Mohon tunggu...
Devi Nasrotul Ummah
Devi Nasrotul Ummah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi IAIN Jember, pecinta novel, pecinta film bollywood, hafidzah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

23 September 2006

2 Maret 2018   00:38 Diperbarui: 2 Maret 2018   00:58 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Berjam-jam aku telah menunggu di depan ruang operasi, aku ingin sekali melihat ibu lagi. Akhirnya penantianku telah tiba, dokter keluar dan berbicara pada ayah "alhamdulilah pak, operasinya berjalan dengan lancar" ucap dokter. "Alhamdulillah..." kata semua orang yang ada di sekitar ruang operasi. Ibu segera dipindah ke ruang ICU dan ketika aku bertemu ibu lagi aku ingin memeluk sekencang-kencangnya tapi, dokter melarangku "tunggu sebentar,,,tunggu sampai 2-3 hari lagi kau baru boleh memeluk ibumu" tegas dokter. Aku mendengarkan nasihat dokter sembari menundukkan kepala.

*****

            Telah ku tunggu hari ini, dimana ibu telah sehat, tapi belum diizinkan dokter pulang. Banyak tetangga datang menengok ibu, mereka menanyakan bagaimana keadaan ibu, satu demi satu mereka pulang. Disana ibu hanya ditemani oleh bibi, ayah dan nenekku, apapun yang diminta selalu mereka berikan pada ibu, sampai mau ke kamar mandi aja diantar, ibu seperti anak kecil aja.

            Aku diajak bibi pulang agar bisa refreshing di rumah, di rumah sakit juga bosan kadang kesana kemari tak jelas tujuannya.

*****

            Tak lama kemudian, bibi menerima kabar bahwa penyakit ibu ada lagi karena penyakit ibu sudah ganas jadi obat apapun sudah kebal. Bibi hanya bisa sabar dan tabah mendengarnya, bibi diam-diam datang ke rumah sakit tanpa memberitahuku.

            Pagi harinya, aku diajak bibiku ke rumah sakit, disana masih banyak tamu aku hanya bisa mondar-mandir kesana-kemari. Aku tertidur sejenak di rumah sakit selama beberapa jam, sore harinya aku pulang bersama bibi pula.

******

            Setiba di rumah aku langsung melepas lelah, tak tau mengapa setelah aku pulang penyakit ibu semakin parah bahkan mungkin dokter sudah tak dapat menyembuhkannya. Semua orang menangis mengapa ibu jadi begini, sampai di hari berikutnya sekitar pukul 04.00 shubuh ibu telah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya. Aku tak sempat menghabiskan malam terakhir di samping ibu, semua orang menangis.

            Keesokan harinya mobil ambulance telah tiba di rumah, aku terbangun dengan mata merah. Tiba-tiba, salah seorang tetanggaku masuk ke kamar dan memberikanku segelas air putih dan mengajakku keluar. Aku terpanah melihat keadaan di sekelilingku, mereka menangis dan memelukku, aku ditunjukkan pada satu arah yaitu ibu, aku telah diberitahu kalau ibu telah tiada, aku menangis.

            Ku membuka sehelai kain putih yang menutup wajah ibu, ku melihat wajah ibu untuk yang terakhir kalinya,aku tak tau apa yang harus kulakukan aku lari ke arah seorang dipojok sana yaitu ayah, ayah menangis aku juga ikut menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun