Mohon tunggu...
Devina S
Devina S Mohon Tunggu... -

Orang biasa yang sedang menuntut ilmu di negri sejuta pesona.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Coretan di Pagi Hari

12 Januari 2010   01:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:30 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru saja melihat sebuah video singkat berisi kisah penuh makna. Kisah ini dimulai di sebuah restoran cepat saji. Dari semua pengunjung restoran tersebut, tidak sedikit orang yang menyisakan makanannya, sehingga setelah dikumpul-kumpul, sisa-sisa makanan itu menjadi menumpuk dan semuanya dibuang ke tempat sampah. Di saat mereka sudah melupakan sisa-sisa makanan tersebut, datanglah seorang bapak dengan penampilan sederhana mengkorek-korek tempat sampah dan membawa pulang makanan-makanan buangan itu. Sesaat sebelum tiba di rumah, ia “diserbu” segerombolan anak yang dengan wajah ceria saling bercanda dan berebutan makanan tersebut, mereka bahagia, bahagia karena hari ini mereka tidak perlu kelaparan.

Sang bapak lalu pulang menuju ke rumahnya sendiri, rumah yang yah bisa disebut jauh dari layak. Di sana istri dan anak-anaknya sedang menunggu dengan wajah penuh harap. Pancaran bahagia dari wajah mereka kala sang bapak mengeluarkan 1 kantong plastik berisi makanan untuk mereka makan sekeluarga sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Membuat orang yang melihatnya, tak kuasa menahan air mata haru. Sebelum mulai makan, sang bapak sebagai kepala keluarga memimpin doa bersama sebagai ucapan syukur kepada Sang Khalik atas rejeki yang mereka terima hari ini.

Mendengar kisah ini, masih layak kah kita untuk tidak mensyukuri apa yang kita miliki? Padalah kita hidup berkecukupan, tidak kurang suatu apapun. Masih pantaskah kita ngomel-ngomel, protes pada Tuhan atas beban hidup yang kita rasakan karena hidup tidak berjalan seperti yang kita mau? Padahal, apalah artinya beban kita dibandingkan beban yang mereka panggul. Mungkin saat kita lupa untuk mengucap syukur, kita bisa merenungkan kisah ini, belajar dari pengalaman hidup orang lain, niscaya kita dapat melihat hidup kita dari sudut pandang yang berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun