Lahir sebelum era milenium, mempunyai keuntungan tersendiri bagi kita generasi 90-an. Belum mengenal gawai sejak dini, kita hanya disibukkan dengan kegiatan di luar rumah untuk bermain dan berkumpul bersama teman-teman. Apabila sudah dirumah pun, selepas mandi dari bermain, kita akan langsung unboxing kotak hitam persegi elektronik, atau menghidupkan televisi untuk segera menonton program-program acara favorit pada masa itu.
Tidak terkecuali, saat bulan Ramadan tiba, kita yang sudah tidak kuasa menahan lapar dan segera menanti waktu azan maghrib akan membunuh waktu dengan menonton televisi. Melalui konten-konten khas Ramadan yang diperuntukkan bagi segala usia, membuat kita betah berlama-lama hingga tanpa terasa bedug pun menggema. Bersama kakak, adik, teman bahkan orang tua kita bersama berada dalam satu bingkai, yaitu ruang tengah untuk menonton televisi.
Era Milenium, Jauh Sebelum Gawai Menggeser Televisi
Melihat anak-anak yang sedang asyik menunduk dengan gawai masing-masing, membuat saya prihatin akan situasi jaman masa kini. Tanpa bergurau dan bertegur sapa, dalam kediaman mereka seperti bermain dengan pikiran sendiri dan menjelajahi alam maya, yang secara tidak sadar membuat apatis terhadap lingkungan sekitar. Mereka dalam satu tempat, berdampingan tetapi mereka mempunyai dunia masing-masing.
Situasi berbeda 180 derajat pada era 2000-an, kala gawai masih terjangkau hanya untuk kalangan dewasa, dan anak-anak masih sangat bersahabat erat dengan televisi. Program acara televisi khas Ramadan yang ditampilkan masih sangat cocok dengan usia anak-anak pada jaman tersebut. menyatukan seluruh teman sepermainan. Masih membekas di memori program acara Lorong Waktu dan Kiamat Sudah Dekat.
Lorong Waktu, Acara Televisi Yang Paling Ditunggu
Nama "Zidan" mungkin sangat familiar bagi anak-anak generasi 90-an. Nama yang menjadi tokoh utama dalam sinetron mengusung tema fiksi, komedi dan religi ini sangat disukai anak-anak. Karakternya sebagai santri yang lucu, bandel namun taat beragama menjadi sosok yang membuat acara televisi Lorong Waktu sangat digemari. Acara ini pertama kali muncul sekitar tahun 1999 hingga 2006 dengan 6 musim yang telah ditayangkan di SCTV menjelang berbuka puasa.
Lorong Waktu mengisahkan sebuah petualangan yang dapat dilakukan dengan sebuah mesin waktu, berupa , yang ditemukan oleh Ustaz Addin, ahli pada bidang teknologi informasi. Â Lorong tersebut dapat membawa siapa saja yang memasukinya untuk melakukan perjalanan ke masa lampau ataupun masa depan. Ketika Zidan dan Pak Haji memasuki lorong tersebut, mereka akan membuat petualangan yang sangat menarik dan mempunyai nilai sejarah dan moral.
Kiamat Sudah Dekat, Acara yang Menyatukan Keluarga Dan Kerabat
Jika selepas berbuka dan salat Tarawih kita segera berada di kasur dan memegang gawai, lain halnya ketika era 2000-an masih berlangsung. Justru, keluarga akan berkumpul dan menyempatkan waktu menonton bersama hanya untuk sinetron Kiamat Sudah Dekat. Â
Masih diproduseri oleh Dedy Mizwar, Kiamat Sudah Dekat juga mengusung genre komedi religi, ditambah dengan bumbu-bumbu asmara namun tetap mengedepankan etika secara Islam. Maka tidak heran, tidak hanya anak-anak yang menyukai, kalangan dewasa dan orang tua pun antusias menonton program acara yang satu ini. Berangkat dari sebuah film dengan judul yang sama, akhirnya Kiamat Sudah Dekat dikemas dalam bentuk sinetron yang tayang dengan stasiun televisi yang sama dengan Lorong Waktu. Â
Sejak ditayangkannya sinetron Kiamat Sudah Dekat, nama Andre Taulany yang dikenal sebagai vokalis band Stinky makin melambung. Visual yang tampan dan kocak menghipnotis para penonton. Andre Taulany memerankan sosok Fandy, pemuda metropolitan yang nakal dalam perjalanannya mendalami agama Islam. Pada saat itulah, ia jatuh cinta dengan Sarah, yang diperankan oleh Zaskia Adya Mecca, yang merupakan istri dari Pak Haji Romli. Pak Haji Romli, diperankan oleh Dedy Mizwar memberikan tantangan kepada Fandy untuk dapat menjalankan ibadah dengan baik sebelum akhirnya dapat lampu hijau untuk dapat menikah dengan Sarah.
Itulah dua program acara televisi favorit masa kecil saya, nostalgia menjalankan ibadah puasa yang sangat berwarna. Selingan hiburan sesembari melaksanakan serangkaian ibadah, tidak membuat saya capek, tetapi terhibur dan semangat dalam menggapai makna bulan Ramadan. Andai saja, program acara tersebut kembali hadir dengan pengemasan yang lebih relevan di jaman sekarang, mungkin perhatian akan gawai sedikit teralihkan. Kenangan yang manis, namun membekas di hati.
Salam hangat Kompasiana,Â
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H