Desa Kamulan yang terletak di Kabupaten Trenggalek, Kecamatan Durenan, Jawa Timur, memiliki segudang potensi yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. Sejarah mencatat bawasannya Desa Kamulan merupakan tonggak dan awal mula berdirinya Kabupaten Trenggalek. Hal itu dibuktikan dengan temuan Prasasti Kamulan, Prasasti Baru, Prasasti Waringin Pitu yang menerangkan wilayah dengan nama Kamulan lebih dulu eksis dan hadir dibandingkan Trenggalek. Tidak hanya berhenti sampai situ, hari jadi Kabupaten Trenggalek sendiri bertepatan dengan dikeluarkannya Prasasti Kamulan oleh Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri, yaitu pada tahun 1116 Saka, atau jika menggunakan kalender masehi, tepat pada tanggal 31 Agustus 1194.
Isyarat-isyarat tadi menunjukkan betapa berharganya Desa Kamulan bagi berdirinya Kabupaten Trenggalek. Sebagai wilayah peninggalan kerajaan, utamanya Kerajaan Kamulan, banyak temuan dan situs historis terkait wilayah ini. Salah satu situs penting yang bisa menjadi daya tarik dan pengembangan lebih lanjut sebagai upaya potensi wisata gabungan  antara nilai sejarah dan religi itu adalah Makam Religi Gunung Cilik.
TEMPAT SARAT PERJUANGAN DAN MAKNA
Makam Religi Gunung Cilik, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Cilik saja oleh warga setempat, merupakan kawasan makam tokoh-tokoh auliya, kyai shalih, dan sesepuh yang berperan penting bagi perkembangan Desa Kamulan. Contohnya seperti Kyai Achmad Yunus, pioneer penyebaran agama Islam di wilayah Kamulan, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah Thulab, atau yang lebih dikenal dengan nama Pondok Tengah Kamulan, salah satu tempat yang menjadi kunci penyebaran agama Islam yang dilakukannya, hingga lambat laun menjadi Pondok Pesantren terbesar dan tetap eksis di daerah ini, bahkan Jawa Timur. Tidak hanya terbatas lingkup Kamulan saja, terdapat pula makam tokoh pemerintah daerah penting yang beristirahat disini, sebut saja Bupati Tulungagung, yaitu Kanjeng Pangeran Aryo Adipati (KPAA) Sosrodiningrat, atau yang lebih dikenal Kanjeng Jimat oleh masyarakat setempat, kemudian Bupati Ponorogo, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Aryo Adipati (KRTAA) Sosroprawiro, dan juga makam Bupati Surabaya, Gresik, Sidoarjo, yaitu Kanjeng Raden Adipati (KRA) Musono Sosrodiningrat.Â
Makam ini terletak di Gg. Makam, Karang Nongko, Kamulan, Kec. Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Estimasi waktu sekitar lima menit perjalanan jika dimulai dari Balai Desa Kamulan apabila menggunakan kendaraan roda dua atau empat.Â
Namun, untuk mencapai puncak makam yang berisikan para makam auliya, kyai shalih, sesepuh, dan juga para bupati tersebut diperkirakan para pengunjung atau peziarah harus berjalan melewati sekitar 200-an kaki tangga. Walaupun begitu, hal itu tidak menjadi sebuah masalah, lantaran para pengunjung juga akan disuguhkan pemandangan panorama yang indah di sekeliling kanan dan kiri, dengan hamparan bukit berkabut yang menawan. Kondisi ini memungkinkan para pengunjung atau peziarah dapat beribadah dengan nyaman dan leluasa, atau hanya sekadar berkunjung untuk menikmati keindahan tersebut. Meski begitu, para pengunjung dan peziarah harus tetap menghormati segala aturan yang tertulis, serta menyesuaikan tindakan sesuai norma saat berada di kawasan makam ini.
Tidak ada pungutan biaya untuk tiket masuk. Namun, terdapat sebuah kotak infaq sukarela yang disediakan sebagai arus sirkulasi perawatan dan pemberdayaan area makam, agar tetap terjaga dengan baik. Sehingga, baik peziarah atau pengunjung nantinya dapat beribadah dan berdoa secara khusyu', sekaligus menikmati panorama indah yang khas di makam ini.
MEMBERIKAN MAKNA TERSENDIRI BAGI TIM PENGABDIAN MASYARAKAT KEARSIPAN & INFORMASI DIGITAL FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA