Kurang lebih 74.000 tahun yang lalu, letusan maha dasyat yang menggoncangkan bumi kini telah membentuk sebuah keajaiban alam nan indah di utara pulau Sumatera, Indonesia. Menurut studi Chesner dan Rose (1991), setidaknya ada 4 mega letusan yang terjadi di permukaan Sumatera pada masa itu. Letusan terakhir terjadi pada Youngest Toba Tuff (YTT) yaitu letusan yang mengakibatkan kaldera Toba terbentuk. Kaldera yang kemudian dipenuhi air berubah menjadi sebuah danau yang sekarang menjadi destinasi wisata dengan segudang cerita di balik keindahannya, yaitu Danau Toba.
Selama ini, wisatawan mungkin hanya mengenal destinasi Danau Toba sebagai kenampakan alam berupa danau dengan Pulau Samosir di tengahnya. Padahal, Danau Toba sebagaimana diparafrasekan pada judul, memiliki warisan di dalamnya. Tidak hanya dari sisi vulkanologi, tetapi juga sosial dan budaya dari masyarakat Batak itu sendiri. Bagaimana, tertarik untuk mengeksplor beragam warisan di Danau Toba?
Objek Destinasi Unggulan di Kawasan Danau Toba
Destinasi wisata Danau Toba, terletak di Provinsi Sumatera Utara. Danau yang menjadi danau terbesar di Asia Tenggara ini dikelilingi oleh 7 kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Dairi, Phakphak Barat, Samosir, Hubang Hasundutan, Tapanuli Utara, Toba Samosir dan Simalungun. Sebagai destinasi, Danau Toba menawarkan aneka objek dengan keunggulan potensi masing-masing. Jadi, tidak hanya keindahan danaunya saja ya?
Objek destinasi pertama adalah Danau Toba itu sendiri . Danau yang sejatinya adalah kaldera dari aktivitas vulkanis tersebut, kini telah ditetapkan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang sosial budaya sebagai National Geopark. Sekali lagi, bukan hanya keindahan yang menjadi alasan utama, melainkan adanya proses geologis dan nilai kultur yang tinggi dari masyarakat Batak yang bermukim disana. Jadi, tidak hanya memikat wisatawan dari segi panorama saja, melainkan juga menarik minat para peneliti di berbagai belahan dunia untuk dapat mengobservasi lebih jauh Danau Toba dalam berbagai disiplin ilmu. Keren!
Kedua, Danau Toba juga memiliki objek destinasi dengan konsep ecotourism, yaitu objek wisata sekaligus konservasi alam untuk melestarikan keanekaragaman hayati di sekitar destinasi utama salah satunya Taman Eden 100. Dalam liputan perjalanan tempo.com, Ecotourism sekaligus berbasis edukasi ini digagas oleh salah seorang warga bernama Marandus Sirait di Kabupaten Toba Samosir. Penamaan Taman Eden 100, karena ada 100 jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam di taman tersebut. Tanaman Andaliman dan Anggrek termasuk dalam budidaya tanaman di konservasi Taman Eden 100. Tentu hal ini akan menarik para peneliti vegetasi terkait dengan tumbuh suburnya tanaman Andaliman di kawasan Danau Toba.
Taman Eden 100 juga menawarkan berbagai macam fasilitas untuk camping, hiking, homestay hingga coffee shop. Dengan pemandangan utama air terjun bertingkat, sepertinya para wisatawan akan terpana akan harmonisasi alam yang menyatu dengan sentuhan tangan manusia yang peduli akan keberlanjutan alam sekitar. Gambaran pesona Taman Eden 100 dapat disaksikan dalam vlog pengunjung di bawah ini. Â
Objek wisata dengan potensi agrowisata juga dapat ditemui di sekitar Danau Toba, yaitu Desa Parbaba Dolok, Kabupaten Samosir. Di lansir dari liputan kontan.id, desa tersebut adalah desa sentra produksi kopi. Bahkan, ada pula sebuah warung kopi yang ramai dikunjungi, karena menyuguhkan kopi khas dari perkebunan daerah Samosir. Rumah Kopi Pardosir sering dikunjungi oleh para wisatawan, bahkan turis dari mancanegara. Wah, jadi ingin menikmati seruputan kopi khas Toba nih! Selain Desa Parbaba yang memiliki perkebunan kopi ada pula Desa Sigapiton yang tengah dikembangkan menjadi desa agrowisata karena kaya akan tanaman bawang merah dan juga kerajinan eceng gondoknya.
Terakhir, bila berbicara mengenai objek dengan kekayaan sosial budaya khas Batak, mungkin kota kecil Balige adalah salah satu perwakilan dari pertunjukan nilai-nilai luhur yang tinggi dari suku Batak. Kota kecil di Kabupaten Toba Samosir ini menyimpan situs istana Raja Sisingamangaraja. Presiden Joko Widodo pun sempat menyambangi Balige dalam rangka kunjungan ke Danau Toba sekaligus melepas ratusan peserta Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba pada Agustus, 2016 silam.
Upaya Pemerintah Indonesia Kembangkan DSP Toba
Pemerintah Indonesia melalui telah mengupayakan pengelolaan wisata yang lebih baik untuk Danau. Â Pada Rapat Terbatas Kabinet 15 Juli 2019, diputuskan bahwa Danau Toba masuk sebagai salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) yang akan dikembangkan secara terfokus. Anggaran infrastruktur pariwisata pun dialokasikan sebanyak 1,07 triliun untuk DSP Toba dari total 4,01 triliun untuk kelima DSP. Wow!
Selain menerima anggaran infrastruktur, beberapa objek wisata berbasis sosial budaya seperti Kampung Ulos Huta Raja dan Huta Sidlaga turut menerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk akomodasi wisatawan dari pemerintah guna meningkatkan pelayanan pariwisata di daerah tersebut, terutama menarik pengunjung berkelompok. Dengan demikian, sudah tidak ada keraguan lagi ya karena akses dan fasilitas pariwisata Danau Toba yang semakin terjangkau dan lengkap!
Toba The World of Heritage, Siap Menjadi Tuan Rumah dan Menjamu Dunia
Upaya pendirian infrastruktur dalam mendukung aksesibilitas kunjungan ke Danau Toba adalah salah satu langkah menuju pengelolaan pariwisata yang berdasarkan dengan kualitas (quality), keberlanjutan (sustainable), ramah lingkungan (green tourism) dan kesejahteraan masyarakat (community). Menurut penulis, pengembangan pariwisata Danau Toba dengan keempat dasar konsep tersebut dapat dirumuskan melalui sebuah  program yang diusung dengan sebuah slogan, yaitu Toba The World of Heritage.
Toba The World of Heritage, adalah sebuah program yang menawarkan sebuah susunan objek pariwisata unggulan di Danau Toba yang telah siap secara quality, sustainable, green dan community tourism based. Dengan adanya program wisata yang telah tersusun secara terkonsep tersebut, wisatawan tidak lagi bingung dalam menentukan objek wisata yang tersedia, sehingga, mereka fokus untuk mengekplor dan menikmati potensi wisata yang ada. Dari segi penyelenggara wisata, juga tidak perlu khawatir akan kurangnya pelayanan muncul, karena objek wisata yang ditawarkan untuk dikunjungi telah siap sesuai konsep-konsep yang telah direncanakan. Adapun secara garis besar, digambarkan dalam infografis di bawah ini:
Pengembangan Toba The World of Heritage
Quality of TourismÂ
Kini, konsep pariwisata telah mengalami pergesaran yang semula menargetkan mass tourism atau target melayani kedatangan wisatawan dari segi kuantitas, menjadi quality tourism, yaitu melayani wisatawan yang berkualitas. Apa maksud dari kualitas disini? Gilmore (2017) berpendapat bahwa mewujudkan quality tourism dapat dilakukan dengan akomodasi dan infrastruktur yang lengkap. Setelah pembangunan infrastruktur oleh pemerintah mulai diberlakukan, penguatan pelayanan akomodasi, kesiapan moda transportasi baik inti (pesawat dan bandara) hingga transportasi penunjang (kendaraan roda empat, kapal dsb). Tidak lupa, pendirian pusat informasi terintegrasi dan unit kegawatdaruratan pratama juga didirikan untuk langkah antisipatif.
Sustainable TourismÂ
Sustainable tourism yang sudah diperbincangkan para ahli sejak tahun 1990-an. Berdasarkan United Nations Environement Programme (UNEP) dan World Tourism Organisation dalam Making Tourism more Sustainable: A Guide for Policy Makers (2005), pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan adalah pengelolaan dengan menerapkan 3 prinsip yang secara ringkas yaitu: (1) Pengoptimalan sumber daya lingkungan dengan tetap mempertahankan keanekaragaman hayati; (2) Menghormati aset budaya masyarakat adat; dan (3) Memastikan perputaran ekonomi jangka panjang dengan mengupayakan keadilan terutama untuk masyarakat adat sekitar. Dalam hal ini, penulis menekankan pada perlunya regulasi yang tegas untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan habitatnya, situs budaya dan peninggalan sejarah serta dari segi ekonomi adanya peraturan kesepakatan harga dalam pelayanan pariwisata.
Green TourismÂ
Green tourism muncul sebagai konsep pariwisata yang mendukung konsep sustainable, dengan mengadakan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan. Dalam Widana dan Sutama (2020) Pariwisata hijau memenuhi persyaratan lingkungan dan perlindungannya dari polusi melalui program di mana hiburan dan perlindungan saling melengkapi. Bisa mulai dari ketersediaan tempat sampah di sudut-sudut objek wisata yang perlu diperbanyak. Kemudian, penggunaan bahan ramah lingkungan dan pelarangan penggunaan kantong plastik dapat menekan produksi limbah pariwisata yang melimpah.
Community TourismÂ
Terakhir, kajian pengelolaan pariwisata juga perlu mengedepankan community based atau kesejahteraan masyarakat. Â Penulis menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat Batak dalam pengurusan dan pembicara mengenai pariwisata Danau Toba dan objek destinasi di sekitarnya. Pendidikan dan Pelatihan pun juga perlu diberikan kepada masyarakat yang berkenan untuk aktif memajukan pariwisata Danau Toba. Â Dengan adanya dinamika perputaran sedemikian rupa, maka keuntungan adanya pariwisata kembali kepada masyarakat.Â