Mohon tunggu...
Devica Putri
Devica Putri Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesan Moral yang Terkandung dalam Karya Sastra

5 Juli 2024   18:19 Diperbarui: 5 Juli 2024   21:30 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Moral Karya sastra adalah sebuah hasil karya seseorang dalam mengungkapan atau mengeskspresikan sesuatu. Orang yang menghasilkan karya sastra disebut pengarang. Karya sastra tidak lepas dari kehidupan sosial karena selalu berkaitan. Pengarang melakukan penafsiran terhadap segala hal yang dihasilkan dari kejadian dan pengalaman dalam kehidupan. Didalam karya sastra memiliki pesan moral atau nilai-nilai moral yang terkadung dalam karya sastra. Moral dalam karya sastra mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  kata “moral” adalah ajaran baik buruknya yang diterima umum mengenai perbuatan sikap kewajiban, akhlak budi pekerti  susila kondisi mental yang membuat orang tetap berani bersemangat bergairah, disiplin, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan.

Adanya unsur moral dalam karya sastra sering dikaitkan dengan fungsi sastra bagi pembentukan karakter pembaca terutama anak dalam konteks pembelajaran sastra. Pembaca dan pembelajaran sastra bermuara pada afeksi, bukan kognisi. Aspek afektif itu sering dikaitkan dengan menyukai dan bahkan mencintai sastra. Sastra lebih berperan menggerakan hati dan perasaan daripada mengajarkan pengertian kognitif. Selain itu, sastra mampu memberikan kesenangan dan kenikmatan, namun di dalamnyan juga terkandung “memberi kamanfaatan”. Manfaat yang dapat diberikan pada karya sastra adalah dengan melibatkan berbagai aspek kehidupan yang mununjang atau memengaruhi cara berpikir, bersikap, berperasaan, bertindak secara verbal atau nonverbal. Atau minimal, ada perubahan dalam memandang terkait sebelum dan sesudah membaca.

Jenis dan Wujud Pesan Moral

Tiap cerita fiksi masing-masing mengandung dan menawarkan pesan moral, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral. Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya fiksi bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis ajaran moral boleh dikatakan bersifat tidak terbatas. Seperti novel tentu saja dapat menawarkan pesan moral itu salah satu, dua atau ketiganya sekaligus. Bahkan secara garis besar persoalan mengenai hidup dan kehidupan manusia mencakup tiga hal, yakni : (a) hubungan manusia dengan diri sendiri, (b) hubungan manusia dengan manusia lain termasuk juga hubungan dengan lingkungan alam, (c) hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat bermacam-macam jenis dan intensitasnya. Hal ini tentu saja tak lepas dengan hubungan antara sesama dan Tuhannya.

Ada beberapa macam pesan moral dalam karya sastra yaitu:

1. Pesan Religius dan Kritik Sosial

Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk di dalamnya yang bersifat keagamaan, dan kritik sosial yang banyak ditemukan dalam karya fiksi atau genre sastra yang lain. Kedua hal tersebut merupakan “lahan” yang banyak memberikan inspirasi bagi para penulis sastra Indonesia modern. Hal itu mungkin disebabkan banyaknya masalah kehidupan yang tidak sesuai dengan harapannya dan kemudian mereka mencoba menawarkan sesuatu yang diidealkan. Dalam novel ini Jalaludin mencoba memberikan pencerahan dan penyadaran kepada Abdul wadud dalam Khutbah shalat jum’at, agar Abdul wadud bersikap adil dan tidak congkak. Pesan Religius yang dapat diambil adalah dengan khutbah juma’at dapat memberikan nilai-nilai kebaikan dan dapat mempersatukan persaudaraan. Dengan ayat-ayat Al Qur-an seseorang sadar akan tindakannya yang buruk dan berubah menjadi baik. Selain itu pesan religious yang dapat diambil adalah apapun penderitaan dan kesulitan yang dihadapi jangan sekali-kali meninggalkan kewajiban yaitu sholat. Tarik-menarik Religiositas dengan Formalisme Hukum Agama : unsur agama dalam karya-karya Navis seperti dalam “Robohnya Surau Kami”, “Datang dan Perginya”, dan Kemarau, berbeda halnya dengan contoh karya di atas. Unsur-unsur keagamaan dan religiositas dihadirkan secara koheren dalam cerita “ Robohnya Surau Kami” menceritakan kehidupan seorang penunggu surau yang hanya beribadah melulu dan melupakan urusan dunia, yang akhirnya bunuh diri. Pesan keagamaan yang disampaikan pada cerita rerita tersebut bahwa kehidupan dunia dan akhirat harus dijalani secara seimbang. Manusia boleh saja dan wieajibkan beribada secara sungguh-sungguh serta selalu mengingat Tuhan, tetapi manusia tidak bias terhindar dari kebutuhan duniawi.

2. Pesan Kritik Sosial

Sastra yang mengandung pesan dapat juga disebut sebagai sastra kritik yang biasanya akan lahir ditengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Hal ini Kritik sosial banyak ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre sastra yang lain. Hampir semua novel Indonesia sejak awal pertumbuhannya hingga dewasa ini boleh dikatakan menagandung unsur pesan kritik sosial walaupun dengan tingkat intensitas yang berbeda.

3. Pesan Religius dan Keagamaan

Unsur religius dan keagamaan dalam sastra aadalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Istilah religius membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satuk kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Dengan demikian religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi. Moral religius menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi hati nurani yang dalam harkat martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia. Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra itu sendiri adalah setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersirat religius. Seperti pada kutipan Manginwiajaya (1982:11) tentang "Religius" yang membawa konotasi pada makna agama. Agama sebagai keyakinan penuh Tokoh: seperti pada novel Hamamah Salam karya Najib Al Kaelani terdapat pesan moral religius akan kenikmatan yang Allah limpahkan kepada hambaNya. Seseorang telah diberikan kekayaan hidup dalam kemakmuran hendaklah ia bersyukur dan bersikap belas kasih serta dermawan kepada orang miskin. Karya ini memberikan pencerahan akan seseorang yang sudah menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu badah Haji, hendaklah mencerminkan sikap sebagai muslim sejati seperti yang ditokohkan Jalaluddin dan Syeikh Abdul Baqi. Sikap kepeduliannya mencerminkan sikap percaya akan kasih Allah. Memberikan kemampuannya untuk berdakwah dan membela kebenaran atas kebijakan licik Abdul Wadud.

Bentuk Penyampaian Pesan Moral

Dari sisi tertentu cerita fiksi dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan pengarang untuk mendialog, menawar, dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu mungkin berupa padandangan tentang suatu hal, gagasan, moral atau amanat. Selain itu bentuk penyampaian pesan moral pada karya fiksi menyatakan adanya kejujuran dalam bentuk sikap dan kejujuran dalam bentuk amanat. Kejujuran dalam bentuk amanat inilah yang biasanya terdapat pada alur cerita yang ada pada karya fiksi. Mansyur (2016) menyatakan bahwa nilai kejujuran dalam karya fiksi merupakan penggambaran pada nila-nilai kehidupan, di mana pembaca mampu memahami secara tidak langsung melalui imajinasi yang bersumber pada amanat yang terkandung di dalam karya fiksi. Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi berisfat langsung dan juga tidak langsung. Namun, sebenarnya pemilihan itu hanya demi praktisnya saja sebab mungkin saja ada pesan yang bersifat agak langsung. Berikut adalah bentuk-bentuk penyampaian pesan moral :

1. Bentuk Penyampaian Langsung

Bentuk penyampaian moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan, expository. Jika dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan tokoh yang bersifat. memberitahu atau memudahkan pembaca untuk memahaminya. Hal demikian itu pula yang terjadi dalam penyampaian pesan moral. Jadi pesan moral yang ingin disampaikan dengan langsung dan ekspilit. Dan secara langsung memberikan nasihat dan petuah kepada pembaca.

2. Bentuk Penyampaian Tidak Langsung

Pesan dalam penyampaian tidak langsung hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan dengan teknik ragaan, showing. Yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-peristiwa, konflik, sikap dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik yang terlihat dalam pembaca, jika ingin memahami dan atau menafsirkan pesan itu, harus melakukannya berdasarkan cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut. tingkah laku verbal, fisik, maupun yang hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Sebaliknya dilihat dari

Ciri-ciri Pesan Moral

Selain itu, supaya pembaca memahami lebih dalam tentang pesan moral, maka perlu mengetahui ciri-ciri pesan moral, antara lain:

  • Pesan moral dalam suatu karya biasanya disampaikan pada bagian akhir cerita. Pesan moral bisa diketahui secara jelas (eksplisit) dalam bentuk seruan, nasehat, peringatan, saran, anjuran, maupun larangan yang berhubungan dengan tema utama suatu cerita.
  • Pesan moral bisa disampaikan secara langsung maupun secara tersirat melalui karakter tokoh atau penokohan dalam suatu cerita.
  • Pesan moral yang disampaikan oleh pengarang bertujuan agar pendengar atau penonton mau melakukan sesuai dengan amanat di dalam cerita.

Pada dasarnya, pesan moral bukan hanya dapat diperoleh dari sebuah karya sastra saja, tetapi bisa juga diperoleh dari seseorang ketika mengeluarkan kata-kata bijak. Suatu pesan moral akan lebih berarti lagi apabila dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pembahasan tentang pesan moral yang terkandung dalam karya sastra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun