Mohon tunggu...
Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Mohon Tunggu... Pengajar - Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ramadhan Kembali Datang, Keegoisan Tidak Boleh Terulang

14 April 2021   23:04 Diperbarui: 14 April 2021   23:16 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Abdullah Ghatasheh from Pexels

Ramadhan tiba

Ramadhan tiba

Ramadhan tiba

Marhaban Ya Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan

Mendengar senandung lagu milik Opick ketika menonton televisi, secara tidak langsung menandakan bahwa kita telah memasuki bulan penuh berkah dengan segala ampunan. Bulan yang membuat kita sebagai masyarakat muslim untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah. Mulai dari ibadah yang wajib hingga sunah. Bulan yang didalamnya penuh dengan rahmat dari Allah SWT.

Sumber: Ali Arapolu from Pexels
Sumber: Ali Arapolu from Pexels
Ramadhan 1442 H, Masih di Era Pandemi

Kini, kita telah tiba pada Ramadhan pada tahun 1442 Hijriyah, dan Ramadhan yang "masih" istimewa bagi umat muslim seluruh dunia, karena kedua kalinya kita melaksanakan ibadah puasa pada masa pandemi virus corona. Keistimewaan Ramadhan pada dua tahun ini dan sebelumnya adalah keharusan umat muslim dalam menyambut dan melaksanakan ibadah dengan tradisi dan cara yang berbeda.

Bila kita menoleh ke belakang jauh sebelum tahun 2020 itu datang, setiap tahun kita akan menyambut bulan Ramadhan dengan berbagai macam tradisi. Mulai dari ngabuburit bersama keluarga, teman dan kerabat, buka bersama sekaligus reuni bersama teman sekolah, takjil bersama di masjid terdekat dengan teman dan tetangga dalam suatu perkampungan hingga berbagi makan sahur atau sahur on the road.

Sedangkan dalam melaksanakan ibadah, kita akan berlomba-lomba untuk melaksanakan salat tarawih secara berjamaan di masjid, melakukan tadarus bersama secara berkelompok, i'tikaf di masjid dan mendengarkan kuliah tujuh menit (kultum) sesaat setelah jamaah subuh. Semuanya dilakukan dengan mengharap penuh dari ridha Allah SWT.

Namun, kesemuanya itu buyar dan kini sejenak menjadi momen yang bisa dikenang. Tidak ada lagi aktivitas melaksanakan tradisi dan ibadah yang dilakukan secara berkerumun. Umat musim pun harus menahan diri untuk melaksanakan tradisi dan ibadah dalam menyambut bulan Ramadhan yang justru dapat menjadi bumerang dan menyebabkan kluster ibadah. Sedih dan rindu.

Keegoisan yang Tidak Boleh Terulang

Indonesia yang terkenal akan masyarakat yang plural, tentu memiliki banyak sekali tradisi dalam menyambut bulan Ramadhan. Bahkan, setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri ketika menjalankan tradisi Ramadhan. Tradisi-tradisi tersebut dilakukan secara beramai-ramai dan berbondong-bondong.

Namun, berkaca sejenak dari Ramadhan 1441 H atau pada tahun 2021, umat muslim khusunya di Indonesia seakan tetap tak ingin kehilangan antusias yang tidak disertai dengan kesadaran bahaya yang mengancam di depan mata. Antusiasme yang berujung keegoisan itu rupanya diwujudkan dengan tetap menjalankan tradisi dan ibadah yang dilakukan bersama bahkan dengan tanpa menaati rambu-rambu protokol kesehatan yang telah diperingatkan oleh pemerintah sebelumnya, dalam upaya menekan laju angka penyebaran virus corona. Prinsip untuk menjalan ibadah yang hanya dijalankan tanpa ada rasa tanggung jawab itu justru yang disayangkan dari Ramadhan pada taun 2020 silam.

Dari artikel yang diunggah oleh cnnindonesia.com pada 1 Juni 2020, pada bulan Ramadhan justru terjadi adanya lonjakan kasus positif virus corona sebanyak dua kali lipat yang mencapai 16.335 orang, pada bulan Mei 2020, bulan yang menjadi minggu-minggu terakhir Ramadhan 2020. Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) telah memprediksi bahwa puncak kenaikan angka positif corona diperkirakan terjadi saat memasuki bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1441 H.

Beberapa pola pikir masyarakat yang "masih" primitif menganggap bahwa ibadah adalah suatu hal yang tidak boleh dilakukan, apapun keadaannya. Padahal, merujuk pada ahli ulama dan cendekiawan muslim, ibadah dapat dilaksanakan dengan mengubah cara pelaksanaanya akibat dari adanya keadaan darurat. Ditambah, rasa abai dan terkesan remeh masih sangat melekat pada masyarakat yang seolah mendukung proses penyebaran virus corona.

Sumber:jabarekspres.com
Sumber:jabarekspres.com
Padahal, Kementerian Agama telah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441H di tengah pandemi corona yang berisikan mengenai perubahan "cara" beribadah dalam menyambut dua momen besar bagi umat muslim tersebut. Diantaranya, salat tarawih secara individual (keluarga), tadarus takjil hingga sahur yang dilakukan di rumah masing-masing. Tentu, pemerintah tidak akan asal-asalan dalam menerbitkan peraturan, tetapi telah melalui proses diskusi dan musyawarah dengan pemuka agama, ahli ulama hingga cendekiawan muslim.

Menahan Diri, Patuhi Protokol Kesehatan

Keinginan untuk keluar dari keadaan pandemi tentu ingin segera dirasakan oleh masyarakat dunia, tak terkecuali umat muslim yang ingin kembali menyambut Ramadhan dan merayakan Lebaran seperti sedia kala. Namun, situasi saat ini yang menjadi fokus adalah menahan diri dari segala keegoisan. 

Ingatlah berapa banyak korban telah berjatuhan, tak luput pula pahlawan garda terdepan, yaitu dokter, perawat dan tenaga medis lainnya, serta pasukan penerbitan seperti satuan tugas pengamanan (satgas), TNI/POLRI hinggga relawan. Keinginan untuk tetap menjalankan ibadah seperti semua bahkan tanpa penerapan protokol kesehatan adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Sumber: tirto.id
Sumber: tirto.id
Maka, kali ini, pada Ramadhan 1442 H, semoga tidak ada lagi keegoisan dalam menjalankan ibadah hanya karena ingin melaksanakan tanpa ada rasa kesadaran akan situasi berbahaya saat ini. belajar dari pengalaman tahun sebelumnya, yang justru semakin banyak korban berjatuhan. Hindari sikap acuh dan remeh terhadap bahaya virus corona, disaat pihak lain mati-matian berjuang, justru diri sendiri yang mendukung adanya penyebaran virus tersebut.

Maka, mari kita laksanakan ibadah di bulan Ramadhan dapat dengan cara-cara di bawah ini:

  • Berbuka bersama atau sahur bersama keluarga di rumah
  • (Bila ingin berbagi, cukup mengirimkan makanan ke tempat tujuan)
  • Salat tarawih berjamaah di rumah
  • (Bila ingin tetap ke masjid, pastikan telah mandi, mencuci tangan dan kaki, membawa perlengkapan ibadah sendiri, memakai masker dan jaga jarak)
  • Tadarus bersama di rumah, atau via online
  • I'tikaf dengan melihat banyaknya jamaah di masjid
  • Menaati adanya larangan mudik

Referensi :

Lonjakan Drastis Kasus Corona pada Mei 2020 

Prediksi BIN: Puncak Corona Saat Bulan Puasa

Panduan Ibadah Ramadhan Saat Pandemi Corona dari Kemenag

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun