Penyebaran agama Islam di Indonesia sampai sekarang masih cukup menjadi polemik di masyarakat, dimana Islamisasi di Indoensia itu seperti apa bentuknya dan bagaimana caranya. Masalah waktu atau kapan peristiwa Islam masuk di Indonesia masih belum banyak diketahui oleh publik terutama bagi masyarakat Indonesia sendiri. Indonesia adalah penduduk yang mayoritas beragama Islam, yang mana menempati urutan atas Negara yang penduduknya beragama Islam. Dalam bukunya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, De Graaf dan Pigeaud menyebut jika pada 1545 Sengguruh telah tunduk pada kekuasaan maharaja (Kerajaan Demak). Sengguruh itu sendiri diyakini sebagai nama daerah di bagian hulu Sungai Brantas atau yang kini dikenal sebagai Kota Malang. Beberapa ahli sejarah menyebut jika pengaruh Islam masuk ke Malang, tepatnya dari arah Utara, atau pintu kekuasaan Kerajaan Singosari sekitar 1830 an. Dampak persebaran tersebut terjadi di seluruh daerah Malang Raya, tak terkecuali daerah Ngajum, Kabupaten Malang.
Daerah Babadan, Ngajum, Kabupaten Malang yang terletak dekat dengan Gunung Kawi ini memiliki tradisi budaya yang masih kental di tengah masyarakat modern. Namun, pengaruh Islam yang telah menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat tersebut, menjadikan terbentuknya sinkretisme. Sinkretisme, seperti yang dijelaskan oleh John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, adalah fenomena bercampurnya praktik-praktik dan kepercayaan-kepercayaan dari sebuah agama dengan agama lainnya sehingga menciptakan tradisi yang baru dan berbeda. Kepercayaan sinkretisme atau aliran kejawen di Ponorogo sendiri sebenarnya tidak lagi dapat dipertahankan keasliannya.
Dalam budaya jawa sering kali ditemukan ritual adat bersih desa. Upacara Bersih Desa adalah suatu kegiatan yang digelar bersama seluruh elemen masyarakat desa. Di dalamnya terkandung nilai-nilai Islam yang salah satunya merupakan bentuk ungkapan rasa syukur sekaligus sebagai tolak balak dengan beberapa ritual dan sesaji yang dikemas melalui serangkaian acara. Bersih desa ini diyakini masyarakat setempat sebagai salah satu perwujudan rasa syukur, permohonan agar terhindar dari mala petaka/balak, sakit atau masalah dalam desa. Upacara ini senantiasa mengingatkan manusia tentang eksistensi/keberadaan mereka dan hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan lingkungan, hubungan dengan masyarakat karena dengan diadakan bersih desa/upacara tradisi masyarakat dibiasakan menggunakan makna-makna simbol yang besifat abstrak yang berada pada tingkat pemikiran di berbagai kegiatan sosial. Dalam upacara ini terdapat simbol-simbol dan kegiatan-kegiatan yang mencoba mengharmonisasikan antara Islam dan budaya Jawa, Namun pada desa Babadan dilakukan pada tiap dusun di waktu yang berbeda, sehingga menggunakan penamaan bersih dusun bukan bersih desa.
Pelaksanaan Bersih Dusun yang dilakukan di desa Babadan ini dilaksanakan dalam sebuah rangkaian acara dalam tiga hari berturut-turut. Pada hari pertama dilaksanakan pada malam hari dengan mengadakan kegiatan acara checksound yang berupa konser lokal berupa nyanyian dan jogetan dangdut sebagai bentuk hiburan untuk masyarakat Dusun Kapurono. Hari kedua, diadakan kegiatan karnaval yang menghadirkan berbagi penampilan dari tiap RT di Dusun Kapurono. Penampilan yang ditampilkan di berbagai RT berbeda, diantaranya drumband, bantengan, barongsai, tarian-tarian dan lain-lain.
Hari ketiga merupakan acara sacral dari kegiatan Bersih Dusun yaitu sedekah bumi. cara ini dimulai dengan pejabat pemerintah, undangan, tokoh masyarakat beserta warganya berjalan beriringan yang diiringi dengan warga yang memainkan alat musik rebana menuju kuburan para sesepuh sembari membawa makanan yang dianggap sebagai penghasilan yang berasal dari pekerjaan warga. Di kuburan para sesepuh pejabat pemerintah, undangan, tokoh masyarakat berserta warga melakukan serangkaian doa. Umbul doa dilaksanakan di tempat keramat, dalam hal ini dilakukan di makam  desa sebagai cikal bakal pendiri desa, di titik yang meliputi pusat desa,tempat keramat, sungai, sumur, mata air juga batas-batas desa kiblat papat lima pancer. Upacara ini diakhiri dengan makan bersama warga sebagai bentuk berkat atas rezeki yang diberikan Allah. Upacara ini bertujuan memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari segala bala' dan sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah Allah berikan. Kemudian kegiatan selanjutnya termasuk acara akhir yaitu wayang kulit pada malam hari. Wayang kulit merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi, karena merupakan sebuah seni kriya, dan penggabungan dari sastra, seni musik, sampai seni rupa. Wayang kulit ini juga umum diadakan sebagai penutupan pada acara-acara adat tertentu, termasuk pada bersih dusun Kapurono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H