Mohon tunggu...
Devina Qia
Devina Qia Mohon Tunggu... Guru - sedang menempuh S1 di Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahin Malang

saya Devina Mita SasQia dipanggil Devina, bercita cita membanggakan kedua orang tua serta menjujung derajat ke dua orang tua fii dunya wal akhiroh aamiin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontroversi di Balik Indahnya Wisata Indonesia

9 Oktober 2023   20:37 Diperbarui: 9 Oktober 2023   20:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Sebagai Warga Negara Indonesia kita tentunya bangga dengan adanya wisata yang begitu banyaknya dan dengan keindahan tempatnya. Beberapa wisata disebut juga dengan sebagai surga dunia seperti yang telah disebutkan pak Jokowi dalam rapat Istana Merdeka terkait 10 Bali baru. Yaitu Labuan Bajo NTT, Mandalika NTB, Danau Toba Sumatra Utara, Boroudur Jawa Tengah, Wakatobi Sulawesi Tengah, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Morotai Maluku utara, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta yang mana daerah wisata ini sudah tingkat Internasional. Meningkatnya jumlah turis yang datang ke wisata Indonesia bukan hanya berdampak baik dalam invesrot negara akan tetapi juga ada dampak buruknya. 

     Karena banyaknya turis yang mengunjungi  destinasi wisata di Indonesia menjadikan dorongan pada pemerintah untuk membangun fasilitas wisata Indonesia menjadi premium. Dampaknya adanya penggusuran rumah warga dan terancamnya konservasi yang telah dikelola dan dilindungi oleh masyarakat sekitar. Penggusuran lahan yang dilakukan dengan legitimasi hukum dan mengatasnamakan kepentingan umum memang lebih diutamakan terutama mereka membawa pihak keamanan Negara akan tetapi ketika masyarakat meminta keadilan HAM mereka melakukan kekerasan dan intimidasi. Tetapi, cara legalitas ini pun tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan kekerasannya. Terlebih lagi diera digital yang semakin terbuka, cara-cara penggusuran meski dengan alasan untuk kepentingan umum justru dapat menjadi bumerang bagi pihak pemerintah, perusahaan dan investor sendiri. Apabila penggusuran lahan masih berlanjut, maka akan mengundang sorotan internasional.

     Investor yang mengajak kerjasama pun juga ada dampak baik dan buruknya bagi daerah wisata Indonesia. Salah satu dampak buruknya yaitu penyerobotan sengketa tanah milik warga yg dijadikan pabrik atau tambang. Jatuhnya warga kalah dengan para investor pengusaha yang punya uang dan bekerja sama dengan pihak kepolisian. Bahkan ada kasus intimidasi BPN yang membuat warga terluka karena pihak kepolisian menggunakan senjata tajam yaitu kejadian diwilayah Sumba Barat NTT. Ada juga intimidasi di Pulau Pari dari pihak investor yang mana malah menjerumuskan warga kepihak kepolisian sampai ditahan selama 3 hari untuk somasi dan akhirnya warga terbukti tidak salah. Dan beberapa kasus penggusuran lainnya.

     Menurut saya ini tidak adil bahkan tidak menerapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia. Ada juga pelanggaran HAM oleh pihak kepolisian yang mana menggunakan senjata tajam demi memihak investor dan tidak memikirkan keadilan masyarakat, padahal salah satu tugas polisi adalah mengayomi rakyat Indonesia. Saran saya untuk masyarakat Indonesia harus pintar memilih dan menyaring walaupun ada tawaran dari investor banyak dana untuk rakyat tapi juga harus dipikir dampaknya bagi konservasi yang telah dilindungindan dikelola oleh masyarakat sendiri. Dan untuk pemerintah juga harus memikirkan masyarakat, bukan hanya membangun pariwisata menjadi wisata yang premium saja tetapi juga bagaimana mengayomi warga yang telah mengembangkan wisata hingga seramai itu pengunjungnya. Buruknya mereka langsung memberi palang pembangunan wisata, alangkah baiknya rundingan juga dengan masyarakat sekitar wisata karena pengelolaan wisata juga berawal dari mereka.

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun