Mohon tunggu...
Devi Melati Sari
Devi Melati Sari Mohon Tunggu... Animator - semi author - nama pena: forbiddenlatte - first book: Romansa (2020)

Yang indah itu kata-kata, sastra adalah jalan keluarnya. Penikmat latte dengan penuh asa yang dituangkan pada coretan aksara.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Produktiship: Produktif dengan Pasangan, Why Not?

5 Mei 2021   01:15 Diperbarui: 5 Mei 2021   02:31 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia anak muda tak lepas dari yang namanya 'hubungan percintaan', terlebih hubungan yang terikat dalam kata 'pacaran'.  Berdasarkan pemaparan Munarsih (2014) pacaran sendiri merupakan suatu budaya yang berasal dari muda-mudi Sumatra Tengah, dimana budaya tersebut ditandai dengan kuku muda-mudi yang diolesi daun pacar sebagai simbol adanya keterikatan yang serius untuk menuju jenjang pernikahan. Dengan kata lain, pacaran merupakan suatu hubungan pra-nikah atau hubungan sebelum menginjak status pernikahan. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, budaya ini semakin meluas dengan berbagai motif atau gaya berpacaran terutama di kalangan anak muda.

Namun, pada kenyataannya, gaya berpacaran terutama di Indonesia dapat dikatakan sudah menyimpang. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa riset yang mengungkapkan adanya kasus-kasus seks di luar nikah yang melanda kehidupan para anak muda. Seperti yang ditulis dalam artikel Liputan6.com dimana riset yang dilakukan Reckit Benckiser Indonesia menyatakan 33% remaja pernah berhubungan seks dan 58% di antaranya melakukan hubungan seks penetrasi di umur 18 -20 tahun dan mirisnya belum berstatus menikah. Gejolak asmara dan kelabilan antar dua sejoli remaja membuat hal ini sering terjadi dalam hubungan mereka. Mengingat nafsu yang lebih mendominasi dibandingkan rasa saling menjaga. 

Pemaparan di atas hanyalah pengantar dan hanya memperlihatkan sisi buruk dari pacaran. Segala sesuatu di dunia, pada nyatanya memiliki keseimbangan, dimana terdapat sesuatu yang baik ataupun buruk, indah atau jelek dan sebagainya. Begitu pula dengan pacaran, dimana ada sisi positifnya pula. Hal tersebut tergantung pada dua pelaku yang berpacaran. Tak jarang, terdapat pasangan yang malahan sering disebut sebagai panutan atau yang lebih dikenal dengan couple goals. Goals disini bukan hanya semata-mata pasangan dengan kecocokan semata seperti fisik atau gaya pacaran yang dianggap wah, melainkan dapat juga dilihat dari apa yang dihasilkan bersama dari pasangan tersebut. Sesuatu yang dapat dihasilkan merupakan cikal bakal dari prinsip produktif. Istilah produktif sebenarnya melekat pada partner kerja,tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat pasangan yang dapat diajak bekerja sama menghasilkan atau bahkan mengembangkan sesuatu sehingga tak hanya menjadi partner kerja, melainkan, menjadi partner penyejuk kehidupan juga.

Fenomena pasangan produktif kini semakin dikenal dan memunculkan batang hidungnya. Misalnya saja, dua pasangan pengusaha yang akhir-akhir ini menjadi panutan semua orang yakni Shandy Purnamasari dan Gilang Widya Purnama yang disebut-sebut sebagai Crazy Rich Malang. Mereka berdua bahkan dijuluki sebagai couplepreneur. Hal ini, tentunya banyak memotivasi anak muda untuk menjadikan hubungan pacarannya menjadi produktif. Mengingat semakin dewasa, pacaran tak hanya soal kencan, bermain-main, atau hanya penghias status. Tetapi, menciptakan hubungan yang produktif menjadi pilihan atau tanda kedewasaan dalam berpacaran. Untuk mewujudkan atau mengimplementasikan produktivitas dalam berpacaran, ada kalanya kedua belah pihak harus sama-sama berkomitmen dan saling meyakini. Tak hanya meyakinkan satu sama lain, meyakinkan diri sendiri sangatlah diperlukan. 

Adapun hal-hal yang mendukung dalam menciptakan hubungan dengan pacar menjadi produktif, di antaranya:

1) komunikasi, hal ini penting untuk kedua belah pihak dalam mengungkapkan rencana apa yang memungkinkan dihasilkan berdua.

2) mindset, apabila pasangan tersebut sama-sama memiliki mindset yang matang dan mengesampingkan egois, maka rencana dapat sama-sama berkembang.

3) kemauan dan kesepakatan, dua hal ini sangatlah diperlukan untuk menunjang keberhasilan dalam mewujudkan hubungan yang produktif. Mengingat hal ini dilakukan berdua, maka apapun keputusannya harus disepakati berdua.

Cobalah untuk menemukan hal-hal baru bahkan hal gila sekali pun namun tetap bernilai positif dan bermanfaat. Diskusikan bersama sesantai mungkin, kemudian pikirkan dan yakinkan kapan rencana hal baru tersebut mulai direalisasikan. Mulai lah dengan mengungkapkan hal-hal yang digemari dari masing-masing pasangan dan kolaborasikan selagi memungkinkan. Perbanyak ide-ide baru dan kembangkan bersama. 

Hubungan yang sehat ialah hubungan yang menghasilkan manfaat. Partner yang tepat bukan hanya yang menggandeng tanganmu erat, melainkan menjadikanmu dan dirinya orang hebat”. 

Referensi:

https://www.liputan6.com/health/read/4016841/riset-33-persen-remaja-indonesia-lakukan-hubungan-seks-penetrasi-sebelum-nikah#

Munarsih, S. (2014). Studi pemikiran Salim Akhukum Fillah tentang upaya penanggulangan budaya pacaran di kalangan remaja (analisis bimbingan penyuluhan Islam) (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun