Mohon tunggu...
Healthy

Sel Punca Pemberi Harapan Baru

25 Oktober 2017   22:56 Diperbarui: 25 Oktober 2017   23:30 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali kita dengar mengenai terapi penyembuhan yang menggunakan stem cell atau sel punca untuk mengatasi berbagai penyakit seperti hepatitis, penyakit jantung, dan lain sebagainya. Banyak peneliti yang meyakini bahwa sel punca dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan atau organ tubuh. Sebenarnya, mengapa sel punca bisa memperbaiki jaringan tubuh? Apakah sel punca dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit jantung? Apa saja efek samping yang diakibatkan oleh penggunaan sel punca sebagai sarana penyembuhan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu sel punca.

Sel punca adalah sel-sel dasar pembentuk jaringan tubuh yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki, membentuk, dan memulihkan jaringan tubuh. Karena itu, bisa dikatakan bahwa sel punca adalah ibu atau induk dari seluruh sel, karenanya seringkali sel punca disebut sebagai sel induk atau stem cell. Sel punca atau stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi sehingga memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel. 

Namun, sel punca ini mampu untuk memperbaharui diri dengan pembelahan secara terus menerut bahkan setelah mengalami masa istirahat atau tidak aktif dalam jangka waktu lama. Hasil pembelahan sel punca dapat tetap menjadi sel punca ataupun mengalami diferensiasi menjadi sel lain yang lebih khusus, seperti sel otot atau sel darah. Ketika ada penyakit atau kerusakan tertentu, jaringan yang mengalami kerusakan akan mengirimkan sinyal tertentu, lalu stem cell akan memberi respon pada sinyal tersebut dan kemudian berdiferensiasi menjadi sel spesifik yang diperlukan dalam proses perbaikan atau penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan tersebut. Karena itulah, sel punca dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit atau kerusakan pada jaringan tubuh.

Secara garis besar, berdasarkan asalnya terdapat dua tipe sel punca pada kelompok mamalia yaitu embryonic stem cell dan adult stem cell. Embryonic stem cell atau dalam bahasa Indonesia disebut sel punca embrionik adalah sel punca yang terdapat pada embrio terkhusus pada fase blastosit, ketika embrio berusia 3-5 hari. Sedangkan adult stem cell dalam bahasa Indonesia disebut sel punca dewasa yaitu sel punca yang terdapat diantara jaringan tubuh yang sudah dewasa. Pada tahap embrio, sel punca dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Pada organisme dewasa, sel punca akan digunakan untuk memperbaiki kerusakan pada tubuh.

Sel punca embrionik biasanya diambil dari sisa embrio yang tidak terpakai dan memiliki sifat pluripotent dan mampu berdiferensiasi menjadi jaringan-jaringan tubuh yang berasal dari lapisan embrionik yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Sel punca embrionik akan mengalami perkembangbiakan yang cepat sebelum nantinya menjadi sel punca dewasa. 

Sel punca embrionik ini lebih mudah untuk dikultur dalam laboratorium. Tetapi, penggunaan sel punca embrionik sebagai sumber terapi akan memerlukan waktu lama untuk menjadi sel dengan jenis yang diinginkan serta kemungkinan terjadi penolakan oleh sistem pertahanan tubuh lebih besar.

Sel punca dewasa dapat kita peroleh pada tulang belakang, jaringan lemak, jaringan darah, dan jaringan dewasa lainnya. Sel punca dewasa memiliki potensi membelah yang lebih sedikit daripada sel punca embrionik. Meskipun demikian, dalam penerapannya penggunaan sel punca dewasa akan membutuhkan lebih sedikit waktu serta resikonya juga lebih rendah terutama bila menggunakan sel punca dewasa yang bersumber dari pasien itu sendiri. 

Sel punca dewasa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sel punca hematopoietik (HSCs) dan sel punca mesenkimal (MSCs). Sel punca hematopoietik dapat ditemukan di tali pusat, darah perifer, ataupun sumsum tulang. Sedangkan sel punca mesenkimal ditemukan di jaringan adiposa, jaringan otot, jaringan tulang, jaringan kulit.

Berdasarkan potensi membelahnya, sel punca dibagi menjadi empat jenis yaitu sel punca ber-totipotensi yang memiliki potensi membelah menjadi semua jenis sel dan dapat membentuk organisme baru (diperoleh dari sel punca embrionik), sel punca ber-pluripotensi yang dapat membelah menjadi semua jenis sel tetapi tidak dapat membentuk organisme baru, sel punca ber-multipotensi yang berpotensi membelah menjadi beberapa jenis sel, dan yang terakhir sel punya ber-unipotensi yang memiliki potensi membelah hanya menjadi satu jenis sel.

Penggunaan sel punca sebagai sarana penyembuhan di berbagai negara memiliki sistem yang berbeda. Di Indonesia, sel punca yang digunakan berasal dari tubuh pasien sendiri. Sedangkan di Jerman dan Australia, sel punca yang digunakan berasal dari sel hewan seperti kelinci, rusa, domba, atau kanguru. Berbeda lagi dengan di China yang memperbolehkan untuk mengambil materi sel punca dari janin yang telah sengaja digugurkan, mengingat adanya kebijakan jumlah anak di negara tirai bambu tersebut.

Meskipun dengan asal materi sel punca yang berbeda-beda, cara memasukkan sel punca ke dalam tubuh manusia sebagian besar adalah dengan menggunakan alat perantara sehingga sel punca dapat langsung mencapai jaringan target. Apabila sel punca dimasukkan dengan menggunakan cara infus seperti transfusi darah, maka kemungkinan sel punca tidak mencapai target menjadi makin besar. Hal ini dikarenakan sifat sel punca yang akan langsung mendekati lokasi dimana terdapat kerusakan untuk dapat diperbaiki, maka tentunya akan selalu ada kemungkinan sel punca akan habis sebelum mencapai lokasi target yang diinginkan.

Saat ini, terapi stem cell mulai meluas dan dipromosikan ke masyarakat. Penerapan stem cell ini juga tidak terbatas hanya pada bidang medis saja melainkan juga merambah ke bidang kecantikan. Penerapan terapi sel punca pada bidang medis saat ini sudah mampu untuk mengatasi kerusakan pada hati, kanker, stroke, gagal ginjal, lupus, alzheimer, hingga parkinson. Lalu, apakah terapi sel punca ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit jantung?

Jawabannya adalah iya. Terapi sel punca ternyata sudah masuk juga ke ranah penyembuhan penyakit jantung. Salah satu jenis penyakit jantung yang banyak diatasi dengan menggunakan terapi sel punca adalah gagal jantung dan serangan jantung. Kedua penyakit tersebut adalah penyakit jantung yang seringkali muncul dalam masyarakat. Jantung yang telah mengalami serangan jantung ataupun gagal jantung tentunya tidak dapat berfungsi dengan baik. 

Karena itulah, banyak digunakan terapi sel punca untuk mengatasi hal ini karena kemampuannya untuk meregenerasi dan memperbaiki kerusakan pada jantung. Keberhasilan terapi sel punca dalam perbaikan jantung dimuat dalam The Lancet pada Februari tahun 2013 yang berisi tentang berita mengenai para peneliti yang telah menangani 17 pasien penyakit jantung dengan terapi sel punca dan dalam jangka waktu satu tahun sejak prosedur tersebut dilakukan, jumlah dari jaringan yang mengalami kerusakan sudah berkurang hingga 50%.

Jenis sel punca yang banyak digunakan untuk terapi sel punca pada jantung adalah sel punca dewasa dan secara spesifik adalah sel punca mesenkimal mesenkimal. Penggunaan sel punca mesenkimal diprediksi mampu memberikan hasil yang menjanjikan. Hal ini karena sel punca mesenkimal memiliki kemampuan khusus untuk masuk ke target spesifik yang mengalami kerusakan. 

Sel punca mesenkimal secara umum bisa kita dapatkan dari jaringan mesenkimal apapun, tetapi dalam praktek terapi sel punca kebanyakan menggunakan sel punca yang berasal dari tulang belakang. Injeksi sel punca dapat dilakukan lewat peripheral intravenous infusion saat operasi jantung ataupun dengan catheter-based intracoronary infusion. Dari kedua jenis injeksi tersebut, yang paling umum digunakan untuk mengantarkan sel punca mesenkimal adalah injeksi saat operasi. Selain dari tulang belakang, sel punca mesenkimal yang banyak diminati dalam terapi sel punca juga berasal dari jaringan adiposa atau sering kita kenal dengan sebutan jaringan lemak.

Bagaimanapun, terapi sel punca untuk mengatasi penyakit jantung juga dapat mengalami kegagalan ataupun efek samping. Bila sel punca yang akan digunakan diambil dari donor yang tidak memiliki hubungan dengan pasien (alogenik) maka terdapat kemungkinan bahwa sistem pertahanan tubuh pasien akan menolak sel punca tersebut. Bila sel punca yang digunakan berasal dari pasien itu sendiri (autologus), kendala yang muncul adalah diperlukannya persiapan yang panjang sebelum menanamkan materi sel punca tersebut ke dalam tubuh pasien.

Selain itu, sel-sel punca dari tubuh yang sudah tua memiliki kualitas yang berbeda (cenderung kurang) daripada sel-sel punca di tubuh yang masih muda, padahal kebanyakan penderita penyakit jantung adalah orang-orang dengan usia yang sudah tidak lagi muda. Selain itu, bila sel punca yang dimasukkan tidak bisa berkomunikasi dengan jantung dengan baik lewat sistem elektrik, sel-sel tersebut malah dapat menghasilkan ritme jantung yang berbahaya, yaitu arrhythmia.

Sejauh ini, efek samping yang dihasilkan oleh terapi sel punca tidak menjadi masalah yang utama, dan hal inilah yang menjadikan pada peneliti untuk terus mengembangkan dan mencari tahu lebih lanjut mengenai pemanfaatan sel punca untuk mengatasi penyakit atau kerusakan pada jantung. "Kebanyakan terapi sel punca untuk jantung secara mengejutkan aman, tetapi efek jangka panjang yang dihasilkan tetap menjadi sebuah permasalahan yang perlu kita pecahkan," kata Dr. Lee. Dengan berdasarkan pada pernyataan ini, artinya masih diperlukan lagi percobaan-percobaan jangka panjang untuk mengidentifikasi peran dan kendala dari terapi sel punca untuk mengatasi penyakit ataupun kerusakan pada jaringan.

Saat ini, terapi sel punca memberikan harapan yang besar bagi kemajuan di bidang medis dan menjadi lapangan penelitian yang menjanjikan bagi para peneliti masa kini. Bagaimanapun, halangan terbesar dalam bidang ini adalah rendahnya kemampuan bertahan hidup dari sel punca yang ditanamkan dalam perbaikan kerusakan jantung. Percobaan menggunakan jenis sel-sel yang spesifik diklaim mampu memberikan hasil yang lebih efisien. Hal ini telah membentuk sebuah permasalahan baru dalam menentukan jenis sel apa yang dapat menunjukkan hasil yang positif. Tantangan-tantangan yang dapat muncul di masa depan dari terapi sel punca adalah  sumber sel punca, model pengaplikasian sel punca, dosis pemberian sel punca, dan tentunya hasil akhir dari terapi.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi sel punca adalah salah satu inovasi dalam dunia medis yang sangat bermanfaat dalam mengatasi penyakit-penyakit dan kerusakan-kerusakan jaringan ataupun organ suatu organisme terkhusus manusia. Salah satu penyakit yang dapat diatasi dengan terapi sel punca adalah penyakit jantung seperti gagal jantung maupun serangan jantung. 

Meskipun demikian, para peneliti saat ini masih terus berusaha untuk mengembangkan lagi metode terapi sel punca sehingga dapat meminimalisir efek samping dan resiko serta memaksimalkan hasil akhir dari terapi sel punca ini. Dengan adanya terapi sel punca, penulis berharap agar penyakit-penyakit yang kian kompleks seiring berjalannya waktu dapat teratasi dengan baik.

http://medikanews.com

https://www.cellmedicine.com

https://www.ncbi.nlm.nih.gov

https://myheart.net/articles

https://www.ncbi.nlm.nih.gov

https://www.health.harvard.edu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun