Mohon tunggu...
devina sandriati
devina sandriati Mohon Tunggu... Employee -

Agricultural graduate who's keen on travelling and photography. She likes to immerse with community development activities over Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

AADC 2 dan Kita yang Pernah Muda

6 Mei 2016   16:02 Diperbarui: 6 Mei 2016   16:17 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau ada beberapa hal yang agak ganjil dalam alur film AADC 2 ini, namun saya sungguh menikmatinya. Saya menyebut AADC 2 ini sebagai proyek kenangan karena telah sukses membuat saya baperdengan kehidupan masa remaja, puisinya Rangga yang tak kalah puitis, serta keceriaan khas karakter dan kedewasaan berpikir geng Cinta walau tidak ada Alya didalamnya. Mungkin itu menjadi kompensasi dalam alur cerita karena harus menghilangkan satu karakter. Saya juga sangat terhibur dengan kekocakan Milly yang natural dan membumbui hampir tiap adegan. Lalu, dinginnya sosok Rangga yang tanpa ekspresi walau demikian emosionalnya adegan tersebut, membuat saya bergidik sendiri kalau membayangkan jadi Cinta, hehe. Tempat-tempat yang digunakan dalam tiap adegan AADC 2 pun tak kalah menghibur seraya membayangkan akan jadi top-list-bucket para wisatawan saat liburan ke Yogyakarta. Dua percakapan favorit saya di AADC 2 : Pertama, yaitu pertanyaan Karmen ke Cinta : Ta, sebenernya, cinta elu tuh bener-bener buat Trian, gak sih? Pertanyaan ini, menurut saya, mendorong perang batin dalam diri Cinta. Walau dia sebentar lagi akan menikah dengan Trian, tapi apakah benar dia memang cinta kepada Trian? Atau Trian adalah pelampiasan semata? Mungkin hal ini juga pernah terjadi dalam kehidupan kita semua, walau akhirnya bisa jadi beragam. Kedua, tentang perbedaan antara liburan dan travelling menurut Rangga. Kalau liburan, kita pasti membuat rencana yang matang, mau kemana dan sampai kapan. Kalau travelling itu lebih spontan dan penuh dengan resiko, karena hal yang justru kita nikmati adalah prosesnya, bukan hasilnya. The journey, not destination, kalau kata Cinta.

Well, terima kasih buat Miles Production yang sudah menelurkan karya fenomenal kembali. AADC 2 ini bagai lorong waktu yang mengantar saya ke dalam memori lama ketika masih remaja, ketika masih mencari identitas diri melalui berbagai hal dari yang biasa hingga ajaib. Selamat terombang-ambing dalam kenangan, selamat mencumbui perasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun