Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cicak Vs Buaya; ‪#‎saveKPK‬ ‪#‎perangikorupsi‬

16 Mei 2015   04:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duh udah seminggu lebih ya saya tidak online. Maklum kesibukan persiapan mengikuti pameran wedding memang lumayan menyita waktu, tenaga dan pikiran sehingga sudah tidak sempat lagi online. Pasca pameran juga langsung disibukkan dengan menguras rumah yang sedang kebanjiran. Hujan deras memang melanda kota Surabaya beberapa hari terakhir ini. Kebetulan juga paketan data internet saya sedang habis. Jadi lengkaplah sudah puasa onlinenya;)

Nah, kemarin baru agak senggang, rumah juga udah dipel bersih, badan juga sudah dipijat (pasca badan remuk redam berasa kaya maling ketangkep trus dipukuli orang sekampung-informasi tambahan yang tidak penting ;p), jadi bisa berangkat beli paketan internet. Dan baru sekarang bisa online lagi. Kangen pengen nulis status yang puanjang lagi ;p

Eh, betapa terkejutnya saya karena saat melihat status teman2mulai banyak yang melakukan sumpah serapah lagi. Hujan hujatan sliweran sana-sini. Pro kontra saling bertebaran. Apalagi kalo bukan karena peristiwa yang sedang hits saat ini, polemik atau drama cicak vs buaya episode 2.

Yang tidak setuju Jokowi terpilih jadi presiden macam mas @Beryl Yusirawanto dengan lantang berteriak "SATRIO PININGIT (MAKAN TUH SALAM GIGIT JARI). Yang benar "PETRUK JADI RAJA"... MAKIN RUSAK NEGARA INI.. atau seperti mba @Sandra Saras yang mengatakan "Salam gigit jari# knapa skrg jadi diam? mana yg lantang menyanjung....lain kali pilihlah "orang yg benar" bukan sekedar "orang yang baik",gak usah perang argumen kenyataannya kita akan tenggelam sama" gara" salah pilih nahkoda...

Tapi ada yang menyikapinya dengan mencoba bijaksana menurutku seperti mba @Heny Dwi Sari yang bilang " Lesson learned: Jadi orang baik yg naik sbg pemimpin saja tidak cukup. Kau baik tapi tak pintar, baik tapi tak kuat, bersih tapi dibawah pengaruh yg kotor, ujung2nya jadi kotor juga. Good people under control of bad people do bad things. Go go KPK!

Ada pula yang menyikapinya dengan satire macam pak @Mohammad Agus Salim yang bilang " Tidak banyak yg tau 'manuver' sang raja KPK tapi ada beberapa yg faham betul sepak terjang intrik politik sang raja sblm bos joko naik tahta, baru sekarang stlh 'sang budiman' yg ktnya tau persis langkah sang raja dgn sadapannya, dan akhirnya sang raja salah langkah berteriak diujung bos joko ingin mengangkat pangeran baru bhayangkara, masih ingatkah dgn kasus 'cecak vs buaya'? dan kini kembali terulang "cecak,buaya dan komodo" rebutan makanan! (Kopi Pagi MAS)"

Pak agus juga bilang "Sblm lahirnya KPK, koruptor sdh lbh awal berjamaah, ada yg main mata dgn penegak hukum, ada juga yg pura2 pemutihan pajak, ada lagi yg harus bayar upeti ini itu, yg sgt parah dilingkungan sekolah baik negeri & swasta dpt bantuan bos,bloggren dan bantuan lainnya tp di salah gunakan....naaah ada baiknya anda yg teriak2 ttg pemerintahan saat ini hrsnya sedikitpun tdk ada darah dan daging yg anda rasakan dari hasil korup mengalir pd tubuh anda, jika anda trmsk penikmat hasil korup warisan papamu...mamamu..keluargamu maka anda termasuk golongan manusia munafikun, dan semoga kita semua sadar akan kondisi politik dan pemerintahan saat ini..."yg ribut2 kebijakan jokowi mrka takut masuk bui" (MAS bkn jemaah faham korup)"

Membaca status2itu saya jadi pengen mewek. Serius. Mereka semua teman2saya. Beryl dan sandra teman saya SMA, heny teman saya di IKAHIMSI, Pak Agus dulu rekan saya semasa bekerja di sebuah sekolah di Depok. Tapi mereka semua membuat saya pengen nangis.

Bukan karena apa2, tapi karena mereka menyuarakan kebenaran. Kebenaran yang satir. Kebenaran yang pahit, getir namun harus saya, anda, kita, kalian semua rasakan.

Saya pengen nangis bukan karena dulu saya memilih jokowi dan menyesali keputusan saya untuk memilihnya. Tidak. Saya pengen nangis karena prihatin. Mungkin apa yang saya sampaikan ini akan dianggap naif, lugu, polos atau apapun, terserah deh. Tapi saya ingin menyuarakan apa yang saya rasakan.

Kita, bangsa Indonesia ini, dikenal bangsa lain sebagai bangsa yang memiliki budaya yang tinggi. Memiliki ribuan bahasa, ribuan hasil budaya, dan dikenal sebagai bangsa yang ramah, memiliki tingkat budi pekerti yang tinggi. Yang kehalusan berbahasa, menari dan bersikapnya tak tertandingi oleh bangsa lain.

Namun semenjak keran kebebasan berpendapat dibuka seluas2nya, selebar2nya, setiap orang bisa menyuarakan pendapatnya tanpa harus merasa khawatir akan diculik atau menghilang tanpa kabar berita. Semenjak itu, berpendapat menjadi tak terkontrol. Apalagi semenjak media sosial berkembang dengan pesat. Seperti munculnya facebook, path, instagram, twitter, dll. Semua bebas menyuarakan pendapatnya.

Tak nampak lagi sebuah bangsa yang berbudaya. Yang terlihat adalah bangsa yang saling menghujat. Dan saya merasa, semua pertentangan itu, semakin dipertajam semenjak pemilihan presiden yang head to head kemarin. Saya dulu merasa senang dengan adanya hanya 2 calon presiden semenjak awal. Kenapa?itu artinya bangsa ini akan menghemat banyak sekali uang negara karena cukup hanya dengan menyelenggarakan pemilu satu putaran saja.

Namun nyatanya saya keliru. Saya tidak membayangkan konsekuensi dari hanya 2 calon presiden itu. Saya tidak tahu bahwa ternyata dampak pemilihan hanya 2 calon itu sangat besar. Rakyat Indonesia terbelah menjadi 2. Yang awalnya berteman, karena beda pilihan akhirnya jadi lawan. Saya pikir semuanya akan selesai saat salah satu calon terpilih. Saya pikir selanjutnya, kita semua akan melewati proses bernegara.

Tapi lagi2saya keliru. Pasca terpilihnya salah satu calon, ternyata semua belum bisa move on. Yang dulu mendukung Jokowi, saat beliaunya melakukan langkah yang benar akan dipuji dan puja setinggi langit, dan pendukung prabowo diam. Sebaliknya saat Jokowi melakukan suatu tindakan yang dianggap keliru, pendukung prabowo akan menghujat setinggi langit dan pendukung Jokowi diam.

Pertanyaannya adalah, mengapa mesti demikian? Lupakah kita semua bahwa calon terpilih itu juga manusia? Saya yakin, jika yang terpilih sebaliknya, hal yang sama akan terjadi. Dan tahukah kalian siapa yang akan tertawa melihat para pendukung dan haters saling menghujat? Orang2yang golput. Merekalah yang paling berbahagia karena tidak ada konsekuensi dari pilihan mereka yang tidak memilih.

Coba kita bayangkan bersama2, jika kekecewaan terhadap pemerintahan yang sedang berjalan selalu ada dan semakin meninggi, saya bisa pastikan angka golput akan naik tajam pada tahun 2019 nanti. Kalau misalkan separuh lebih dari kita golput, apa yang bisa kita dapat?None. Orang2golput adalah orang yang paling tidak bertanggungjawab. Karena mereka mau enaknya saja. Mau merasakan semua fasilitas yang disediakan negara, tapi tidak mau bersusah payah memikirkan negara.

Sekali lagi saya berkata demikian bukan dalam kerangka untuk membela Jokowi. Tidak. Sama sekali tidak. Saya juga kecewa dengan sikapnya. Namun saya tidak lantas menghujatnya. Saya sepakat dengan pernyataan teman saya heny. Ternyata untuk menjadi pemimpin negeri ini tidak cukup hanya baik, dan bersih. Butuh kekuatan dan kepintaran. Tapi pintar dan kuat namun tidak baik dan tidak bersih juga mengerikan. Kombinasi ini yang harus dimiliki pemimpin kita.

Saya ingat pembicaraan saya dengan guru saya Drs Fauzi, pada salah satu kesempatan beliau bilang, "Jokowi itu orang baik vik, dan dia juga bersih. Tapi rakyat Indonesia (pak fay bilang rakyat Indonesia yang mengacu tidak hanya pada orang2sekelilingnya) itu rakyat yang jika diberi warna pada tubuhnya, akan lebih banyak warna hitam, dan abu2ketimbang warna putih.

Sejarah membuktikan dari jaman kerajaan majapahit hingga jaman negara Indonesia, yang namanya korupsi, pengkhianatan, jegal menjegal itu sesuatu yang lazim dilakukan. Saya tidak mengatakan bahwa saya menyepakati tindakan korupsi, pengkhianatan, jegal menjegal dilakukan. Saya hanya menyampaikan fakta. Saya mengatakan demikian karena saya anak sejarah yang pernah belajar sejarah.

Saya juga memahami apa yang disampaikan pak agus. Saya mahfum beliau yang memang dekat dengan ring 1 presiden dan sering wira-wiri di Istana Negara jika beliau mengatakan demikian. Hal tersebut bukan hal yang tidak mungkin terjadi. Karena politik itu kotor. Apa yang nampak kadangkala bukan suatu hal yang sedang terjadi. Apa yang tersembunyi, biasanya, justru itulah kenyataan yang sedang kita alami bersama.

Sekali lagi, jangan salah. Saya tidak sedang berupaya untuk menggiring opini publik. Yang ingin saya katakan adalah, jika tidak setuju dengan kebijakan pemerintah, kritik boleh tapi jangan menghujat. Lupakah kalian, BBM turun lho 2x dalam 1 bulan. Artinya, dia kan pernah berbuat kebijakan yang baik kan?

Dan ketika kebijakan penurunan harga tidak direspon positif oleh pasar dan mereka tetap tidak menurunkan harga, dengan alasan barang mereka masih dibeli dengan harga lama, dan masyarakat kembali menyalahkan pemerintah, itu bagaimana? Meski pada saat harga naik, mereka serta merta menaikkan harga padahal kan stok mereka masih harga lama yang murah kan? alasannya karena nanti mereka akan membeli stok baru dengan harga baru yang sudah tinggi.

See, kalian lihat polanya? Siapa pelaku pasar itu? Rakyat Indonesia kan? itu artinya saya, anda, kita, kalian semua, memiliki andil untuk juga tidak menciptakan sebuah perubahan yang baik. Seberapapun pemerintah berbuat baik untuk rakyatnya, namun jika tidak ada itikad baik dari rakyatnya, maka semua itu akan sia-sia.

Pada saat Pak SBY masih menjabat, 2x periode saya memilihnya. Ada berapa banyak kebijakan dibuatnya yang tidak populis? Tapi saya tidak menghujatnya. Dari mulai tudingan dia menggunakan kesempatan selagi menjabat untuk menikahkan anak2nya, jangan lupa skandal gurita cikeas, hingga anak SBY yang kedua digadang2akan segera ditangkap KPK pasca turunnya sang bapak karena namanya tersangkut dalam skandal korupsi hambalang.

Semua belum termasuk kebijakan SBY yang tidak populis lainnya. Tapi pertanyaan yang menggelitik saya, mengapa pada saat pemerintahan SBY yang menghujat SBY tidak ada yang membandingkan dengan calon lain yang tidak jadi? Saya malah sudah lupa siapa calon lain yang tidak menjadi pemenang. Semua menghujat SBY pada saat membuat kebijakan yang tidak pro rakyat. Itu betul. Tapi semua hanya menghujat saja. Tidak membandingkan dengan calon lain, tidak menyesali kenapa dia yang jadi presiden dan bukan calon lain yang jadi. Kenapa?karena selama 2x periode SBY terpilih, calon presiden lebih dari satu, sehingga tidak ada yang head to head seperti kemarin.

Ah ya, dan satu lagi. Seperti yang saya bilang diatas. Surabaya akhir2ini diguyur hujan deras. Intensitas air cukup tinggi hingga membuat banjir dimana2. Padahal kalian tahu kan walikota Surabaya yang sekarang sangat fenomenal? Bu Risma lho. Beliau pernah tampil di Mata Najwa. Siapa yang tidak menghargai kiprahnya? Kurang apa beliau dalam membangun kota Surabaya hingga bisa menjadi kota yang sedemikan bagus dan indah ini. Beliau juga sudah semenjak awal pemerintahannya membangun box culvert atau terowongan bawah tanah dari mulai wilayah banyu urip hingga -direncanakan akan dibangun sampai-ke gresik.

Tapi curah hujan tetap tinggi, dan surabaya tetap banjir. Trus apakah itu berarti Bu Risma bukan pemimpin yang baik? Saya rasa tidak. Apakah saya menyesal memilih Bu Risma? juga enggak. Karena seharusnya yang terpilih bukan Bu Risma? enggak juga.

Artinya, sekali lagi, ayolah, saya sangat setuju kita #saveKPK, saya sangat mendukung ‪#‎peranglawankorupsi‬, tapi please, mari kita dukung pemerintah dengan menjadi rakyat yang tetap mengawasi kebijakan pemerintah, mengkritik jika pemerintah mulai melenceng, TAPI dengan tidak menghujat, dengan tidak menyesali keadaan.

Karena seperti Abraham Samad pernah bilang pada salah satu wawancara dengan Kompas TV, "jabatan Presiden dan Wakil Presiden itu adalah takdir. Tidak akan ada seorang pun yang bisa menolak takdir. Karena itu ketentuan dan rahasia Tuhan. Yakinlah, bahwa siapapun pemimpin negeri ini, itulah yang terbaik yang kita butuhkan"

Karena, kadangkala Tuhan memberikan apa yang kita butuh kan, bukan yang kita inginkan;)

14233164381366830217
14233164381366830217

Best Regards

Vika Ch

14233164842001208761
14233164842001208761

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun