Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

A Story about Wedding Fair

25 Desember 2014   07:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:29 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seperti yang telah saya woro2sebelumnya, saya mengikuti pameran wedding yang diadakan di Mall ITC Surabaya selama 3 hari, dari hari jumat hingga minggu, tanggal 5-7 desember.

Menangani pameran atau pameran wedding memang bukan hal yang baru bagi saya. Sebelumnya, saat saya berkesempatan bekerja di salah satu penerbit buku sejarah di Depok, beberapa kali saya menangani pameran buku di Gelora Bung Karno selama 10 hari setiap pameran. Dari Pesta Buku Jakarta hingga ke Islamic Book Fair. Dengan target yang fantastis hingga ratusan juta serta jumlah buku yang saya bawa mencapai angka ribuan.

Saya juga pernah menangani keikutsertaan perusahaan yang bergerak di vendor undangan, souvenir, mahar dan hantaran tempat saya bekerja dulu. Vendor tersebut awalnya belum banyak dikenal orang. Namun melalui beberapa kali pameran yang diikuti selama 1 tahun, orang mulai banyak mengenal nama vendor itu.

Namun pameran saya kali ini terasa begitu berbeda. Selain dikarenakan pameran ini adalah kali pertama saya mengikuti pameran sebagai pemilik dan bukan dalam rangka bekerja untuk orang lain, juga dikarenakan ini adalah pameran pertama saya yang saya tangani dari awal hingga akhir. Dari mulai proses deal2an dengan EO nya, menyiapkan contoh hingga loading barang dan penataan di lapangan.

Saya begitu menikmati setiap prosesnya. Saya menikmati betul kesulitan2yang saya hadapi di lapangan hingga perasaan khawatir, was2 yang saya rasakan terhadap kemungkinan semua berjalan tidak lancar dan tidak seperti yang telah direncanakan.

Pameran kali ini saya memang menggandeng seorang partner. Rekan kerja, Saya patungan dengannya dan memutuskan untuk membuat brand baru sebagai anak perusahaan yang mengkhususkan diri kepada pembuatan mahar dan hantaran. Induknya, Tiga dimensi organizer yang menangani one stop wedding service untuk sementara saya taruh terlebih dahulu.

Selayaknya pada pameran2terdahulu yang saya tangani, untuk pameran pertama saya selalu memang tidak mencanangkan target yang muluk2jika bisa dikatakan saya bahkan tidak memasang target sama sekali. Saya beranggapan, untuk pameran pertama, yang terpenting adalah mengetahui kondisi di lapangan terlebih dahulu.

Jika sudah menguasai lapangan, maka untuk pameran berikutnya baru bisa dibuat target pencapaian perolehan pendapatan pameran. Biasanya juga untuk target saya buat bertahap. Mulai mencanangkan laba 25% dari biaya produksi, meningkat hingga 50%, 75% hingga 100%. Tentu saja kenaikan target itu juga diikuti dengan perbaikan contoh produk dan promosi yang kian ditingkatkan.

Oleh karena itu, untuk pameran di ITC ini saya berusaha realistis dan tidak muluk2meski ada kekhawatiran juga menghinggapi dada. Saya khawatir tidak ada yang memesan, jika tidak ada yang memesan maka saya tidak bisa mengembalikan modal biaya pameran yang telah saya keluarkan. Dan jika saya tidak bisa mengembalikan modal maka itu artinya saya merugi.

Dilatarbelakangi kekhawatiran itu akhirnya saya melakukan banyak doa dan usaha. Saya makin gencarkan doa di setiap tarikan nafas saya. Saya meminta doa kepada banyak orang. Dari mulai bapak, ibu, saudara, semuanya. Saya juga berupaya melakukan upaya promosi alias woro2yang sangat massive. Dari mulai status di fb hingga broadcast di bb. Pun saya meminta saudara2saya untuk share status fb juga bantu broadcast ke kontak mereka.

Ketika hari pameran tiba, saya memulainya dengan semangat. Ketika hari menjelang siang dan belum ada tanda2seorang pun yang akan bertransaksi, saya tidak patah semangat. Namun hingga malam dan hanya 1 orang yang melakukan transaksi, saya mulai cemas. Tapi saya berusaha menghibur diri saya sendiri dengan mengingat pengalaman saya dalam menangani pameran wedding sebelumnya.

Memang seperti ada ritmenya, Biasanya hari kamis, jumat adalah masa kita menebar benih, saya mengistilahkannya. Karena pada dua hari itu kita berusaha memberikan penawaran terbaik kepada calon customer. Hari Sabtu adalah masa merayu dan hari minggu adalah masa panen. Maka, ketika jam sudah menunjukkan pameran akan usai pada malam itu, saya berusaha tegar.

Hari Sabtu, bahkan tidak ada transaksi sama sekali meskipun kami sudah berusaha keras. Situasi memang tidak mendukung dikarenakan pada hari Jumat dan Sabtu, Surabaya diguyur hujan deras merata. Dan ITC pun tak luput dari siraman air hujan, sehingga mengakibatkan orang malas keluar rumah karena basah dan dingin.

Ketika hari Minggu menjelang, saya merasakan puncak kekhawatiran. Saya bahkan sempat berpikir untuk merelakan saja semua terjadi begitu saja sesuai kehendakNya. Jika memang sudah ditakdirkan untuk hanya mendapatkan 1 customer, lantas saya mau berbuat apa?

Namun hati kecil saya menolak. Saya tidak mau menyerah begitu saja. Maka saya yang awalnya mengantuk karena kecapekan, mulai beranjak untuk berusaha dengan keras. Membagikan brosur, menjelaskan produk, hingga membantu memilihkan pilihan yang terbaik untuk calon customer. Mungkin Tuhan melihat usaha dan kerja keras saya dan teman sehingga berkenan untuk merubah peruntungan saya. Satu persatu orang mulai memesan hingga pada malam menjelang, saat malam penutupan, dan kami mulai menghitung uang yang masuk, kami mulai bisa tersenyum.

Tapi Tuhan punya rencana lain. Diberinya saya hadiah. Tanpa sengaja saya berkenalan dengan penyelenggara pernikahan EO AP3 (Asosiasi Pengusaha Perlengkapan Pernikahan). Dari percakapan tersebut dia menginformasikan bahwa Pameran Wedding yang diselenggarakannya di Tunjungan Plaza pada tanggal 10-15 Desember besok masih ada tempat yang kosong. Beliau juga membantu saya memberikan harga yang bisa disesuaikan dengan kantong saya.

Saya berpikir cepat. Kesempatan tidak datang dua kali. Maka berbekal diskusi yang saya lakukan dengan partner saya, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti pameran wedding yang skalanya lebih besar dari yang kami ikuti sekarang ini.

Dan disinilah saya sekarang. Menulis kesan saya tentang pameran sebelumnya disela kesibukan tambahan untuk mempersiapkan pameran wedding selanjutnya. Doa dan support sekali lagi saya minta kepada seluruh kawan2semua agar untuk pameran wedding ini semoga saya memperoleh hasil yang lebih baik di bandingkan pameran sebelumnya

Danke

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun