pondasi kesehatan yang kokoh sejak dini.
Sekilas program yang dilakukan oleh kedua calon presiden dan wakil presiden dalam mengatasi stunting akan menghabiskan anggaran ratusan triliun rupiah. Program ini dapat dikatakan tidak akan berjalan mulus seperti apa yang disampaikan, program makan siang dan pemberian susu gratis dengan pengeluaran yang tidak sedikit ini pasti akan menghabiskan uang APBN. Secara sistematik. Persoalan stunting ini merupakan persoalan yang serius, stunting juga merupakan permasalahan yang bisa diselesaikan begitu saja. Karna pada permasalahan stunting ini ada persoalan dasar yang harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu buruknya sistem pangan di Indonesia. Jika kita meneliti serta mempelajari permasalah ini lebih jauh, kita akan menemukan bahwa persoalan stunting ini bukan karena warga atau masyarakat setempat tidak bisa makan siang setiap hari.
Karena dalam persoalan stunting kali ini berkaitan juga dengan siklus pangan, logistik, iklim, serta pola perilaku masyarakat terhadap pangan. Hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dan hal tersebut harus diatasi dari akarnya agar menciptakan hasil yang baik dan dapat mengejar target yang diharapkan. Penyelesaiannya harus dilakukan secara sistematik tidak parsial dengan secara tiba-tiba memberikan makan siang kepada masyarakat. Tanpa solusi yang menyeluruh, pencegahan stunting akan sulit dilakukan bahkan mustahil untuk bisa dicapai. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Global Food Security Index pada tahun 2019, Indonesia mempunyai permasalahan dalam dalam infrastruktur pertanian, termasuk distribusi pangan. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya pangan di banyak daerah terutama di pelosok-pelosok daerah.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Piprim Basarah Yanuarso juga mengatakan bahwa upaya pencegahan stunting melalui upaya pemberian makan siang tidaklah efektif. Selain berfokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Piprim juga mengatakan bahwa pencegahan stunting yang benar harus dilakukan dengan berfokus pada penguatan hewani sejak masa kehamilan sang ibu. Beliau juga mengatakan bahwa mengenai protein hewani, susu bukanlah menjadi satu-satunya sumber protein hewani yang dapat dikonsumsi pada saat pencegahan stunting. Karena protein hewani juga bisa didapatkan melalui ikan, ayam dan telur.
Pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan partisipatif merupakan suatu proses pengembangan potensi dan bagian dari kemampuan dimana  pemberdayaan masyarakat memerlukan kegiatan yang berkaitan dengan penyuluhan yang partisipatif. Dalam penyuluhan ini melibatkan masyarakat sebagai sasaran didik dan peserta yang dilakukan mulai dari perencanaan sampai evaluasi seluruh kegiatan. Penyuluhan harus bisa menyusun program dengan melakukan improvisasi, inovasi, inisiatif dan juga perlu memperhatikan potensi-potensi sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam kegiatan ini juga penting diadakannya sosialisasi yang merupakan acara atau kegiatan pertama yang dimana untuk menentukan tujuan yang akan dijalani dan manfaat apa yang akan diperoleh masyarakat.
Langkah awal yang dapat diimplementasikan dalam pendekatan penyuluhan partisipatif yaitu dengan melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah stunting, dengan memahami sebab dan akibatnya akan memudahkan masyarakat juga untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Hal tersebut dapat diimplementasikan dengan melakukan musyawarah atau diskusi kelompok. Selanjutnya program-program stunting yang cocok untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara melakukan sebuah diskusi umum untuk mengatasi hal ini dan juga bisa dilakukannya kampanye penyuluhan pola makan seimbang baik itu untuk sang ibu dan bayinya. Selain itu perlu juga memberikan akses ke pelayanan kesehatan gizi seimbang.