Pengaruh kehadiran Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan budaya di Pulau Jawa pada abad ke-18. Dengan fokus pada kebijakan moneter VOC, khususnya penerapan mata uang.
Kedatangan VOC di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa, menandakan suatu periode baru dalam sejarah Indonesia. Dengan kekuasaan penuh atas perdagangan rempah-rempah dan keinginan untuk menguasai sumber daya alam, VOC menerapkan berbagai kebijakan yang memiliki dampak besar terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Salah satu kebijakan yang paling terlihat adalah penerapan mata uang.
Penerapan Mata Uang: Alat Kontrol Kolonial
Salah satu langkah awal VOC untuk menguasai ekonomi Jawa adalah dengan mengeluarkan mata uang sendiri. Kebijakan ini memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk mempermudah kontrol ekonomi dan mempercepat proses kolonialisasi.
 Monopoli Perdagangan: Seperti yang dinyatakan Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya,"Dengan mengontrol mata uang, VOC bisa mengatur segala transaksi ekonomi di Jawa." Ini memberikan kekuatan kepada VOC untuk menentukan harga barang dan mengatur inflasi.
 Penurunan Nilai Mata Uang Lokal: Penurunan nilai uang lokal membuat barang-barang impor lebih mahal bagi masyarakat Jawa, sementara harga barang ekspor menjadi lebih rendah untuk VOC. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern menyampaikan bahwa kebijakan ini "merupakan bentuk eksploitasi sistematis terhadap masyarakat  Jawa."
 Ketergantungan pada Ekonomi Kolonial: Masyarakat Jawa semakin terjebak dalam sistem ekonomi yang dibentuk oleh VOC. Para petani terpaksa menjual hasil tani mereka dengan harga yang rendah dan membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga yang tinggi.Selain itu kebijakan ini juga menimbulkan beberapa dampak diantaranya:
Dampak terhadap Ekonomi Jawa
Penerapan mata uang oleh VOC mempunyai dampak yang sangat besar terhadap ekonomi Jawa: Kemerosotan Ekonomi Lokal: Devaluasi mata uang lokal dan pembatasan perdagangan oleh VOC menyebabkan kemerosotan ekonomi di daerah tersebut. Sektor kerajinan dan perdagangan tradisional yang sebelumnya berkembang, seperti batik dan keris, mengalami penurunan yang signifikan. Para pengrajin tradisional menemukan kesulitan untuk bersaing dengan barang-barang impor yang lebih murah.
Ketergantungan pada Sektor Primer: Ekonomi di Jawa semakin bergantung pada sektor pertanian, terutama pada komoditas ekspor yang ditetapkan oleh VOC. Hal ini menghasilkan penurunan produksi pangan dan meningkatkan kerentanan terhadap perubahan harga di pasar global.
Perubahan Pola Konsumsi: Masyarakat Jawa terpaksa mengubah pola konsumsi mereka, berpindah dari produk lokal berkualitas tinggi ke barang impor yang lebih murah tetapi berkualitas rendah. Perubahan ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi, tetapi juga kesehatan masyarakat karena asupan makanan impor yang kurang bergizi.