Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Idiots: Kritik Keras untuk Dunia Pendidikan (India)

4 Februari 2015   06:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 9372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka begitu antusias untuk pergi ke kampus karena berita yang disampaikan Chatur, yaitu kedatangan Rancho. Kedua sahabat ini memang kehilangan Rancho pada saat wisuda. Pasca-wisuda itu, Rancho memang menghilang bak ditelan bumi. Hingga 5 tahun pun telah berlalu. Maka, betapa senangnya mereka membayangkan pertemuan dengan sahabatnya itu.

Betapa kagetnya mereka berdua saat sampai di atap gedung kampus. Bukan Rancho yang ada, namun hanya Chatur. Tidak sampai disitu kejengkelan mereka, karena Chatur akhirnya pamer kekayaan yang berhasil dia miliki hasil dari pekerjaannya.Tentu saja tindakan Chatur itu membuat mereka marah bukan kepalang. Karena mereka berdua sudah melakukan hal gila: menghentikan pesawat, membajak penjemput hingga keluar rumah tanpa celana, agar bisa menemui Rancho secepat mungkin.

Chatur berupaya menenangkan sahabat-sahabatnya itu dengan memberitahu kabar tentang keberadaan Rancho di Shimla. Maka, berangkatlah mereka bertiga menuju Shimla. Dalam perjalanan itulah, alur maju-mundur serta narasi ceritanya dimulai.

Saya tidak akan bercerita tentang keseluruhan filmnya, karena lebih nikmat jika menonton sendiri. Saya hanya akan membahas aspek-aspek dalam film ini yang bisa kita cermati. Kita ambil moral ceritanya. Jika memungkinkan bisa kita aplikasikan untuk kehidupan kita sehari-hari.

Dalam narasi itu memang diceritakan bagaimana istimewanya seorang manusia bernama lengkap Ranchoddas Shamaldas Chanchad dari sudut pandang Farhan. Pertemuan mereka, kecerdasan Rancho yang luar biasa, hingga kegilaan-kegilaan yang mereka lakukan selama masa kuliah. Kegilaan yang akhirnya membuat mereka harus berhadapan dengan sang rektor, Viru Sahastrebuddhe. Mereka pun memplesetkan menyebut nama rektor dengan Virus.

Meski film ini bergenre komedi romantis, namun pesan yang ingin disampaikan cukup berat. Melalui naskah yang ditulis oleh Rajkumar Hirani, film ini sebenarnya mengkritik sistem pendidikan di India. Saya memang tidak banyak tahu mengenai pendidikan di India. Saya sedikit terbantu oleh seorang teman Indonesia yang pernah kuliah disana.

Menurut teman saya, India adalah sebuah negara yang paradoks. Negara itu kaya akan sumber daya alam, tetapi lebih dari 40 persen penduduknya hidup dengan penghasilan di bawah 1 dollar AS per hari. India juga memiliki begitu banyak ahli bidang teknik. Sejumlah 30 persen dokter, para pekerja teknologi informasi serta ahli teknik menguasai perusahaan-perusahaan penting di AS.

Banyak orang India menduduki posisi bagus di organisasi internasional. Namun, hampir 40 persen atau lebih dari 350 juta orang dewasa di India buta huruf. Hampir 40 persen anak putus sekolah setelah kelas lima. Dan, lebih dari 55 persen anak putus sekolah setelah kelas delapan. Ini menjadikan Indeks Pembangunan Manusia India berada di peringkat 127, jauh di bawah Indonesia yang berada di peringkat 111.

Kemajuan India dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah diakui dunia. Negara itu telah melahirkan sejumlah pemenang Nobel: Amartya Sen (ekonomi), Subrawanian Chandrashekar dan Chandrashekar Venkataraman (fisika), Hargobind Khorana (kedokteran). Dua warga India lainnya, Bunda Theresa memenangi Nobel Perdamaian dan Rabindranath Tagore di bidang sastra.

Mereka serius dalam menangani bidang pendidikan khususnya sekolah tinggi teknik. Hal ini terlihat dari munculnya sekolah tinggi teknik milik pemerintah yang didanai penuh untuk mengembangkan teknologi di India. Lulusannya diperhitungkan di pasar kerja tingkat dunia. Kumpulan para profesional di bidang teknik, khususnya teknologi informasi, menyerbu AS.

Sekitar 30 persen pekerja perusahaan perangkat lunak raksasa Microsoft di AS berasal dari India, meski Bill Gates hanya menyebut angka sekitar 20 persen. Tidak sedikit pula ahli sains dan teknologi dari India menjadi pengajar di universitas top AS. Para profesional teknik dari India cukup diperhitungkan di tingkat dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun