Mohon tunggu...
Devi Ari Susanti
Devi Ari Susanti Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak

Seorang penulis amatiran yang ingin berkarya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan Indonesia: Kesenian Wayang Beber Pacitan

5 Januari 2021   11:28 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:09 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: @arsijanto 

Pertunjukkan kesenian wayang digunakan sebagai ritual upacara keagamaan orang Jawa yang berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun, wayang mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa. Menurut Kitab Centini, mula-mula wayang diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang atau Kediri. 

Pada abad ke-10, Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran roh leluhur di atas daun lontar. Pada zaman Jenggala, kegiatan penciptaan wayang semakin berkembang. Semasa Sri Suryawisesa berkuasa, bentuk wayang disempurnakan, dikumpulkan, dan disimpan dalam peti yang indah. Setiap upacara penting di istana, diselenggarakan pagelaran wayang, Sri Suryawisesa sebagai dalang dibantu sanak keluarganya sebagai penabuh gamelan.

Pada tahun 1511 M, untuk menghilangkan kesan yang serba berbau Hindu dan kesan pemujaan terhadap arca, timbul gagasan baru untuk menciptakan wayang dalam wujud baru. Wayang berhasil diciptakan para Wali dan pengikut Islam dari kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih panjang sampai kaki. Wayang dari kulit kerbau ini diberi warna dasar putih yang dibuat dari campuran perekat dan tepung tulang, sedangkan pakaiannya dicat dengan tinta. 

Sarana pakelirannya menggunakan kelir atau layar, menggunakan pohon pisang sebagai alat untuk menancapkan wayang, blencong sebagai penerangan atau lampu, menggunakan kotak sebagai alat untuk menyimpan wayang, dan diciptakan alat untuk memukul kotak yang disebut cempala dan krecek. Meskipun demikian dalam pagelaran masih menggunakan lakon baku dari Serat Ramayana dan Mahabarata, namun sudah mulai dimasukkan unsur dakwah, walau masih bentuk serba dalam bentuk lambang-lambang (pasemon).

Dari beberapa jenis wayang yang ada di Indonesia. Salah satu wayang yang dianggap istimewa yaitu Wayang Beber. Menurut sejarah pewayangan di Indonesia, Wayang Beber merupakan asal mula dari Wayang Kulit. Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra-Islam dan berkembang di daerah tertentu di pulau Jawa. Adanya seni tersebut untuk pertama kali dilaporkan pada awal abad ke-15 oleh Ma  Huan,  yang  menyertai  Laksamana  Cheng  Ho dalam berbagai ekspedisi lautnya. 

Ditinjau dari sejarah asal usulnya, Wayang Beber merupakan salah satu peninggalan dan warisan Kerajaan Majapahit sebagaimana dituturkan oleh dalang Wayang Beber ke-13, yakni  Sumardi Gunautama. Wayang Beber merupakan salah satu bentuk hasil kebudayaan yang langka, sampai dengan tahun 1980an diketahui kini hanya terdapat di dua tempat yaitu di Dusun Karangtalun, Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan di Desa Gelaran, Kelurahan Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo (Wonosari), Gunung Kidul, Yogyakarta (Suharyono, 2005:7-8).

Wayang Beber adalah suatu pertunjukan wayang dengan gambar-gambar tersebut di pertunjukan dengan cara dibentangkan. Wayang Beber sekarang berada di Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Dinamakan Wayang Beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang seperti Mahabarata maupun Ramayana. 

Jenis pertunjukan wayang dengan gambar-gambar yang dilukiskan pada selembar kain atau kertas, dibuat dari satu adegan menyusul dengan adegan lain dan di ceritakan satu demi satu oleh dalang. Kertas dengan  lebar 1 meter dan panjang 4 meter. Wayang Beber dilukis dengan teknik lukis tradisional yang di sebut sungging, secara cermat dan rumit. Dalam pertunjukan, dalang menuturkan cerita dengan iringan gamelan. Cerita Wayang Beber, terdiri dari enam gulung. Satu gulung berisi empat adegan yang disajikan satu persatu. Jadi dalam pertunjukan Wayang Beber Pacitan, gambar dalam gulungan disajikan seperempat demi seperempat.

Fungsi Wayang Beber Pacitan

Wayang Beber Pacitan mempunyai enam fungsi, yaitu; Fungsi Ritual, Fungsi Sosial, Fungsi Budaya, Fungsi Hiburan dan Fungsi Pendidikan. Ada enam macam fungsi ritual Wayang Beber Pacitan :

  • Pertunjukan Wayang Beber Pacitan digunakan untuk memperingati suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia.
  • Sebagai nadzar atau syukuran. Nadzar atau syukuran ini meningkatkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu manusia harus selalu bersyukur dalam kondisi apapun.
  • Pertunjukan Wayang beber Pacitan sebagai ritual untuk menyembuhkan penyakit. Pada masyarakat agraris biasanya masih melekat kepercayaan magis, masih terdapat kepercayaan bahwa dengan kekuatan magis dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit (Suharyono, 2005).
  • Pertunjukan Wayang Beber Pacitan digunakan sebagai pertunjukan ruwatan.
  • Sebagai pertunjukan yang berhubungan dengan pertanian.
  • Sebagai pertunjukan ritual yang berhubungan dengan musim. Pada masa lalu, bagi para petani musim sangatlah penting karena berhubungan dengan kehidupan dan pertanian. Musim yang tidak teratur dianggap sebagai bencana bagi masyarakat agraris. Masyarakat percaya bahwa Pertunjukan Wayang beber Pacitan dapat menolak bencana alam, sehingga kondisi pertanian akan stabil (Enggarwati, 2013).

Fungsi Sosial. Kehidupan masyarakat Desa Nanggungan pada saat menyaksikan pertunjukan Wayang Beber Pacitan tidak ada batasan-batasan tingkat sosial, semuanya setara. Bagi masyarakat Desa Gedompol (tempat artefak wayang berada), Wayang Beber Pacitan dianggap keramat, bagi peminatnya pertunjukan ini merupakan yang diminati dan penting untuk ditonton. Pertunjukan inilah yang menjadi sarana komunikasi masyarakat yang dapat mempertemukan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun