Mohon tunggu...
Devi Kumalasari
Devi Kumalasari Mohon Tunggu... -

add akun twitternya vie ya @vie_kumalasari

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menilai Pemerintahan SBY Secara Adil dan Bijak

8 April 2014   03:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13968782451088893055

sumbergambar:www.merdeka.com

Beberapa bulan lagi pak SBY sebagai Presiden akan segera mengakhiri pemerintahannya akhir tahun ini. Ada beberapa pihak yang mencoba mengecilkan dan mengkerdilkan peran dari pak SBY dalam pemerintahan. Bahkan ada beberapa pihak melalui beberapa media mengetengahkan istilah negara auto pilot. pak SBY seburuk kah itu?

Faktanya, walaupun banyak kritik disana sini, survey tetap membuktikan mayoritas masyarakat puas dengan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis di Jakarta, Kamis (9/1) menyebut 48,6 persen responden menyatakan cukup puas pada kinerja pemerintahan SBY, dan 2,8 persen sangat puas. Dengan demikian, total 51,4 persen responden puas dengan kinerja SBY.

Responden yang kurang puas hanya 41,1 persen, dan tidak puas sama sekali 4,5 persen. Artinya, 45,6 persen menyatakan kurang puas kepada kinerja pemerintah.

Capaian Pemerintahan SBY

Kemiskinan

Berdasarkan data BPS, jumlah orang miskin di Indonesia perlahan turun. Pada tahun 2004, angka kemiskinan masih 16,66 persen atau 37,2 juta orang. Angka kemiskinan menurun menjadi 11,37 persen atau 28,07 juta orang pada Maret 2013.

Berdasarkan Worldfactbook, BPS, dan World Bank, pada 2005–2009, Indonesia mampu menurunkan jumlah penduduk miskin per tahun 0,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian Kamboja, Thailand, Cina, dan Brazil yang hanya berada dikisaran 0,1 persen per tahun.

Pengangguran

BPS menyebutkan angka pengangguran hanya  7,39 juta orang dari total angkatan bekerja 118,19 juta orang atau 6,25 persen pada Agustus 2013.  Sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta orang. Bandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada 2004 sebesar 9,86 persen.

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi periode 2004-2009 rata-rata mencapai sekitar 5,5 persen per tahun. Kemudian para periode 2009-2013 (sampai Juni 2013), pertumbuhan ekonomi menjadi rata-rata 5,9 persen per tahun. Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelahChina di antara negara-negara G-20.

Pendapatan per kapita

Pendapatan per kapita juga meningkat. Jika pada 2004, pada posisi US$1.177 per kapita, maka pada 2009 menjadi US$2.299. PDB per kapita meningkat lagi menjadi US$3.592 pada 2012.

Pertumbuhan kalangan menengah

Data BPS menyebutkan, jumlah kaum kelas menengah Indonesia hanya 1,6 juta orang pada 2004. Tapi lihatlah, jumlahnya melonjak menjadi 50 juta orang pada 2011. Jumlah kelas menengah dan orang kaya Indonesia berpotensi naik dua kali lipat menjadi lebih dari 141 juta orang pada 2020, demikian laporan yang dirilis oleh Boston Consulting Group (BCG) tahun 2013.

Menurut BCG, dari 250 juta warga Indonesia, sekitar 74 juta orang kini menghabiskan uang lebih dari US$ 200 (Rp1,94 juta) per bulan. Angka ini menjadikan mereka tergolong ke dalam kelas menengah atau kelas menengah atas. Jumlah ini diperkirakan meroket hingga 141 juta orang pada 2020.

Berbagai kelompok sengaja mengaburkan informasi pencapaian pemerintah untuk kepentingan politik. Akan banyak distorsi opini atas capaian objektif pemerintah yang dilakukan lawan politik. Tujuannya tentu adalah untuk mempengaruhi pilihan politik masyarakat.

Menjadi tugas media untuk mampu melihat fakta dan memberitakan secara fair sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang berimbang.

Masyarakat juga perlu kewaspadaan dengan berbagai informasi, mengingat media sekarang memiliki garis politik yang kadang berlawanan satu sama lain. Mambaca banyak media akan memberi wawasan yang luas atas suatu topik. Dengan membaca banyak sumber berita, masyarakat akan terhindar dari penggiringan yang dilakukan oleh pers tertentu. Pembaca harus independen dalam mencari dan mengkonsumsi berita.

RW, Jakarta, 7 April 2014

Sumber: Jurnas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun