Berbicara sebagai ajang komunikasi manusia tentu saja menjadi hal pokok dalam kehidupan. Setiap harinya manusia akan membicarakan apa saja, dari sekedar say hello hingga pembicaraan serius yang melibatkan pemikiran mendalam.
Meski berbicara menjadi kekuatan komunikasi, disisi lain juga bisa menjadi bumerang. Cara berbicara yang salah justru akan menjebak pembicaranya menjadi orang yang tidak ingin didengar. Berikut tujuh kesalahan dalam berbicara yang sebaiknya dihindari :
1. Gosip
Tanpa sadar, manusia kerapkali terjebak dalam percakapan gosip setiap harinya. Pembicaraan ini mengalir begitu saja seolah bukan topik yang harus dihindari. Seolah hanya tampak seperti berbagi informasi biasa. Namun memang tidak lengkap jika sharing information tidak dibumbui dengan pendapat pribadi dan dugaan. Maka disinilah arah pembicaraannya menjadi gosip.
Meski terkesan hanya sebagai pembicaraan ringan, sebenarnya gosip bukan hal yang baik. Seseorang yang telah dicap sebagai tukang gosip, pernyataannya tidak akan diakui sebagai fakta.
Menyandang status penyebar gosip juga bukan ide yang bagus. Ketika ada seseorang yang merasa tidak terima akan gosip tentang dirinya, maka sang penyebar gosip akan diserang dengan kebencian. Hal ini dapat berimbas pada hilangnya kepercayaan orang-orang di sekitar.
2. Menghakimi
Menghakimi orang lain adalah sebuah topik pembicaraan yang menyebalkan. Hal ini karena mereka biasanya suka asal langsung berpendapat tanpa mempertimbangkan beberapa faktor disekitarnya. Bagi mereka, apapun yang terfikirkan harus dilontarkan.
Hal ini bisa menyakiti perasaan orang lain. Karena tidak seorangpun yang suka dikritik atas hidupnya, terlebih ketika sesuatu telah dipertimbangkan dengan matang.
Orang yang suka menghakimi juga sulit untuk mendengarkan pendapat orang lain. Mereka gigih pada pendapatnya. Kalau sekali tidak suka ya tidak suka. Meski diberi argumrn masuk akalpun mereka tidak ingin bersepakat dengan orang lain.
3. Negatif (mengeluh)
Sesekali mengeluh memang tidak ada salahnya. Toh sebagai manusia pasti menemui titik jenuh dan tidak bisa untuk pura-pura kuat menghadapi kehidupan. Namun meski tidak salah, mengeluh tetaplah memberi timbal balik negatif.
Orang yang mengeluh, secara otomatis pikirannya terbawa negatif. Aura kesulitan seketika mengelilinginya. Karena biar bagaimanapun, ketika pikiran telah menetapkan dan mulut mengucapkan, sugesti diri akan terpancing untuk terus mengeluhkan keadaan.
Sikap suka mengeluh juga akan memberi dampak negatif kepada orang lain. Dalam arti lain mereka membagi sugesti negatif. Ketika mendengarkan keluhan, orang akan otomatis ikut tersugesti. Apalagi kalau keluhan ini terjadi berulang-ulang dan pada situasi yang sangat mendukung.
4. Suka membuat alasan
Orang-orang yang suka membuat alasan biasanya adalah tipe yang kerap lari dari tanggung jawab. Mereka memiliki sejuta dalih untuk membela diri. Juga menganggap dirinya benar dan tidak terima jika orang lain meyalahkannya
Lebih parahnya lagi, mereka terkadang bahkan melempar kesalahan kepada orang lain. Mereka mencari orang lain untuk dikambing hitamkan.
5. Melebih-lebihkan
Melebih-lebihkan disini berbeda dengan menggunakan majas. Jika majas melebihkan untuk membuat sesuatu terkesan lebih luar biasa dari sudut pandang kalimat. Namun melebih-lebihkan disini justru membuat fakta mengabur dan bahkan hilang. Maka bisa jadi yang dikatakan tinggal omong kosong.
Penyebabnya bisa jadi karena terlalu takjub atau untuk menutupi sesuatu. Melebih-lebihkan juga bisa menjadi tanda kalau sebenarnya sesuatu itu kosong, alias b aja.
6. Berbohong
Berbohong sudah tentu hal yang harus dihindari dalam berbicara. Orang yang sering berbohong, seiring bejalannya waktu tidak akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Bahkan meski mereka mengatakan fakta, orang lain enggan percaya. Hal ini tentu saja karena kebiasaan berbohongnya yang sudah menjadi ciri bagi dirinya.
7. Dogmatisme
Dogmatisme dalam pembicaraan adalah mencampurkan fakta dengan pendapat pribadi. Tipe orang seperti ini merasa bahwa pendapat pribadinya tidak kalah aktual dengan fakta yang ada. Bahkan seringkali mereka lebih yakin jika sesuatu dibicarakan melalui sudut pandang mereka.
Hal ini tentu saja tidak baik khususnya kepada orang-orang yang belum tau. Mereka akan menanamkan pemahaman yang salah. Ditambah karena pembicaraan mereka yang tampak meyakinkan sehingga orang lain akan mudah menanamkan dalam kepercayaannya.
***
(This review is to fulfill the assignment for Public Speaking course)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI