Mohon tunggu...
Devina Kurnia
Devina Kurnia Mohon Tunggu... Guru - mahasiswi PBA UIN MALIKI

sukses adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu"

16 Februari 2020   20:31 Diperbarui: 16 Februari 2020   20:32 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul Buku           : Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu

Nama Penulis     : Prof. Dr. Mukhtar Latif. M.Pd

Penerbit                : Prenada Media Grup

Tahun Terbit       : 2014

ISBN                        : 978-602-7985-68-1

Dalam buku ini menjelaskan secara lebih rinci mengenai filsafat dan ilmu pengetahuan. Banyak bahasan-bahasan dari hakikat filsafat sendiri sampai hal-hal penting lainnya yang berkenaan dengan filsafat. Begitu pula dengan aspek ilmu pengetahuan, ada banyak aspek dari ilmu pengetahuan yang penting untuk diketahui agar memahami filsafat ilmu.

Menurut Anthony Preus (2007), kata filsafat merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah, selain itu juga berasal dari bahasa Yunani "philosophia". Arti filsafat secara bahasa adalah seorang pecinta ilmu atau kebijaksanaan. Intinya, filsafat itu memberdayakan kekuatan berfikir dalam melahirkan suatu keputusan yang bijak berupa kebenaran tentang suatu hal.

Dan filsafat ilmu merupakan suatu cabang filsafat yang membahas seluk-beluk ilmu pengetahuan serta menjawab berbagai macam pertanyaan dasar tentang hakikat ilmu yang sesungguhnya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat ilmu juga berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan banyak penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan. Cakupan mengenai filsafat dan filsafat ilmu sangatlah luas, namun dengan banyaknya cakupan tersebut masih berputar dengan bahasan utama dari filsafat, yaitu sekitar logika, estetika, etika, fisika, dan metafisika.

Dalam suatu ilmu tertentu, pasti akan mengandung objek yang akan jadi pembahasan. Dan pada umumnya, objek itu dibagi menjadi dua, objek material dan objek formal. Dalam objek material, kebenaran dapat dipertanggungjawabkan karena objek tersusun sistematis dan menggunakan metode tertentu. Objek formal yaitu suatu objek dimana penilaian seseoranglah yang akan digunakan untuk menelaah objek material filsafat ilmu. Tujuan seseorang mempelajari filsafat ilmu yaitu untuk memberikan patokan dalam memahami konsep ataupun teori suatu ilmu untuk mengembangkannya.

Lahirnya ilmu filsafat ini dimulai pada abad ke 7 SM ketika manusia mulai berfikir serta berdiskusi mengenai keadaan alam, dunia, dan lingkungan sekitar serta tidak lagi menggantungkan diri kepada agama dalam mencari jawaban dan keputusan.

Dalam filsafat ilmu, pembahasan utama mengenai ilmu dan pengetahuan. Sebagian manusia mengatakan bahwa ilmu dan pengetahuan memiliki makna yang sama, namun ternyata berbeda arti. Ilmu merupakan hasil dari pengetahuan yang bersifat sistematis dan pada prinsipnya dapat diamati dengan pancaindra. Dan pengetahuan adalah penyebutan untuk seseorang yang mengetahui sesuatu, baik berupa berita, kabar dunia ataupun yang lainnya.  

Dasar-dasar ilmu pengetahuan meliputi 3 hal, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. pertama, ontologi merupakan ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada , baik berbentuk jasmani (konkret) maupun rohani (kejiwaan). Epistemologi, menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologi yaitu metode atau cara-cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Sedangkan aksiologi yaitu dasar pengetahuan yang berbicara tentang kegunaan suatu ilmu.

Segala sesuatu pasti memiliki tujuan masing-masing. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan, tujuan dari ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia terhadap sesuatu serta tujuan lainnya yaitu memberikan manfaat kepada manusia dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa dari ciri pengetahuan adalah, sistematis, empiris, objektif, analitis, verifikatif.

Sejatinya manusia selalu mencari kebenaran. Apabila manusia. Apabila manusia menyadari dan memahami hal tersebut, maka nalurinya akan melaksanakannya dalam kehidupan. Untuk mengetahui dan menguji suatu kebenaran tersebut agar dapat dapat dipercayai, maka digunakan teori sebagai jalan untuk menguji kebenaran. Teori kebenaran ilmiah menurut Jujun S. Suriasumantri (2010) dan Louise Kattsoff (2006) meliputi: teori koherensi, teori korespondensi, teori pragmatik, teori performatik, teori struktural. Untuk mendapatkan kebenaran, setidaknya ada 6 pendekatan yang harus dilakukan: pendekatan empiris, pendekatan rasional, pendekatan intuitif, pendekatan religius, pendekatan otoritas, pendekatan ilmiah.

Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan metode ilmiah. Karena metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan ilmu pengetahuan. Tahapan metode ilmiah antara lain: perumusan masalah, pengajuan hipotesis, melakukan verifikasi data, penarikan kesimpulan.

Manusia pada dasarnya selalu mencari kebenaran. Sebelum kebenaran itu dapat diungkap, haruslah melalui tahap-tahap terlebih dahulu, salah satunya yaitu berpikir. Berpikir juga dapat dilakukan secara alamiah dan ilmiah. Berpikir secara ilmiah yaitu upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Berpikir secara ilmiah juga memerlukan sarana yang disebut sarana berpikir ilmiah. Pada dasarnya, sarana berpikir ilmiah ada 3 hal: bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika. Fungsi sarana berpikir ilmiah yaitu membantu proses metode ilmiah. Empat sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, logika, matematika, dan statistika.

Filsafat ilmu dapat ditinjau dari segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu pengetahuan. Dalam ontologi orang menghadapi persoalan bagaimana manusia menerangkan hakikat dari segala yang ada. Pertama mengenai materi (kebenaran) dan kedua mengenai kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Ontologi memiliki 3 aliran, realisme, naturalism, empirisme. Atas dasar ketiga aliran tersebut, ontologi memiliki ciri khas antara lain: ada (being), kenyataan atau realitas (reality), eksistensi (existence), substansi (substance), perubahan (change), tunggal (one) dan jamak (many).

Epistemologi, salah satu cabang dari filsafat yang membicarakan masalah hakikat ilmu pengetahuan. Jadi dengan epistemologi inilah manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan, dasar-dasar tentang ilmu pengetahuan, mengetahui bagaimana cara ilmu pengetahuan memperoleh kebenaran.

Dalam aksiologi lebih menitikberatkan mengenai nilai, arau dalam kata lain aksiologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai baik dan buruk tentang ilmu pengetahuan ataupun kegunaannya. Untuk menilai sesuatu tersebut baik atau buruk, dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan teori objektif dan juga teori subjektif. Teori objektif yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai dengan keadaan onjek yang dinilai. Sedangkan teori subjektif adalah penilaian terhadap sesuatu dimana pada proses penilaian tersebut terdapat unsur intuisi (perasaan).

Membahas mengenai ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa menampik bahwa ilmu pengetahuan sangat berhubungan dengan logika. Karena dengan logika manusia berpikir seshingga mendapat ilmu pengetahuan tersebut. Selain dengan logika, ilmu pengetahuan erat hubungannya dengan etika dan moral. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar, tentu diperlukan etika yang benar dalam meraihnya. Begitu pula dengan moral, tidak berbeda jauh dengan etika, keduanya sama-sama membicarakan mengenai sopan santun. Memperhatikan moral dan etika pengetahuan juga sangat penting dilakukan, bukan hanya untuk orang tertentu saja, namun untuk semua pihak.

Selain moral dan etika, ilmu pengetahuan juga berhubungan dengan seni, agama, budaya, dan juga peradaban. Karena, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan adalah ubsur kebudayaan. Dan kaitannya dengan seni, seni merupakan penggerak budaya peradaban. Agama berfungsi sebagai kritik seni (budaya) sekaligus kritik ilmu. Karena apabila ilmu tidak dapat diketahui atau dijangkau dengan akal maupun logika, maka dapat diselesaikan dengan agama, yaitu dengan iman atau kepercayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun