Mohon tunggu...
Devi Lestari
Devi Lestari Mohon Tunggu... Guru - guru dan seniman

sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beda Zaman: Benarkah Menikah Mempersulit Keadaan?

8 November 2024   13:10 Diperbarui: 8 November 2024   13:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliah bekerja lalu menikah, itu pikiran ku dulu waktu di bangku kuliah, begitu mudah dan indah untuk di bayangkan untuk menuju pernikahan, tidak ada pemikiran atau beban lainnya yang akan terjadi setelah menikah.

Bahkan dulu saya pernah memiliki target untuk menikah umur 23 tahun, sebelum saya merasakan lika-liku kehidupan, yang mengubah pemikiran saya mengenai pernikahan.

Banyak tantangan yang harus di lalui untuk menuju penikahan, ketakutan salah memilih pasangan dan lain-lain, yang membuat generasi melenial menggeser tujuan menikah dengan memilih berkarir dan memperbaiki finansial.

Bukan tak mau menikah hanya saja kebanyakan anak muda belum merasa siap untuk menjalani ibadah terpanjang, dengan berbagai badai di dalamnya, masih banyak yang perlu di wujudkan dan di bahagiakan serta di siapkan terutama mental.

Banyak ketakutan dan keraguan anak muda zaman sekarang untuk melangkah ke jenjang pernikhan, hal ini di sebabkan banyak faktor :

Menurut kami ketakutan menikah saat belum siap adalah hal nyata, kami memikirkan bagaimana kehidupan setelah menikah, kalau hanya sekedar menikah mungkin semua juga mau dan mampu, permasalahan yang sulit terpecahkan adalah menjalani ujian dalam pernikahan yang harus dijaga seumur hidup, itu yang belum yakin pada diri sendiri, kaarena dalam pernikahan tidak mungkin kan isinya bahagia saja ?.

Ketakutan gagal dalam pernikahan menjadi momok yang sangat menyeramkan karena dampak dari kegagalan pernikahan yang di jalani tidak hanya berdampak pada dua orang, jika sudah memiliki anak tentunya anak akan menerima dampak pertama dari perceraian lalu orang tua dan keluarga.

Masih ragu pada diri sendiri, untuk meredakan ego memperpanjang dan memperluas sabar, karena setelah menikah banyak hal yang harus di urus dan dirawat bukan lagi tentang perkara cinta cintaan semata.

Seringnya melihat kasusu perceraian dan kdrt di lingkungan, membuat kita anak muda berkali-kali memikirkan  untuk menikah.

Banyak anak muda yang belum menemukan pasangan yang baik di zaman sekarang, mencari pasangan hidup tidak semudah zaman dulu, sekarang sulit sekali mencari pasangan yang tidak kecanduan game, tidak judi, dan taat beragama, mapan dan siap untuk berumah tangga.

Terlalu sibuk memikirkan pekerjaan atau berkarir banyak perempuan yang memilih untuk berkariri daripada menikah, hal ini di sebabkan karena ekspektasi mengenai menikah sudah berbeda, mungkin dulu menikah di jadikan tempat berlindung bagi para permpuan, namun di zaman sekarang pernikahan banyak yang malah menjadi luka dan penyesalan bagi sebagian orang, maka dari itu  banyak perempuan lebih memilih untuk mandiri dan tidak bergantung kepada siapapun kecuali diri sendiri.

Entah salah atau benar menunda menikah hingga siap, tapi menurut saya dan buku-buku yang saya baca tidak salah seseorang yang menunda menikah karena dirasa belum cukup atau siap, walaupun tidak bisa di pungkiri banyak pertanyaan-pertanyaan , kapan menikah?, orang lain tentunya hanya bisa melihat kita sudah cukup umur dan pantas menikah, tapi lagi-lagi bukan kah orang lain tidak merasakan apa yang sebenarnya terjadi.

Beda proritas juga menyebabkan anak muda menunda pernikahan, merka lebih memprioritaskan membahagiakan dirinya sendiri dan orang tuanya, sebagian besar anak muda menjadi tulang punggung keluarga, mereka membiyayai keluarga, dan tentunya hal ini akan semakin berat jika menikah, dia harus menafkahi dua keluarga, ya walaupun tidak ada yang tau setelah menikah akan tambah menderita atau malah bahagia tapi jika di fikirkan secara realistis menikah akan mempersulit keadaan jika waktunya belum tepat dalam artian belum siap.

Belum lagi zaman sekarang semua serba mahal, kebutuhan sehari-hari dan biyaya pendidikan juga berbeda dengan zaman dulu.

kami sebagai anak muda masih memiliki tujuan untuk menikah, hanya saja konsep berfikir kita sudah berbeda dengan orang zaman dulu, kami memilih untuk mempersiapkan semuanya sendiri dan merasakan paitnya sendiri, dari pada harus menularkan getah pait kepada pasangan atau bahkan anak.

Kami akan menikah dan memiliki keluarga yang damai dan tenang itu, tapi kami tuntaskan dulu proses ini, semua akan terjadi jika sudah waktunya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun