Mohon tunggu...
Devi Aristya
Devi Aristya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Analisis Novel Antologi Rasa

21 Februari 2018   19:01 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:10 6705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Antologi Rasa

Pengarang: Ika Natassa

Penerbit: Gramedia

Jumlah Halaman: 344 halaman

Tema

Novel ini menceritakan seputar kehidupan kota metropolitan, hedonisme dan gaya berpikir orang kalangan atas. Ika Natassa banyak menggunakan Bahasa asing dalam novel ini, sehingga dia harus menambahkan catatan kaki agar penmbacanya bisa mengerti.  Percintaan dan persahabatan merupakan  tema yang diangkat dalam novel ini.

Keara, Ruly, Harris dan Denise adalah mereka banker yang bekerja bersama dalam satu kantor. Mereka berempat adalah sahabat yang terjebak dalam sebuah kerumitan cinta. Dalam novel ini diceritakan bagaimana lika-liku kisah cinta Keara. Keara yang mencintai Ruly dan Harris yang mencintai Keara.

"Sudah cukup si Ruly itu dicintai habis-habisan sama satu orang. Satu orang yang gue cintai habis-habisan juga." (hlm 228)

"Aku, Ruly, Harris, dan Denise. Mungkin karena itu lantas kami terus berteman akrab sampai sekarang." (hlm 19)

Tokoh dan Penokohan

Salah satu tokoh yang diceritakan dalam novel ini adalah Keara, seorang banker yang bekerja di salah satu bank ternama Indonesia. Keara merupakan lulusan dari universitas yang berada di Amerika Serikat. Dia adalah seseorang yang mencintai fotografi.

Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan" Di film itu, Robin Williams memerankan tukang cuci foto di semacam K-Mart atau Wal-Mart gitu, gue lupa nama to-kohnya siapa, tapi dia bilang begini: nobody takes picture of something they want to forget." Aku menatap Ruly. "Karena itu gue suka fotografi, Rul. Hidup ini udah susah. Tapi dengan kamera ini, gue bisa memilih mana yang mau gue ingat dan mana yang nggak." (hlm 163)

Keara digambarkan sebagai gadis kalangan atas yang hidupnya serba berkecukupan. Latar belakang kehidupan kota metropolitan juga menjadi salah satu pendukung gaya hidupnya. Clubbing, shopping dan makan di resto mahal adalah kebiasaan yang sering dia lakukan.  

"Dan malam itu, di tengah-tengah obrolan kami, ketika aku menyaksikan dia makan dengan nikmat di warung sederhana di pinggir jalan yang takkan mungkin kudatangi seumur hidupku kalau bukan karena dia, aku menghela napas panjang mendengarkan diriku sendiri berkata dalam hati" I want you so bad I'll go back on the things I believe."" (hlm 216)

Keara memiliki sifat mudah bergaul, santai dan peduli dengan sesama. Dia adalah wanita yang disegani para lelaki karena kecantikannya. Sebagai seorang wanita yang disegani tentu saja dia memiliki gengsi yang cukup tinggi.

"Keara, gila lo, beneran gila lo. Kepala gue mulai terasa ringan, dan Keara seperti malaikat paling cantik yang turun dari surga hanya buat gue." (hlm 82)

Ruly juga merupakan tokoh yang diceritakan dalam novel ini. Ruly adalah lelaki yang dicintai Keara sejak pertemuan mereka pertama kali, tapi sayangnya Ruly mencintai Denise yang sudah menikah.  Dalam novel ini, Ruly diceritakan sebagai lelaki ganteng yang gila olahraga.

Dia juga lelaki yang super workaholic. "And there was Ruly, tiba-tiba muncul di samping mobilku, memanggul tas olahraga, rambut dan wajahnya masih terlihat basah." Eh, Rul, baru selesai rapat gue," aku menoleh dan terse-nyum padanya." Elo dari mana? Lembur lagi?"" (hlm 43)

Harris merupakan tokoh yang diceritakan sebagai lelaki playboy yang suka bermain dengan wanita. Sama halnya dengan Keara, Harris juga penikmat dunia malam kota metropolitan. Hal yang tidak pernah disadari Keara adalah betapa Harris mencintainya, yang ia tau hanya Harris adalah sahabat terbaiknya.

"Nggak dengan semuanya, cuma dengan Kinar. Hey, can you blame me? Gue dicuekin seharian, Kinar" tersedia", masa gue tolak." Kinar, ya? Atau Luna? Atau Sophie? Idih, ngapain juga gue ngabsen cewek-cewek lo gini."" (hlm 56)

Denise, tokoh yang diceritakan sebagai wanita yang feminim, santun dan kemanja-manjaan membuat Ruly jatuh hati kepadanya, sayangnya Denise sudah menikah. Ia juga sahabat Keara, Harris dan Ruly. Dalam novel ini bisa dikatakan bahwa Denise hanyalah tokoh pembantu. Denise adalah sosok yang alim, penyabar, menerima apa adanya. Meskipun banyak masalah yang menghampirinya dia tetap teguh pada pendiriannya.

"Denise yang sangat feminin, santun, dan kemanja-manjaan itu adalah satu-satunya sosok perempuan sempurna? Atau Ruly memang sudah menempatkan dirinya sebagai malaikat pelindung Denise sejak dulu, sehingga ketika Denise datang menangis padanya karena suaminya yang tinggal di kota berbeda karena pekerjaan mereka---selingkuh, Ruly menyambut dengan tangan terbuka?" (halaman 98)

Dinda adalah sahabat Keara sewaktu ia kuliah. Diceritakan bahwa Dinda sudah memiliki suami dan seorang anak. Meskipun demikian, ia tetap menjadi sahabat sekaligus tempat curhat Keara. Dinda juga tipe wanita metropolitan kelas atas. Sebagai wanita metropolitan dia sudah terbiasa dengan dunia malam, bahkan Harris menyebutnya MILF (seorang ibu yang biasanya digunakan sebagai objek lelaki yang lebih muda darinya).

"Dinda---satu-satunya orang yang kuceritakan mengenai perasaanku terhadap Ruly, and the one who knows me all too well---bertanya. Aku cuma bisa menjawab," Karena dia Ruly." Dan Dinda pasti langsung berlagak ingin menyundut dahi-ku dengan rokok putihnya." (halaman 25)

Panji, adik ipar Dinda. Panji diceritakan hampir mirip seperti Harris. Mereka berdua sama-sama playboy yang suka bermain dengan wanita. Panji juga jatuh hati kepada Keara. Dia orang yang easy goingdan mudah bergaul, buktinya sekali ia melihat Keara mereka langsung akrab hingga Panji jatuh hati kepada Keara.

" Hey, beautiful," Panji tersenyum ke arahku begitu aku muncul di Social House. Aku balas tersenyum dan membiarkannya mendaratkan ciuman di pipi kananku." Panji, come on, the obvious? I'm sure you can come up with a better compliment than that." (halaman 102)

Latar

Novel ini mengambil latar berbagai tempat hingga berbagai negara. Kantor bank internasional menjadi latar terpenting dalam novel ini, karena semua tokoh merupakan banker yang bekerja bersama dalam satu bank yang sama. "Harris dan Ruly sering sebal kalau mengajakku jalan kaki dari gedung kantor kami di kawasan SCBD ke Pacific Place untuk makan siang---15 menit jalan kaki di bawah terik matahari dan asap knalpot Jakarta---dan aku merengek kepanasan, pegal, berpeluh bau matahari, dan mencetus," Look what you've done to my expensive stilettos!"

Ruly---being the calm guy that he is---biasanya cuma senyum-senyum, sementara Harris balas mencetus," IYAAA, NTAR PULANGNYA NAIK TAKSI!""Singapura adalah salah satu negara yang menjadi latar dalam novel ini. Keara dan Harris pergi ke Singapura untuk melakukan F1 trip. "Aku mengembalikan kartu yang telah kulengkapi kepada si bapak, dia mengecek sebentar, mengecap pasporku, dan tersenyum," Welcome to Singapore."

Novel ini juga mengambil latar beberapa resto dan club house ternama. Harris dan Keara diceritakan sebagai kalangan atas dan penikmat dunia malam kota metropolitan, oleh karena itu tempat seperti resto dan club house ternama menjadi latar tempat dalam novel ini. "Ruly sahabatku itu, yang sepuluh jam sebelum pukul satu pagi, menjemput aku dan Harris yang mabuk berat di Balcony sampai kami tidak bisa menyetir sendiri."Novel ini juga mengambil latar tempat apartemen. Mereka semua termasuk Keara memilih apartemen sebagai tempat tinggalnya. "Di ruang tamu apartemenku. Sholat subuh. Sendiri."

Latar waktu yang digambarkan dalam novel ini meliputi pagi, siang dan malam. Pagi adalah waktu mereka bersiap untuk bekerja, dari sarapan hingga benar benar memulai bekerja digambarkan dalam novel ini. "Ini ritual kecil yang gue dan dia lakukan setiap pagi, satu-satunya alasan kenapa gue rela bangun pagi-pagi demi mengantre bubur ayam di penjual pinggir jalan di dekat Rasuna situ, bertemu dia di parkiran gedung kantor jam 7.30 tepat, lantas gue dan dia duduk di dalam mobilnya sarapan bareng sambil ngobrol nggak jelas ala gue dan dia, gue selihai mungkin menghindari nama Ruly muncul dalam topik pembicaraan kami." (hlm 107)

Dalam novel ini latar waktu siang hari banyak digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang mereka lakukan ditengah sibuknya bekerja, seperti bercanda bersama, makan sian dan lain sebagainya. "Kami sedang lunch bareng di Y&Y Pacific Place, acara rutin kami setiap Jumat siang ketika lunch break bisa dimolor-molorin sampai dua jam." (hlm 110)

Novel ini juga mengambil latar waktu malam hari untuk menggambarkan dunia malam Jakarta, seperti clubbing dan beberapa kegiatan yang dilakukan di resto mahal untuk melepas penat. "Satu malam sepulang dari kantor, ketika kami sedang membunuh kepenatan bareng di Canteen Pacific Place. Dua gelas white wine, pesto chicken wrap di piringku, fetuccini di piring sahabatku itu."

Dalam novel antologi rasa gaya hidup dan budaya kota metropolitan tergambar jelas. Hal ini dibuktikan dari kegiatan yang dilakukan Keara dan para sahabatnya seperti clubbing, makan di resto mahal, dan menghabiskan waktu hanya untuk menikmati secangkir kopi di suatu kedai kopi. Budaya tersebut sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Melalui novel ini, para pembaca bisa mendapatkan gambaran bagaimana hidup di kerasnya Jakarta.

"On most nights, aku cuma perlu menahan-nahankan diri paling lama sejam sebelum akhirnya Harris muncul di club atau di restoran itu dan memainkan sandiwara sepuluh menit kami."

Sudut Pandang

Novel ini menceritakan perasaan dari sudut pandang masing-masing tokoh utama, yaitu Harris, Keara, dan Ruly, serta satu tokoh lain bernama Panji. Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama untuk menceritakan perasaan dari masing-masing tokoh.

"K e a r a

Aku pertama kali berkenalan dengan Ruly sekitar lima tahun

yang lalu, saat yang sama dengan Harris dan Denise juga." (hlm

"H a r r i s

Holi-fucking-day! Akhirnya. Kadang-kadang gue merasa pekerjaan gue ini memang sinting."

Alur

Ika natassa memilih alur maju untuk menceritakan kisah yang ada dalam novel ini. Pada awal buku diceritakan bagaimana pertemua keempat orang Keara, Harris, Ruly dan Denis hingga mereka bersahabat. Namun, perasaan mereka membuat mereka terjebak dalam cinta persegi antara mereka berempat. Keara mencintai Ruly, Ruly mencintai Denise dan Harris yang mencintai Keara. Sepanjang buku ini ceritanya terus berjalan maju.

Mulai dari sebuah pertemuan, mereka menjalin persahabatan hingga lika-liku perjalanan cinta yang rumit antara mereka. Hingga pada akhirnya Ruly menyadari bahwa Keara mencintainya dan teteap Harris mencintai Keara meskipun Keara dan Ruly sudah menjadi pasangan yang bahagia.

Tentang Penulis

Ika Natassa lahir di Medan, 25 Desember 1977. Ia menempuh pendidikan sekolah menengahnya di Lowa. Ia melanjtkan studinya sebagai sarjana ekonomi pada tahun 1995-1996 di USA dan sebagai sarjana akutansi pada tahun 1996-2001. Ika adalah seorang banker yang mencintai fotografi.

Dia telah menulis beberapa buku yaitu, A Very Yuppy Wedding, Divortiare, dan Underground. Antologi rasa ini adalah buku keempat yang ditulis olehnya. Banyak penghargaan yang telah ia raih seperti, Outstanding Student: ExxonMobil Scholarship Foundation (2002), Top 10 Finalist Fun Fearless Female menurut Majalah Cosmopolitan (2004), Top Graduate, Officer Developement Program: Bank Mandiri (2004), Woman Icon Award dari The Marketeers (2010) danThe Best Presenter at Corporate Culture Change Agent Sharing Forum: Bank Mandiri (2007).

Novel ini juga menceritakan seorang Keara sebagai seorang banker yang mencintai fotografi. Dalam novel ini, Ika mengombinasikan fiksi dan pengalamannya. Semua terkemas rapid an indah sehingga banyak orang yang berminat membaca novel ini.

Daftar Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun