Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

PK (PeeKay) Komedi Satir Para Pencari Tuhan ala India - Sebuah Resensi Film

25 April 2015   13:33 Diperbarui: 4 April 2017   16:19 9085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalo tidak salah, pada pertengahan januari, saya pernah diminta bantuan oleh teman saya tercinta Angga Suanggana Yusuf Muhammad untuk membuat resensi film yang dibintangi oleh Aamir Khan. Yang pertama berjudul 3 Idiots dan telah berhasil saya resensikan. Yang kedua berjudul PeeKay ini.

Jujur waktu itu saya tidak tahu film apa itu PeeKay. Bahkan dari judulnya yang PK saya lebih mengasumsikan bahwa film ini mungkin berkaitan dengan Penjahat Kelamin. Akronim yang lazim digunakan untuk kata PK. Bahkan karena penasaran, saya bela2in beli DVD nya. Maafkan saya karena membeli DVD Bajakan ;p. Dan karena bajakan pula, teksnya sangat amburadul sehingga saya agak sulit memahami sebenarnya apa yang ingin disampaikan oleh pembuat film ini kepada penontonnya.

Selama masa hibernasi internet yang seperti saya ceritakan kemarin, saya mendapatkan film PeeKay dari salah seorang teman. Dia download dari salah satu situs penyedia film2. Saya tahu perbuatan ini juga tidak lebih bagus dari membeli DVD bajakan. Namun apalah daya saya, seorang manusia biasa ;p (ngeles cyiiin). Nah, film yang diberi teman saya ini, teksnya agak mendingan sehingga saya lebih bisa memahami maksud sebenarnya dari film ini.

*************************************

And The Story Begin............

Cerita dibuka dengan kisah yang imajinatif sang Narator yang berandai-andai, bagaimana jika, ternyata keberadaan kita sebagai mahkluk hidup di alam semesta ini adalah bukan satu2nya. Bagaimana jika, di luar sana, ada planet lain selain bumi yang juga memiliki penghuni. Yang hidup dan bernafas seperti kita. Bagaimana jika, mereka - para mahkluk hidup - dari planet lain itu, memiliki ketertarikan yang sama seperti kita untuk mengeksplorasi seluruh alam semesta. Jika kita tertarik untuk menyelidiki apakah ada kehidupan lain di bulan, bukankah tidak mungkin, mereka, datang ke bumi, untuk melakukan hal yang sama.

Kisah dilanjutkan dengan kedatangan alien yang jika selama ini - oleh para sineas hollywood - mereka digambarkan sebagai mahkluk dengan bentuk yang sangat jelek, maka sineas bollywood yang satu ini menggambarkan alien adalah mahkluk yang memiliki bentuk tubuh yang sama persis dengan manusia yang ada di bumi.

Bedanya hanyalah mereka tidak membutuhkan kain untuk membungkus tubuh. Mereka tidak butuh bahasa untuk berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Dan mereka, memiliki alat semacam transpotter yang berfungsi untuk memberikan sinyal tentang lokasi keberadaan mereka kepada kendaraan transportasi yang akan menjemput mereka.

Salah satu alien itu (diperankan oleh Aamir Khan) datang ke bumi dengan membawa misi untuk menyelidiki seperti apa mahluk hidup yang ada di bumi ini. Pelajaran pertama yang ia dapatkan adalah, alat transpotternya dicuri. Dia tidak sempat berpikir mengenai tindakan tercela yang baru dilakukan mahluk asing itu. Yang ada dipikirannya hanyalah, bagaimana cara mendapatkan kembali transpotter itu. Jika tidak, dia tidak akan pernah bisa pulang ke planetnya kembali karena dia tidak bisa mengirimkan sinyal mengenai posisi keberadaannya.

Dalam pencarian dan upayanya untuk menyesuaikan diri dengan mahkluk yang bernama manusia, dia mencoba beradaptasi. Dari mulai cara berbusana, alat penukar barang (atau yang lazim dikenal dengan uang) hingga bahasa. Dalam salah satu kejadian kecelakaan yang menimpa dirinya, dimana dia ditabrak oleh mobil yang mengangkut rombongan pemusik India, dia akhirnya terdampar pada komunitas tersebut. Pemimpin rombongan itu bernama Bhairon Singh (diperankan oleh Sanjay Dutt).

Bhairon menganggap ketidakmampuan Aamir Khan (yang tidak diketahui bahwa dia sebenarnya adalah alien) dalam bersuara diakibatkan karena amnesia akibat kecelakaan yang disebabkan olehnya. Dilain pihak, Aamir Khan beranggapan, satu2nya cara agar dia belajar bahasa manusia adalah dengan menggenggam tangan sang manusia. Cara itu dilakukan untuk tahu tentang apa yang mereka pikirkan dan bahasa yang mereka gunakan.

Maka mulailah Aamir Khan berburu tangan manusia untuk disentuh. Di lain pihak, Bhairon beranggapan bahwa Aamir Khan melakukan tindakan yang mengarah kepada pelampiasan nafsu seksualnya. Perbedaan pemahaman inilah termasuk salah satu yang menimbulkan kelucuan pada film ini.

Pada satu kesempatan, akhirnya Bhairon membawa Aamir Khan ke sebuah lokalisasi agar Aamir Khan bisa menyalurkan hasrat seksualnya. Dipilihlah seorang wanita malam untuk menemani Aamir Khan hingga pagi. Dari tangan wanita itu, Aamir Khan mentransfer semua kemampuan berbahasa yang dimiliki hingga dia bisa berbahasa India secara fasih.

Setelah kendala bahasa sebagai alat komunikasi telah teratasi, Aamir Khan menyampaikan masalah mengenai transpotter miliknya yang hilang dicuri. Bhairon mengatakan bahwa mungkin saja pencuri itu adalah salah satu dari penduduk setempat. Namun barang curiannya pasti telah ada di New Delhi. Berbekal keterangan itu, berangkatlah Aamir Khan menuju Delhi dalam upaya pencariannya menemukan transpotternya.

Di New Delhi, ketika dia menanyakan ke semua orang, apakah mereka mengetahui dimana keberadaan transpotter miliknya, mereka semua kompak menjawab bahwa "hanya Tuhan yang tahu". Pencarian Aamir Khan berubah. Dia beranggapan, jika dia ingin menemukan transpotternya, maka dia harus menemukan Tuhan terlebih dahulu untuk dia tanya dimana Transpotternya berada.

Di Belahan bumi lain, ada seorang wanita India bernama Jaggu (diperankan oleh Anushka Sharma) yang jatuh cinta kepada seorang pria Pakistan bernama Sarfaraz (diperankan oleh Sushant Singh Rajput). Namun hubungan itu ditentang oleh sang ayah yang bernama Jayprakash Sahni (diperankan oleh Parikesit Sahni) karena perbedaan agama. Jaggu dan keluarganya beragama Hindu sementara Sarfaraz adalah seorang muslim.

Jaggu tidak menghiraukan keberatan sang ayah dan bertindak nekat dengan mengajak menikah Sarfaraz di gereja. Namun hingga saat yang dinanti tiba, ketika Jaggu telah menggunakan busana pengantin, yang datang malah sepucuk surat tanpa nama yang menyampaikan bahwa pernikahan mereka tidak bisa dilangsungkan dan meminta untuk tidak saling berkomunikasi lagi.

Dalam kondisi hati yang hancur, Jaggu memutuskan untuk kembali ke India. Di New Delhi dia bekerja sebagai seorang wartawan yang telah kehabisan berita menarik untuk ditayangkan. Pada salah satu kesempatan, dia bertemu Aamir Khan yang telah mendapat julukan dari orang2sebagai PeeKay/ PK (dlm bahasa India artinya mabuk) karena tingkah lucu dan aneh yang dilakukannya.

Awalnya tingkah lucu dan aneh yang dilakukan PeeKay dalam upayanya mencari Tuhan, membuat Jaggu terinspirasi untuk mengangkatnya sebagai salah satu bahan berita. Namun ketika PeeKay bercerita tentang siapa dirinya yang sebenarnya, apa yang dilakukannya di bumi dan bagaimana dia kehilangan transpotternya, Jaggu menjadi tidak percaya kepadanya dan beranggapan bahwa PeeKay hanyalah salah satu orang India yang gila karena berimajinasi terlalu tinggi.

Tak putus asa, PeeKay berusaha membuktikan bahwa apa yang dia sampaikan adalah kenyataan yang sesungguhnya. Melalui beberapa kejadian akhirnya Jaggu percaya pada apa yang dikatakan PeeKay. Jaggu pada akhirnya bersedia membantu PeeKay menemukan apa yang dia cari. Berdua mereka mencari barang berharga milik PeeKay yang hilang.

Bagaimana kisah selengkapnya? Saya sarankan anda untuk menontonnya sendiri. Persiapkan diri anda untuk menghadapi berbagai pertanyaan yang remeh namun sulit untuk dijawab. Anda harus bersiap menghadapi goncangan iman dan pengetahuan dari apa yang selama ini anda yakini soal agama, dari pertanyaan2sederhana yang dilontarkan PeeKay.

************************************************

3 Idiot Versus PeeKay

Tidak salah rasanya jika teman saya, angga suanggana meminta untuk meresensi film ini dalam satu waktu. Karena selain film ini diproduseri (Vidhu Vinod Chopra) dan disutradarai (Rajkumar Hirani) serta ditulis (Hirani dan Abhijat Joshi) oleh orang yang sama dengan film 3 idiots juga salah satu pemain utamanya (Aamir Khan), kembali bermain dalam film itu. Mereka seakan memiliki ikatan emosional untuk selalu bekerja bersama.

Genre film yang diangkat juga masih komedi satir, namun dengan tema yang berbeda. Jika 3 Idiots tema yang diangkat adalah masalah pendidikan di India, maka PK mengangkat tema masalah ke Tuhan an di India pula. Tema yang diangkat sesungguhnya adalah tema yang sangat peka untuk di bahas. Baik itu 3 Idiots maupun PK.

Yang saya suka dari kedua film itu adalah, persoalan cinta tidak diangkat menjadi faktor utama sebuah film. Atau sebaliknya, mereka tetap bisa meramu persoalan cinta di dalam cerita dengan baik diantara permasalah utama yang ingin diangkat dalam kedua film itu. Sehingga kisah percintaan yang terdapat di dalamnya menjadi tidak picisan. Apalagi hanya menonjolkan seksualitas semata.

Secara keseluruhan saya tidak bisa mengatakan dari kedua film itu mana yang lebih baik untuk ditonton karena keduanya sama2bagus. Namun secara bobot tema yang diangkat, menurut saya film PeeKay lebih berat. Hal ini pula yang menyebabkan saya baru mudeng dengan film ini setelah menonton untuk yang kedua kalinya. Saya baru bisa menikmati kelucuannya, alurnya, memahami dialog2dalam film bukan pada tontonan yang pertama kalinya.

Yang pasti, keduanya adalah very recommended Indian movie ever wink emotikon

*****************************************

Para Pencari Tuhan Ala India;

Seperti film 3 Idiots, jalan cerita yang sederhana masih merupakan kekuatan dari film ini. Alurnya juga masih menggunakan alur maju mundur dan narasi pada bagian awal dan akhir cerita. Jalan cerita boleh biasa, namun isi cerita selalu yang luar biasa. Jika di Indonesia ada sinetron besutan sutradara Deddy Mizwar dengan judul "Para Pencari Tuhan", maka di India juga sama. Persoalan Mencari Tuhan atau agama masih selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas.

India sendiri memang dikenal sebagai sebuah negara yang memiliki agama dan kepercayaan paling banyak dibandingkan dengan negara2manapun di dunia. Di Negara tersebut antara agama dan kepercayaan saling hidup berdampingan dan tumpang tindih. Mayoritas penduduk di India beragama Hindu 80.46%, Islam 13.49%, Kristen 2.34%, Sikh 1.87%, dan sisanya Buddha 0.71%, Jain 0.41%, dan sisanya menganut agama Yahudi, Zoroastrianism, Kepercayaan Baha’i dan juga Komunis (sumber Wikipedia)

Salah satu bukti tumpang tindihnya agama dan kepercayaan di negara itu, hal itu tampak dari adegan Jaggu (yang beragama Hindu) yang ingin menikah dengan Sarfaraz (seorang Muslim) di Gereja. Dan meskipun setting adegan itu di Belgia, menurut saya tetap hal itu menjadi sebuah keanehan. Mungkin kita bisa berkata bahwa penikahan itu adalah salah satu bentuk pemberontakan yang ingin dilakukan Jaggu terhadap orang tuanya sehingga dia tidak terlalu mementingkan persoalan agama dengan dia akan menikah dimana, yang penting menikah.

Tapi bagaimana dengan Sarfaraz. Apa yang dia pikirkan ketika kekasihnya mengajak menikah di gereja. Jika di Belgia tidak ada kuil, paling tidak saya yakin di Belgia ada masjid. Mengapa mereka tidak menikah di masjid saja? Mengapa dia justru menyetujui rencana Jaggu untuk menikah di Gereja? saya memandangnya dari segi pemahaman agama sang pembuat film. Bagaimana ia dengan mudah mencampur-adukkan agama dalam adegan filmnya?

Tak heran, salah satu konflik yang paling banyak terjadi adalah soal agama. Bahkan dalam salah satu dialognya, bos Jaggu berkata bahwa " Sejak itu aku putuskan, jika aku ingin hidup di negeri ini, maka jangan main2dengan agama. Itu saja". Kalimat itu tentu saja merupakan representasi dari keadaan India yang sesungguhnya tentang bagaimana persoalan agama seringkali menjadi alasan untuk bertikai. Saya yakin anda semua telah mengetahui bagaimana konflik antara Hindu dan Muslim ada dan berakar dari dulu hingga sekarang. Banyak film India yang juga mengangkat tema tentang perseteruan Hindu dan Muslim seperti dalam film Slumdog Millionaire.

Dalam film ini sangat jelas digambarkan mengenai kritikan keras terhadap agama dan kepercayaan melalui pertanyaan2lugu ala anak2berusia belum akil balik. Alih2menggunakan anak kecil untuk bertanya, sang sutradara justru lebih suka menggunakan alien dewasa yang menanyakan itu kepada manusia. Pertanyaan super sensitif yang apabila tidak diramu sedemikian rupa oleh sang sutradara, maka saya yakin film ini tidak akan dinobatkan menjadi film India paling sukses sepanjang masa, dengan peringkat ke-66 tertinggi dalam film terlaris tahun 2014 di seluruh dunia. Bahkan banyak situs perdagangan internasional dan India telah melaporkan bahwa PK adalah film India pertama yang mendapatkan US $ 100 juta (Rs 630 crore) di seluruh dunia.

Disitulah saya merasakan kehebatan kolaborasi antara penulis, pemain, sutradara dan produsernya. Jika tidak ada kerjasama yang sangat ciamik, sulit film dengan tema seperti itu bisa berhasil dirampungkan. Kehebatan penulisnya, saya rasa terletak pada kepandaiannya mengolah kata sehingga tidak masuk kedalam justifikasi salah satu agama. Penulisnya benar2menempatkan diri sebagai sosok yang sangat netral dan berada di tengah.

Berbagai macam ritual agama dan kepercayaan yang ditampilkan, digambarkan secara proporsional. Tidak ada salah satu agama yang mendapatkan porsi lebih. Pun demikian, semua mendapatkan porsi pertanyaan yang sama dari PeeKay. Bahkan ketika semua perdebatan tentang agama itu mengerucut pada agama Hindu dan Islam seperti yang paling banyak terjadi, Sang Penulis juga tidak menjustifikasi bahwa yang benar adalah agama Hindu dan yang salah adalah agama Islam maupun sebaliknya.

Kenetralan itu juga tampak dengan dimasukkannya adegan pengeboman yang dilakukan oleh beberapa orang penganut Islam radikal seperti yang selalu mereka (para penganut Islam Radikal) lakukan. Sang Penulis tidak menutup mata bahwa ada orang2yang meyakini agamanya hingga melakukan hal yang cela tersebut. Namun bukan berarti hal itu lantas membuat agama Islam menjadi salah dan agama Hindu menjadi benar.

Kehebatan sang sutradara terletak pada pengambilan gambar dengan angle2yang menarik dan mampu merangkum ratusan adegan sensitif menjadi sesuatu yang layak tonton. Tidak luput juga kehebatan Aamir Khan dalam mendalami salah satu sosok alien yang konsisten melakukan tindakan lucu dan lugu tanpa tertawa. Yang utama tentu saja sang produser. Saya yakin dia menggelontorkan dana yang tidak sedikit demi sebuah idealisme dengan tantangan bahwa film itu akan dilarang edar. Itu artinya dia siap menanggung kerugian total yang sangat besar jika film itu tidak boleh ditayangkan.

Pesan akhir yang diberikan kepada penonton mengenai persoalan agama itu adalah, sang pembuat film melalui representasi sosok PeeKay menyampaikan bahwa, Tuhan itu ada 2. Yang satu Pencipta Alam Semesta, Dia yang memiliki sifat Ke-Esa-an, yang tidak perlu dilindungi dan cukup diyakini oleh siapa saja yang ingin meyakini. Yang lainnya adalah Tuhan ciptaan manusia. Dia yang butuh disanjung, dilindungi oleh pengikutnya dan butuh untuk disebarkan.

Saya katakan tolong jangan diterima mentah2ucapan itu tanpa ditelaah. Karena jika kita menelan mentah2apa yang disampaikan diatas, maka kita akan segera menghujat dan melakukan serangkaian upaya agar film itu tidak ditonton lainnya karena menyebarkan paham sesat.

Karena jika kita bisa mencerna dengan baik, maka kita akan tahu bahwa sesungguhnya pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film ini adalah bahwa, seringkali kita terjebak kepada taqlid buta atau pemahaman yang keliru terhadap agama yang kita yakini. Lebih parahnya lagi, sering tanpa kita sadari kita telah melakukan kodifikasi agama atau perdagangan dengan mengatas-namakan agama. Sebuah tindakan yang bahkan tidak dianjurkan oleh Tuhan manapun di dunia ini.

Saya belum sepenuhnya yakin, apakah sang sutradara dan sang produser bermaksud untuk mengkritik keras permasalahan itu khusus untuk masyarakat dan pemerintah India saja, atau sebenarnya mereka menujukan kritikan itu kepada seluruh penonton di seluruh dunia, karena sesungguhnya masalah yang mereka angkat sangat relevan untuk ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah dimana saja termasuk di Indonesia.

Kenapa saya sampaikan bahwa topik itu sangat relevan di Indonesia? karena sebagai sebuah negara yang sangat luas, dengan keragaman budaya dan agama yang ada, permasalahan yang diangkat juga merupakan masalah yang terjadi di Indonesia pula. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan (sumber Wikipedia)

Pesan yang disampaikan juga sangat mengena. Berapa banyak kodifikasi atau perdagangan atas nama agama yang dilakukan di Indonesia? Fenomena ustad gaul yang tidak mencerminkan kehidupan pribadinya sesuai dengan apa yang disampaikan dalam forum dakwahnya. Belum lagi ustad kontroversial yang mengeluarkan fatwa2yang mengundang kontroversi namun ujung2nya memiliki merk clothing line dengan namanya. Juga masa menjelang perayaan hari besar agama tertentu, banyak sekali dijual pernak-perniknya di mall2, bahkan hingga meminta pegawai yang beragama berbeda untuk menggunakan atribut agama yang berbeda.

Yang paling baru tentu saja seorang artis yang karena mengisi sebuah acara keagamaan di televisi langsung mendapat predikat ustadzah dan membungkus bayinya yang berusia 2 hari dengan jilbab. Dengan dalih menangkap peluang ia membuat clothing line jilbab baby. Dengan busana syar'ie ia menjadikan dirinya sebagai model berjalan untuk clothing baju dengan namanya. Dengan tindakan seorang ukhti dia menyerukan untuk mengikuti islam secara kaffah dari al-quran dan hadist namun melakukan foto prewedding, menikah dengan mewah, melakukan sesi foto ibu hamil, melahirkan di rumah sakit dengan fasilitas setara hotel bintang lima. Sungguh saya sering dibingungkan dengan fenomena seperti ini. Karena sepertinya tidak ada sinkronisasi antara apa yang dia sampaikan dengan apa yang dia kerjakan.

Semua sekarang hanya masalah bisnis, bisnis dan bisnis. Sulit sekali di tahun 2015 ini menemukan sesuatu yang dilakukan secara tulus tanpa ada embel2bisnis di dalamnya. Apalagi jika suatu ajaran itu telah masuk ke dalam wadah yang namanya media. Utamanya media televisi. Semuanya bisa dipoles menjadi seperti keinginan sang pemilik modal.

Jadi pertanyaannya sekarang yang saya ajukan kepada anda, Tuhan mana yang kalian yakini?

142994345723244162
142994345723244162

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun