Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Everybody Have Their Own Sin and Nobody Can Be Saint (Setiap Orang Memiliki Dosanya Tersendiri dan Tidak Ada yang Bisa Menjadi Malaikat)

27 Desember 2014   05:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun sesuatu yang tak terduga terjadi. Acara pameran bukunya molor hingga malam hari. Saya sudah pasti kebingungan untuk pulang karena kereta sudah tidak ada dan naek angkot pun rawan. Apalagi saya tidak begitu mengenal kota Bogor. Maka saya teringat kawan saya itu. Saya hubungilah dia berharap dia mau memberi saya tumpangan menginap barang semalam. Besok pagi2sekali saya sudah akan kembali ke lokasi pameran buku saya.

Maka begitu terkejutnya saya ditelepon teman saya dengan berat hati dan permohonan maaf yang sangat tidak bisa menampung saya dirumahnya dengan alasan rumahnya yang kecil dan ia yang memiliki anak bayi. Jujur saya kecewa karena ia merupakan harapan saya satu2nya karena saya tidak memiliki kenalan lain di kota hujan itu.

Tapi saya mencoba berpikir positif dengan berasumsi bahwa keadaannya memang tidak mungkin untuk menerima saya saat itu. Mungkin di lain waktu. Untung ada panitia yang berbaik hati kepada saya menawarkan tempat untuk saya tiduri malam itu. Dan meski hanya seadanya namun saya melewati malam itu dengan rasa syukur. Apa jadinya saya tanpa kebaikan hati panitia itu, bisa jadi saya akan terlunta2malam itu di kota Bogor.

Saya sudah lupa akan kisah saya itu sampai perdebatan panjang yang (terpaksa) saya lakukan pasca tulisan saya tentang malam natal itu saya posting. Seperti yang selalu saya sampaikan, saya termasuk orang yang sangat cinta damai dan selalu berusaha menghindari potensi konflik. Namun jika sangat2terpaksa, saya akan melayaninya. Biasanya saya berada dalam situasi yang dipaksa untuk menanggapi perdebatan yang biasanya juga selalu saya hindari.

Awalnya dia komen mengenai suatu pendapat yang seakan2saya kontra dengan dia. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Saya hanya merasa bahwa dia tidak memahami betul esensi dari tulisan saya. Dia berkomentar, saya menggodanya dengan balasan komentar saya. Dia (menurut saya) mulai naik tensinya, masih juga saya menggodanya dengan jawaban2saya.

Betapa terkejutnya saya ketika dia, bahkan dengan sangat rela hati, memposting Status Nasehat di kronologi saya. Saya masih menggodanya. Cara saya menggodanya sesungguhnya adalah upaya saya untuk menghindari potensi konflik dan perdebatan. Tapi dia semakin giat untuk menasehati saya. Dan pada akhirnya, saya memang harus menghadapi perdebatan itu dengan memberikan klarifikasi saya yang cukup panjang.

Bukan saya marah atas nasehatnya. Bukan, sama sekali bukan. Saya tidak marah. Saya sama sekali tidak marah. Bukan pula saya tidak mau dinasehati olehnya. Saya sesungguhnya malah sedih. Jujur saya sedih. Bukan kasihan kepadanya, tidak saya tidak merasa kasihan kepadanya, karena saya tahu betul dia bukan pribadi yang perlu dikasihani.

Yang saya sedihkan adalah, dia (menurut saya), memanah (seperti pada kegiatan yang dilakukannya sebelumnya) tepat di titik lemah saya. Ada beberapa kalimatnya yang saya yakin, ketika kalimat itu disampaikan kepada siapapun juga, akan tertusuk hatinya, seperti "Saya justru makin kasian sama sampean mbak. Hehe. Kalo ada org yg mendoakan anaknya "nak moga jd anak sholeh" apa berarti anaknya sesat, bandel atau nakal? Kalo ada yg mendoakan "smga dpt jodoh/calon suami yg sholeh, penyayang dan penyabar apa berarti yg didoakan ga sholeh atau ga baik? Inilah penting nya berilmu. Berkata diam atau katakan yg benar sesuai hadits nabi. Status nasehat diatas bukanlah ayat lho... tp kutipan hadits nabi. Smga Allah memberi kita taufiq, hidayah dan jalan diatas sunnah untuk saya dan anda. Allahu musta'an"

Ada juga statement lain "Penulis dikritisi harus terima dulu dhonk. Apalagi penulis baru. Anda bs blg yg ngerasa ahli tauhid dan ahli sunnah nah justru ini membuat nilai jatuh secara ga sadar. Dan bhs inilah bhs yg sdh biasa disampaikan kalo ada org yg nasehati tp scra ga lgsung ditolak halus oleh org yg sdkit anti trhadap org yg ga mau belajar"

Tercatat ada 3 poin yang membuat saya sedih, yang pertama kalimatnya tentang :
1. Penulis dikritisi harus terima dulu dhonk. Apalagi penulis baru.
Ah ya, benar, saya memang mungkin masih penulis baru. Yang belum ada apa2nya, tapi tidak perlu dipertegas begitu kan?
2. Kalo ada yg mendoakan "smga dpt jodoh/calon suami yg sholeh, penyayang dan penyabar apa berarti yg didoakan ga sholeh atau ga baik?
Touche, straight to the heart. Right, thanks for the pray. Saya memang belum menemukan jodoh sampai saat ini.
3. Inilah penting nya berilmu. Berkata diam atau katakan yg benar sesuai hadits nabi. Status nasehat diatas bukanlah ayat lho... tp kutipan hadits nabi. Smga Allah memberi kita taufiq, hidayah dan jalan diatas sunnah untuk saya dan anda
Okay, baiklah, saya memang mungkin kurang berilmu, kurang taufik dan kurang hidayah. Tapi sepertinya doanya lebih ditujukan ke saya bukan kepada dirinya sendiri.

Saya menulis ini bukan untuk mengumbar keburukannya. Karena bagi saya perdebatan saya dengannya bukan soal benar dan salah, namun soal perbedaan cara pandang saya dengannya mengenai Islam. Agama yang sama yang saya dan dia anut. Perbedaan cara pandang adalah sesuatu hal yang wajar terjadi. Menurut saya tidak perlu memaksakan kehendak. Jika menurutnya "Berkata diam atau katakan yg benar sesuai hadits nabi" sudah dilaksanakannya, maka gugurlah kewajibannya untuk menyampaikan kebenaran kepada sesama muslim. Cukup muslim itu tahu, persoalan digunakan atau tidak sudah bukan lagi kewajiban dan beban yang harus dipikul si pemberi nasehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun