Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Buruh; Pedang Bermata Dua

1 Mei 2015   08:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan anak buah saya? jangan ditanya. Tentu saja pendapatannya dibawah saya. Contoh lain, lakukan sebuah survey di kompleks pertokoan, baik mall maupun pusat perbelanjaan. Tanyakan gaji mereka. Sesuai UMR? tidak. Sesuai UMP? juga tidak. Jadi mengapa mereka tetap bekerjasama? Karena bos mereka hanya mampu menggaji sebanyak yang mereka terima dan karena mereka butuh bertahan hidup. Gaji berapapun asalkan cukup buat makan, akan diterima juga.

Jika demikian, lalu apa kabar UMR? apa kabar UMP? apa kabar KHL? Saya melihatnya sebagai euforia. Sebagai Morfin. Janji Manis. PHP yang diberikan pemerintah kepada rakyat guna memenuhi tuntutan rakyatnya. Karena kenyataannya, tidak semua pengusaha itu mampu memenuhinya. Hanya perusahaan besar di kota besar saja.

Sekarang ini saya memang mencoba belajar menjadi entreprenuer. Membuka usaha sendiri. Saya pengusaha karena saya mengusahakan sendiri produk saya agar bisa diterima masyarakat. Tapi apakah saya kaya? Tidak. Apakah uang saya banyak? Juga Tidak. Penandanya apa? Saya tidak memiliki pegawai. Mengapa? Karena saya tidak mampu menggaji seorang pegawai sekalipun. Saya memang memiliki tim, tapi mereka dibayar berdasarkan event yang dilaksanakan. Tidak adil? memang. Tapi saya memang masih tidak mampu. Bukan tidak mau.

Jadi, ada berapa banyak pengusaha diluar sana yang kondisinya sama seperti saya?

Buruh itu saya melihatnya seperti api. Api sangat berguna untuk membantu kehidupan kita sehari-hari. Tapi jika api itu membesar, butuh manajemen tersendiri untuk mengendalikannya. Semakin besar, api bisa juga jadi sangat menyulitkan. Karena api bisa membakar. Menghanguskan apapun yang ada disekitarnya.

Menurut saya, perjuangan tetap bisa dilanjutkan. Tapi minta selain uang. Contohnya misalkan, saya setuju permintaan penghapusan outsourching karena itu sangat merugikan karyawan. Itu betul. Permintaan cuti hamil 3 bulan dengan dibayar penuh tidak boleh kurang. Perjuangan untuk pembuatan UU perlindungan TKI di Luar Negeri juga menurut saya sekarang yang urgent untuk dilakukan. Atau permintaan lain yang berkaitan dengan hak2karyawan yang masih bisa dinalar.

Happy May Day. Selamat Berjuang Para Buruh di Seluruh Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun