Burung kedasih. Burung bernama latin Cuculus merulinus ini di Jawa disebut emprit gantil. Memiliki panjang tubuh sekitar 20 sampai 23 cm, burung kedasih memiliki beberapa jenis yang dapat dibedakan dari ciri khas warna bulunya.
Bagi masyarakat Jawa 'penganut' mitos, suara burung kedasih adalah nyanyian yang meresahkan. Burung ini dianggap sebagai pembawa kabar buruk. Konon katanya suara burung ini menandakan datangnya kematian, malapetaka dan mengabarkan akan adanya orang yang sakit.
Suaranya yang bernada monoton dengan irama lengkingan yang mendayu memang cocok menjadi backsound film horor. Nyaring tapi mencekam. Kalau menurut saya seperti tawa nenek lampir.
Disamping mitos nyanyiannya yang meresahkan, perilaku burung kedasih juga terbilang buruk. Burung kedasih akan memalak sarang burung lain untuk menetaskan telurnya. Jahatnya, burung kedasih ini membuang telur pemilik sarang untuk diganti dengan telurnya. Kemudian pemilik sarang akan merawat telur-telur kedasih tanpa tau kalau telur aslinya sudah dihempaskan.
Faktanya, suara burung kedasih yang dianggap menyeramkan adalah nyanyian burung betina untuk menarik perhatian sang jantan pada musim kawin. Entah bagaimana mulanya burung yang aslinya cantik ini berlabel horor.
Bagaimanapun mitosnya, baiknya kisah burung kedasih ini menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi sumber ketakutan. Jika nyanyian Kedasih mulai bersenandung, anggap saja pengingat akhirat agar tidak terlena oleh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H