Pandemi Covid-19 bukan penghalang bagi dunia pendidikan untuk tetap bergerak. Tahun ajaran baru 2020/2021 harus tetap berjalan meski kegiatan pembelajaran dilakukan secara online. Untuk pelajar yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB adalah proses seleksi yang harus diikuti. PPDB Online menjadi solusi di tengah masa pandemi yang mekanismenya diatur dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020.
Namun, dalam prosesnya ternyata ada banyak pro dan kontra, terutama menyoroti PPDB DKI Jakarta. Syarat usia sebagai salah satu kriteria seleksi mendapat banyak protes dari orang tua siswa karena banyak yang merasa anaknya punya nilai tinggi, tapi kalah oleh peserta yang usianya lebih tua.
Baca juga : Sosialisasi Tata Cara Pendaftaran PPDB Online Tahun 2021 di Desa Rembang
Banyak orangtua mengeluhkan sulitnya mendapatkan sekolah dengan kualitas yang diinginkan meskipun merasa anaknya layak untuk masuk sekolah tersebut karena terbentur dengan usia.Â
Hal ini membuat orang tua dan siswa beranggapan tidak penting untuk menjadi pintar, namun yang terpenting umur tua sudah bisa masuk sekolah.Â
Ratusan orang tua protes kriteria usia menjadi prioritas dalam seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Mereka mendatangi Gedung Balai Kota DKI Jakarta, dan menuntut Gubernur Anies Baswedan untuk menghapus syarat usai jadi prioritas di metode PPDB.
PPDB pada tahun-tahun sebelumnya pun menyisakan polemik. Selain seleksi umur yang menimbulkan pro kontra, seleksi berdasarkan wilayah atau yang disebut zonasi wilayah pun menimbulkan perdebatan dan ketidakpuasan wali murid terhadap sistem pendidikan negeri ini.
Dari sekian kebijakan-kebijakan pendidikan yang diambil negeri ini, faktanya pendidikan Indonesia masih berada dalam posisi eksperimen. Metode trial-error selalu digunakan, mencoba dan terus mencoba formula pendidikan yang pas.Â
Tidak bisa dipungkiri, pendidikan Indonesia masih mencari jati diri. Sistem pendidikan di Indonesia mengedepankan pendidikan akademik.Â
Meskipun banyak sekolah yang menawarkan nilai plus pendidikan karakter, kehidupan sehari-hari di lapangan masih banyak yang bertolak belakang dengan apa yang mereka pelajari.Â
Makanya tidak heran banyak kasus perundungan di lingkungan sekolah, tidak terkecuali pada sekolah yang mengusung pendidikan karakter plus.
Saya rasa sebagian besar siswa di Indonesia masih akan menentukan masa depannya ketika mereka lulus kuliah.Â
Banyak sekali siswa yang berubah dalam memfokuskan peminatannya setelah mereka melaluinya sendiri, karena setelah mereka merasakan apa yang mereka pelajari dan dapakan merek menjadi tahu apa yang diinginkan. Â
Baca selanjutnya : PPDB 2021, Sistem Zonasi Masih Menjadi Kegalauan Orangtua
Ada sebagian yang mempunyai gambaran akan jadi apa mereka nanti, terutama untuk siswa yang mengambil sekolah kejuruan. Terkadang bukan mereka yang menentukan masa depannya, tetapi bergantung di mana mereka diterima bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H